O7 Februari 2OXX

304 67 10
                                    

Hai, cuaca hari ini sangat tidak bersahabat dengan ku...

Di luar hujan mengguyur dengan deras, membuat ku bahkan enggan untuk keluar dari kamar.

Kecuali sarapan tentunya...

Kemarin wooyoung, sahabat dari yeosang menelfon ku katanya ia ingin memakan masakan rumahan buatan ku.

Aku hanya bisa tertawa ketika wooyoung menggurutu bahkan berdebat dengan suami nya agar pulang ke kota ku...

Apakah pernikahan sebaik itu?

Beruntungnya wooyoung san, bahkan jongho yeosang yang akan menyusul mereka..

Aku disini justru hanya berdiam diri, menunggu kesembuhan diri ku akan ketakutan ku menghadapi dunia-

Jika dipikir-pikir, ini hampir dua bulan semenjak kejadian terakhir...

Ibarat luka masih basah, belum terlalu kering.

Rasa bersalah menghantui ku, bahkan bukan salah ku sekalipun...

-PSH





Hongjoong menutup buku itu, ia memandang keluar jendela cafenya.

Entah kenapa hujan mengguyur tepat disaat ia membaca buku pastel psh yang ia pegang

"Apa masalah di masa lalu nya?"

"Menurut mu?"

Hongjoong menatap pacar dari sepupunya, Song mingi. Mingi datang tepat sebelum hujan mengguyur kota mereka.

"Kau tanya saja yeosang dan jongho, kau tau instagram mereka bukan?"

"Iya, kalau kau jadi mereka bagaimana rasanya tiba-tiba orang asing bertanya 'hai apa kau kenal PSH?' sedangkan banyak manusia yang ada di bumi mungkin memiliki nama PSH. Bahkan kita tidak tau itu singkatan apa inisial atau nama asli."

Mingi mengangguk paham, bahkan rekaman cctv yang hongjoong miliki tidak memiliki bukti kuat siapa pemilik buku itu karena sosok itu membelakangi cctv.

Bahkan cctv cafe pun tidak dapat menangkap wajahnya dikarenakan tertutup oleh pelanggan lain.

"Buat sayembara saja"

"Hadiahnya?"

"Jadi pacar mu"

'PLAAAK'


"Aduh hyung kau menyakiti ku!"

"ENAK SAJA BICARANYA"

Hongjoong menatap buku pastel itu kembali, mengusap covernya dengan lembut.

Alisnya mengernyit bingung, ketika jarinya mengelus covernya terasa ada bekas jejak tulisan diatasnya.

"Tunggu dulu"

Ia kembali mengusap cover buku tersebut dengan perlahan, jarinya menangkap huruf demi huruf yang membekas disana.

"P.... A.... R... K? Park? Itu marga bukan"

Mingi yang sedari tadi sibuk dengan dunia nya lalu menatap hongjoong.

"Park itu marga, heol petunjuk baru"

Hongjoong terdiam, satu titik petunjuk ia temukan kembali. PSH di tulisan tersebut adalah nama asli, jadi siapa SH nya?

"Kau tau hyung, banyak marga park tersebar disini."

"Ya aku tau itu, bodoh"

Baik mingi dan hongjoong pun terdiam, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Hyung, bagaimana cara melamar orang dengan benar?"

"Apa kau akan melamar yunho?"

"Yah, aku akan melamarnya. Lagi pula hubungan kita cukup lama, mulai dari sekolah kami berkencan. Aku pikir ini saatnya..."

Hongjoong menatap mingi dengan senyuman bangganya, ia tau mingi serius dengan omongannya.

Wajah mingi terpampang dengan jelas ia tengah serius.

"Lamar biasa saja, tidak usah terlalu mewah. Kau tau kan yunho tidak menyukai hal yang terlalu mewah."

Mingi mengangguk lalu ia tersenyum ke pria di hadapannya ini.

"Kalau begitu hyung mau kan membantu ku memilihkan cincin lamaran?"

Hongjoong hanya mengangguk sebagai balasan pertanyaan mingi.

"Sebagai gantinya, biar aku bantu menghubungi yeosang dan jongho atau wooyoung dan san soal PSH itu"

"Aku mengandalkan mu, song mingi"










To Be Continue.

Menemukan pemilik mu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang