08.

282 43 4
                                    


Emma duduk di samping (Name) dengan perasaan khawatir, ia tahu betul bahwa tubuh (name) begitu lemah dan itu juga menurutnya alasan (name) bertahun-tahun hanya berada di ranjangnya atau menggunakan kursi roda.

Isabella masuk dengan tergesa-gesa dan langsung memeriksa keadaan (name), saat ia memastikan (name) baik-baik saja ia menghela nafas lega.

"Nee.. Emma bagaimana detailnya?" Isabella bertanya pada Emma yang langsung berkeringat dingin.

"A-ano nee.. Mama.. (name) berusaha memanjat pohon karena melihatku duduk di atas ranting pohon, namun pijakan ranting di kaki (name) patah membuat ia terjatuh dan tergores, untunglah Norman menangkap tubuhnya." Jawab Emma, entah kenapa ia jadi lancar berbohong seperti ini.

Isabella hanya mengangguk mengerti lalu melihat ke arah jam di dinding dan menitipkan (name) pada Emma, dan gadis matahari itu hanya tersenyum merespon Isabella.

"(Name).."

"(Name)..."

"(Name)........."

Sebuah suara memanggil (name) di alam bawah sadarnya, suara itu suara yang sama yang berdebat dengan sesosok iblis di mimpinya. Norem Ratri, gadis yang membuat perjanjian dengan seosok iblis yang dipanggil Him.

"Kemarilah (name)." Gadis yang dipanggil itu berjalan menuju suara itu berasal, benar dugannya itu adalah Norem.

Norem berdiri sambil tersenyum menatap (Name), gadis berusia 11 tahun itu terkejut dengan sosok Norem yang dilihatnya secara langsung, karena selama ini ia hanya melihat Norem dengan samar-samar.

"(Name), aku tidak akan berbicara panjang. Aku di sini hanya ingin memberikan ini." Hanya dalam satu kedipan mata Norem muncul di depan (name) dan menyuntuh kening (name), lalu semuanya runtuh, (name) terjatuh..

"Haahh.. hahh.. apa itu tadi?" (Name) terbangun dengan nafas terengah-engah, Emma yang tengah menikmati buat apel diam membeku menatap (name), detik berikutnya gadis itu langsung memeluk (name) sambil menangis.

"Hiks.. (name) aku khawatir kau kenapa-kenapa.. huaaa..." ucap Emma di sela pelukannya, dan (name) hanya tersenyum sambil menepuk-nepuk kepala Emma menenangkan gadis itu.

Pintu berdecit terbuka menampakkan sosok Don, Gilda, Ray, dan Norman.

"Ah, (name) kau sudah sadar? Apa ada yang sakit?" Tanya Norman, sementara Ray maju dan menarik Emma agar menjauhi (name) yang sepertinya baru sadar.

"Ittai yo ne.. Ray!" Protes Emma sambil cemberut. Sementara yang lain hanya tertawa dengan tingkah kekanakan Emma.

"Orewa daijoubu, Norman." (Name) tersenyum manis.

"Ray, anata no daijoubu?" Tanya (name) dan dijawab patah-patah oleh Ray, pemuda bersurai hitam itu mati-matian menjaga ekspresi datar wajahnya, padahal dalam hatinya ia sangat bahagia sekaligus lega (name) baik-baik saja.

"Hm, daijoubu." Jawab singkat Ray, Norman tersenyum menahan tawa, melihat gelagat Ray.

"Baikhlah, kalau begitu bisa kita lanjut bahas rencananya?" Kali ini (name) sedang serius, tatapan matanya sangat berbeda dari biasanya, senyuman di wajahnya menghilang digantikan dengan raut wajah serius, dengan nada suara yang seolah menekan siapa pun disekitarnya.

"Pertama, Norman akan mengecek apa yang ada di balik dinding, Ray sedang mempersiapkan alat untuk menghancurkan pelacak di tubuh kita, Emma, Don dan Gilda akan mempersiapkan anak-anak, lalu aku akan mengalihkan perhatian mama." Terang (name) namun mendapat respon tidak setuju dari Emma.

"Chotto matte (name), jika kau yang menahan mama lalu bagaimana kau akan kabur?" Emma bertanya dengan mengebu-ngebu.

"Itu akan kupikirkan sendiri, sekarang saatnya kalian menanyai sister krone, bukan?" (Name) tersenyum lembut, senyumnya membuat lekuk matanya seperti bulan sabit.

(Skip aja pas adegan mereka nanya sister krone ya.)

"Lain kali kita main lagi ya!" Sister krone tersenyum sambil menutup pintunya.

"Anak-anak gila yang penuh ambisi, bagaimana Isabella membesarkan mereka?" Tanya sister krone pada dirinya sendiri.

"Emma, bocah energik yang mempunyai rasa ingin tahu yang banyak. Norman, bocah jenius yang sulit ditangani. Ray, bocah suram yang bisa mematikan. Gilda, bocah baik yang memiliki standar rata-rata. Don, bocah sembrono tapi cukup bisa diandalkan. Serta terakhir.. (Name) bocah kesayangan Isabella yang mempunyai sejuta rahasia. Mereka bocah yang menjengkelkan." Gumam panjang sister Krone, Isabella yang melewati kamar itu dan mendengar gumaman dari sister Krone hanya tersenyum.

(Name) saat ini tengah menulis di sebuah buku diary yang berisi banyak daftar jenis bunga dan tanaman, namun apa yang ia tulis sekarang bukanlah sesuatu yang berbau tentang bunga dan tanaman, melainkan tentang rencana dan strategi yang ia atur agar semua rencana berjalan lancar. Jika rencana A gagal maka ia akan menggunakan rencana B dan jika kedua rencana itu gagal, mau tidak mau ia akan menggunakan plan Z yang berbahaya.

"Aku pasti akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, apapun yang terjadi." Ucap (name) lalu menutup bukinya dan menaruhnya di bawah sarung bantalnya, dan kemudian gadis itu tertidur.

🦋🦋

___________

Di sini ada beberapa adegan yang Zaza skip buat menjaga alur cerita ini kedepannya, maupun karena zaza lupa ama adegannya.

Makasih buat 2k lebih pembaca >< dan

Karena bentar lagi lebaran gitu ya kan, jadi zaza disini mengucapkan..

Walau kulit tak seputih rambut Gojo Satoru, dosa tak sependek Levi Heichou. Mari saling memaafkan dan ikhlas seperti Armin.

Saya sadar tak sesempurna Karma Akabane husbu zaza, selalu membuat salah dan ceroboh seperti Nobita dan Iruma. Mari sucikan hati dan pikiran serta saling menyayangi layaknya Edward yang menyayangi Alphonse sepenuh hati.

Semoga kita mendapat Thr sebanyak harta Twilight dan Kambe Daisuke.

Selamat Hari Raya Idul Fitri & Mohon Maaf Lahir dan Batin

Buat yang merayakan..

Jangan lupa Vote dan Comment
Bye..bye..

Kisah Baru di Dunia Lain [TPN X READERS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang