ENAM

549 68 6
                                    

Haechan menelungkupkan kepala disela lengannya diatas meja dengan kelopak mata yang terpejam. Berpikir keras maksud Jae, kakak kelasnya itu yang tiba-tiba men-tag akun Mark disalah satu postingannya.

"Udah sih Chan gak usah dipikirin segitunya, kali aja kepencet." Chenle yang tengah duduk diatas meja miliknya pun membuka suara. Ikutan setres melihat tingkah sahabatnya ini.

Tadi pagi saat mereka masuk kekelas, mereka melihat sahabatnya yang satu itu tengah bertingkah aneh. Menepuk-nepuk pipinya, lalu menempelkannya ke meja, menghentak-hentakkan kaki, dan jangan lupa dengan wajah gusarnya.

"Suara gue jelek ya? Mungkin kak Jae mau ngetawain, tapi kenapa harus ngajak-ngajak kak Mark coba?" Terdengar nada frustasi dari pria itu. Tak tau saja, teman-temannya juga ikut frustasi.

"Please ya Chan jangan overthinking." Balas Jaemin kini memegang kedua bahu Haechan dan menggoyang-goyangkannya bermaksud menyadarkan Haechan.

"Lo tuh sengaja overthinking supaya otak lo gak keliatan masih baru gara-gara jarang dipake kan?" Tanya Jisung yang dihadiahi tinjuan kecil dari Haechan dipundaknya. Kurang ajar sekali mulut kecilnya itu.

"Kurang ajar!"

"Lagi pula suara lo bagus Chan, kalo mereka ngetawain berarti telinga mereka harus dibawa ke THT." Hibur Renjun yang diangguki oleh semua orang.

Yang dikatakan Renjun itu benar, suara Haechan memang sangat bagus hanya saja anak itu enggan untuk mengembangkannya, ia tak menyadari bakatnya sendiri.

"Renjun." Kelima pria itu mengalihkan intensitas mereka ke orang yang baru saja memanggil Renjun, begitu juga Haechan yang mengangkat kepalanya.

Namun sedetik kemudian ia kembali menelungkupkan kepalanya bahkan kini menutupinya dengan tas ketika mengetahui siapa orang itu, sambil menggerutu Haechan berkata, "Baru aja diomongin."

"Kak Jae? kenapa nih?" Tanya Renjun pada kakak kelas sekaligus teman satu ekskulnya itu. Jae menghampiri mereka dan melirik sebentar kearah Haechan yang masih tak berkutik dari posisinya.

"Keruang musik sekarang, Mark manggil." Semua orang kecuali Jae sontak melirik Haechan yang masih menutupi kepalanya dengan tas. Tak tau saja Haechan dibalik itu sudah melebarkan matanya.

Jae pun berlalu pergi diikuti Renjun pergi keruang musik. Sementara itu Jeno langsung menyikut lengan Haechan sebagai isyarat jika Jae telah pergi.

Mengangkat kepalanya, Haechan bernapas lega. Kemudian ia teringat perkataan Jae yang mengatakan jika Mark mencari Renjun, ia mendengus. Tidak, ia tidak marah dengan Renjun. Ia hanya iri akan kedekatan teman-temannya dengan Mark.

"Makanya kalo suka sama orang tuh dipepet, jangan difotoin. Lo itu bukan paparazzi." Ledek Jeno seakan tau isi hati Haechan.

Haechan mengedikkan bahunya acuh mengabaikannya. Seakan perkataan Jeno tadi masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

"Duh sesak pipis, Cung temenin ke toilet dong." Ujar Chenle memegang tangan Jisung, tak sempat memprotes Chenle sudah menariknya berlalu keluar kelas menuju toilet.

"Toilet bawah aja, yang atas ada coklat ngambang!" Pesan Jaemin sebelum kedua pria itu hilang dibalik pintu.

"Jaem, nanti jadi jalan bareng kan?" Tanya Jeno pada Jaemin sembari menggenggam tangan pria itu. Jaemin mengangguk sebagai respon, bahkan ia kini tersenyum sangat manis pada Jeno.

"Jalan bareng? Berdua doang?" Tanya Haechan dengan mata memicing menatap kedua sahabatnya bergantian. Mereka sedikit terkejut, mungkin lupa Haechan masih ada disitu.

"Haha haha itu... mau ke Mall, Jeno mau beli bola basket baru. Bolanya yang lama hilang dihalaman rumah orang." Jelas Jaemin meyakinkan namun tak bisa menyembunyikan ke-gelagapannya.

SECOND ACCOUNT || MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang