O1 Maret 2O22

286 59 2
                                    

Ini hongjoong.

Pernikahan mingi dan yunho bukanlah hal yang bisa dikatakan mewah ataupun sederhana, mereka nampak elegan dengan tuxedo mereka masing-masing.

Aku mengingat dulu yunho hanyalah bocah kelebihan kalsium yang selalu mengikuti ku dengan mata puppynya yang bersinar. Bisa dibayangkan ada ekor dan telinga anjing yang melekat di tubuhnya, menggemaskan.

Aku bertugas menjadi pendamping pria yunho, ugh tuxedo tadi sangat panas. Dan banyak orang yang menanyakan soal kapan aku menikah, padahal pernikahan itu bukan suatu yang bisa diajak main-main seperti permainan anak kecil.


Untuk sosok yang sedang aku cari, siapapun nama mu. Aku berterima kasih karena sosok yeosang dan jongho bisa ku temui, usaha mingi mengundang mereka berbuahkan hasil.

Aku mendekati yeosang perlahan dan mengatakan bahwa apa ia mengenal sosok berinisial park sh. Ia tampak terkejut tapi dengan cepat menutupinya, hanya satu anggukan dan kekehan kecil keluar dari dirinya.

"Lalu kalau kenal kenapa? Apa kau salah satu dari mereka?"

Selepas itu ia meninggalkan pesta tanpa mendengarkan ku berbicara, aku semakin frustasi. Bahkan aku sempat sedikit pusing sebelum akhirnya ada sosok pria bermata tajam menolong ku.

"Tuan apa kau tidak apa?"

Dan ternyata dia adalah choi san, dia tersenyum dengan lembut seraya membantu ku dengan membawakan minum. Kami sedikit berbincang tentang bagaimana mingi mengundang mereka padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

Obrolan kami pun menjadi obrolan serius setelah aku mengatakan aku mencari sosok dibalik penulis buku pastel itu, tentu saja aku tidak bodoh untuk memperlihatkan buku itu secara langsung melainkan lewat handphone ku.

"Seonghwa park, pemiliknya seonghwa park"

Jawabnya dengan tatapan sendu, ia pun mulai bercerita tentang sosok yang selama ini ku cari dengan perlahan.















"Yeosang-ah..."

"Oh hyung, kau sudah bangun?"

Seonghwa menatap yeosang yang tengah menyiapkan sarapan untuk jongho karena kabarnya sang suami mengalami morning sickness. Membuat seonghwa terkekeh, jarang sekali sosok yeosang bucin dengan pasangannya.

"Iya, semenjak jongho bolak balik kamar mandi aku terjaga. Apa yang kau buat?"

Ia menatap masakan yeosang yang berada di panci, meskipun yeosang jarang masak itu tak menghalanginya untuk membuatkan masakan sang suami tercinta.

"Oh ini hanya sup ayam, emm hyung boleh kita bicara sebentar?"

Seonghwa menaikkan satu alisnya ketika yeosang mematikan kompornya lalu mengambil satu kursi untuk duduk. Diikuti oleh seonghwa yang kini telah duduk di sampingnya.


"Aku sudah cari tau semua yang memperlakukan mu seperti ini, berkas sudah ku kumpulkan. Maaf kami lancang tetapi jongho sudah mengumpulkan bukti-bukti chat kalian-"

"Yeosang-ah, cukup"

Baik yeosang dan seonghwa pun terdiam, nampak tangan seonghwa bergetar tetapi ia tetap mengontrolnya dengan baik.

"Ini murni salah ku, salah ku yang terlalu percaya orang dan terlalu terbuka... Aku mohon biarkan-"

"TAPI MEREKA MENGHAKIMI MU ATAS PENIPUAN HYUNG!"

Seonghwa terdiam ketika yeosang membentaknya, sungguh ia belum pernah lihat yeosang yang semarah ini dihadapannya.



"Y..yeosang-"

"Hyung, aku mohon. Mereka bisa dituntut atas pencemaran nama baik... Ku mohon laporkan mereka hyung..."

"Yeosang-"

"Hyung, apa kau akan terus terusan menjadikan diri mu bahan tertawa mereka? Hyung kau tidak salah... Kau hanya terlalu polos untuk mereka yang bejat..."

"Yeosang-ah, listen..."



Seonghwa menggenggam tangan yeosang yang mengepal sedari tadi, menampilkan senyum lembutnya kepada adik kesayangannya ini.

"Aku sangat ingin membalas mereka dengan itu semua, aku sangat ingin mereka merasakan penderitaan yang ku rasakan sekarang. Aku sangat ingin... Tetapi yeosang, apa kau tau? Hukum dunia dan karma itu berlaku...

Mungkin iya mereka mengejek ku atas kesalahan yang tidak aku lakukan tapi lihatlah hikmahnya yeosang... Aku menjadi sosok yang kuat perlahan demi perlahan... Dengan bersama diri mu aku belajar sedikit demi sedikit untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan melupakan masa lalu ku...

Iya, mereka merusak mental dan membuat ku trauma. Tapi balik lagi ke diri ku, apa aku bisa bangkit? Apa aku bisa mengikhlaskannya?

Mengikhlaskan sesuatu yang membuat kita sakit itu memang susah, tapi itu hanya membuat diri ku terpuruk lebih jauh yeosang-ah...

Jadi biarkan saja mereka mengejek ku, biarkan saja mereka membicarakan ku terus menerus. Penipuan itu bukan aku yang melakukannya, toh aku punya kamu dan jongho. Sekalipun san dan wooyoung. Aku punya kalian untuk bangkit dan yang percaya kepada ku."


Yeosang terdiam ketika mendengar seonghwa menjawab semua jawabannya, ia bahkan tidak sanggup berkata-kata.

"Seonghwa hyung benar, sayang"

Jongho muncul dari pintu dapur seraya memegang perutnya, ia berjalan menuju mereka lantas memeluk seonghwa dengan erat.

"Seonghwa hyung hebat, bisa memaafkan orang dengan mudah. Aku tau hyung pasti akan mempunyai pendamping yang lebih baik dari sebelumnya.

Bajingan itu seenaknya memakai identitas mu untuk menipu, bahkan menjelek-jelekkan diri mu ke semua orang. Ia pasti dapat karmanya"

Jongho terus bergumam dengan masih memeluk sang tertua, membuat seonghwa terkekeh dan melepaskan pelukan mereka.

"Terima kasih calon papa yang baik, terima kasih yeosang... Yang jelas aku akan balas mereka dengan cara yang elegan"

Ucap seonghwa dengan kedua tangan yang menggenggam masing-masing tangan pasutri muda ini.


"Tolong carikan buku ku, itu permintaan terakhir ku sebelum aku memulai hidup ku yang baru"









To be continued.

Hai disini mba seorih berbicara, sebelumya terima kasih telah memvote dan memberikan kritik dan saran untuk book ini...

Aku juga meminta maaf karena untuk update buku ini membutuhkan waktu lama, karena sebagian kejadian di buku ini merupakan pengalaman pribadi/orang sekitar ku.

Aku harus mengingat dan kembali menggali masa lalu ketika menulis ini...

Teruntuk kalian yang masih setia membaca book ini terima kasih banyak! Jangan lupa vote dan comment ya! Adios!

-mba seorih

Menemukan pemilik mu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang