07.

456 68 6
                                    


Isabella menatap sendu mereka berempat dari kejauhan, (name) sendiri seperti seorang gadis dengan tubuh dipenuhi rantai yang mengikatnya, ia tak pernah bebas namun ia selalu berusaha untuk merasakan kebebasan walau hanya sebentar.

"Ja.. minna, ayo masuk!" Seru (name) sambil menggandeng Emma yang mengangguk setuju, angin malam yang dingin membuat Emma menggigil tapi ia justru tertawa lebar karena bukan hanya dirinya yang menggigil tapi juga Ray dan Norman.

Emma pergi ke tempat tidurnya begitu juga Ray, Norman, dan (name) yang berada di kamar yang berbeda dari Emma. Dalam mimpi (name) melihat seorang gadis dengan surai perak khas klan Ratri sedang berdebat dengan seorang iblis yang berbeda dari iblis yang selama ini berada di sekitar (name).

"Him! Aku akan melakukannya! Dan Kau.. tidak akan bisa menghentikanku!" Gadis ittu menunjuk iblis yang menatap kesal gadis keras kepala.

"Norem, jangan keras kepala!" Bentak iblis itu.

"Kau akan tiada karena darah itu dan semuanya akan sia-sia." Lanjut iblis itu dengan helaan napas putus asa.

"Aku tidak akan mati semudah itu, Him! Bahkan jika aku mati, mereka akan terus mencoba membuat diriku yang lain." Gadis berkata tegas dengan sorotan mata penuh kepercayaan diri.

"Norem, kau memang luar biasa jenius, namun tetap saja kau adalah manusia yang bisa tiada! Jangan korbankan dirimu untuk mereka seolah-olah mereka akan menghargai pengorbananmu." Iblis itu mendekat ke arah gadis yang dipanggil Norem.

"Him, aku melakukan ini untuk perdamaian dua dunia. Kita tidak harus terus berkorban untuk menjaga perdamaian, kumohon suatu hari nanti aku akan menagih janjiku padamu, dan saat itu nanti kau akan melihat kedamaian yang sesungguhnya dariku." Norem tersenyum menggenggam erat tangan Him, si iblis yang berada dekat dengan dirinya.

"Baiklah, aku akan menunggumu." Jawab Him yang membuat Norem tersenyum, lalu tiba-tiba semuanya bergetar dan (name) terbangun dari mimpinya.

'Norem? Him? Kedamaian yang sesungguhnya? Apa maksudnya?' Batin (name) bingung, ia menoleh melihat ke arah jam yang sudah bergerak ke pukul 06.57 (name) bergegas menuju kamar mandi.

Di lain tempat ada Ray, Emma, dan Norman yang tengah duduk di pohon, mereka menunggu kedatangan (name) untuk menjelaskan apa yang terjadi pada (name) selama ini.

"Kenapa (name) lama sekali?" Tanya Emma yang kebosanan menunggu.

"Mungkin dia sedang mandi." Ucap Ray datar.

"Eoh, itu (name)." Norman menunjuk (name) yang keluar dari rumah panti menuju ke arah mereka.

"Maaf terlambat semuanya, aku harus minum obat dahulu agar tidak sesak tiba-tiba." (Name) tersenyum lalu duduk di samping Ray, membuat Ray gugup setengah jiwa.

"Baiklah, (name) bisa kau ceritakan tentang kelahiranmu?" Norman menatap (name) begitu pula Emma.

"Aku adalah anak dari proyek penelitian untuk menghidupkan kembali otak sejenius Norem, Norem v.²." (Name) mengambil buku yang dibaca oleh Ray membuat pemuda itu menatapnya kesal.

"Proyek penelitian? Siapa itu Norem?" Tanya Emma yang bergelantungan dia dahan pohon.

"Norem, lebih tepatnya Norem Ratri. Dia adalah gadis yang luar biasa jenius bahkan melebihi anak-anak panti penelitian saat ini." Lanjut (name).

"Sejenius apa?" Kali ini Ray yang bertanya.

"Hm... mungkin jauh lebih jenius dari Mama, dan kalian bertiga." (Name) menatap Ray yang salting karena mata mereka bertemu dengan wajah yang berjarak begitu dekat.

"Lebih jenius dari orang biasa? Bukankah Norem itu sungguh luar biasa?" Seru Norman terpukau dengan kecerdasan gadis yang dibicarakan (name).

"Ya, begitulah.." (name) tersenyum.

"Apakah kalian berencana memberitahu yang lain tentang rahasia panti asuhan ini?" Tanya (name) tiba-tiba membuat trio semesta bungkam.

"Ayo beritahu Don dan Gilda." Ucap Emma final, dan diangguki yang lain.

Mereka berempat pergi mengajak Don dan Gilda ke perpustakaan untuk membicarakan rahasia panti asuhan Grace Fields, Emma dan Norman menceritakan kejadian di gerbang dan apa yang mereka dengar. Don tak percaya dan membantah semuanya dengan keras, Gilda berusaha menenangkannya sambil menatap Emma.

"Lalu jika itu benar, bagaimana cara kita membawa semua anak-anak di panti?" Tanya Gilda sorot matanya berkaca-kaca.

"Tinggalkan saja mereka!" Ray berseru dan ditentang oleh Emma dan Don.

"Tinggalkan saja mereka. Dari segi fisik dan mental mereka tak akan sanggup menerima kenyataannya, dan juga jika kita membawa mereka, mereka hanya akan menjadi beban!" Ucapan dari Ray sontak membuat Don meninjunya Norman saja terbelalak dengan kata-kata pedas dari Ray.

"Yameru! (Berhentilah!)" Ucap (name) pelan namun suaranya tak di dengar Ray maupun Don yang berkelahi dengan Emma, Norman, dan Gilda yang berusaha menghentikan mereka berdua.

"Futari de yamero!! (Berhentilah kalian berdua!!)" Bentak (name) membuat mereka berdua berhenti, namun Don yang masih emosi malah tak sengaja mendorong (name) hingga gadis itu oleng dan terjatuh, dahinya berdarah akibat terbentur ujung meja.

"(Name)!!" Emma dan Gilda langsung membantu (name) berdiri, mereka khawatir apalagi melihat darah yang mengucur di dahi (name), Don sendiri terdiam ia sungguh menyesali tindakan sembrononya.

"Berhentilah bertengkar kalian berdua.." (name) menatap Don dan Ray lalu menghela napas.

"Pertama, Ray kau harus menjaga kata-katamu mau bagaimanapun mereka masih kecil. Kedua, Don jangan bertindak gegabah seperti itu, bisa-bisa seseorang terluka parah. Ketiga, Emma sudah memikirkan ide cerdas untuk melatih mereka. Dan terakhir Norman dan aku sud-.. akhhss.." (name) meringis kepalanya sangat pusing, pandangannya mengabur, tubuhnya juga sudah oleng namun gadis itu tetap memaksakan diri untuk mengucapkan beberapa kata lagi.

"Terakhir, Norman dan aku sudah mengetahui beberapa kemungkinan alat pelacak yang terpasang di tubuh kita dan malam ini kita akan bertanya pada sister Krone." Tepat setelah menyelesaikan perkataannya (name) ambruk, untung dengan sigap Gilda, Emma, dan Norman menangkap gadis itu, jika tidak kepalanya mungkin akan terbentur beberapa buku tebal yang sudah pasti akan menambah buruk kondisinya saat ini.

Ray, dan Don pergi ke ruang kesehatan bersama Norman, sementara itu (name) di bawa ke kamarnya di ruangan sebelah kamar Emma dan yang lainnya. Phill memberitahu kondisi (name) ke Isabella atas permintaan Emma, dan dengan cepat Isabella langsung pergi melihat keadaan (name).

"Mama! (Name) tadi terjatuh dari pohon dan dahinya tergores ranting pohon hingga berdarah." Gilda berbohong pada Isabella untuk pertama kalinya atas permintaan (name) agar Don maupun Ray tidak dihukum.

🦋🦋

____________

Met Natal minna, lagu Stray Kids Cristhmas Evel terngiang-ngiang di kepala Zaza, bentar lagi Tahun baru ya gak kerasa, dan Naskah Zaza belum selesai² :"")

Jangan lupa Vote dan Comment
Bye..bye..

Kisah Baru di Dunia Lain [TPN X READERS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang