Semua yang dikatakan (Name) dilaksanakan dengan baik oleh semuanya, Don menyampaikan permintaan maafnya pada (Name) dan gadis itu sudah memaafkan Don yang merasa sangat menyesal atas perbuatannya yang tanpa sengaja membuat (Name) terluka.
(Name) hanya punya waktu seminggu lagi sebelum akhirnya ia harus pergi dari Grace Field House. Gadis itu kini tengah membaca buku miliknya yang diberikan Isabella tadi pagi. (Name) teringat dengan buku harian miliknya, ia bergegas menuju kamarnya di loteng. Sebuah buku dengan corak biru yang lembaran dalamnya hanya diisi goresan-goresan panjang dan titik, tidak ada huruf di sana. Goresan itu adalah kode morse.
._ _._ _ _ _ _... . ._. .... ._ ._. ._ ._ _. . _ _ _ _ ._ _.. ._ _. _ _.
( Zaza ngga tahu bener ngga artinya, yang anak pramuka tolong dikoreksi zaza nya, terima kasih.)
Sebelum sempat membaca lagi kode morse yang ia tulis di usia 4 tahunnya itu, pintu diketuk (Name) dengan cepat menyembunyikan buku hariannya itu. Lalu gadis itu segera membuka pintunya, nampak seorang pemuda dengan surai perak platinumnya yang bersinar itu. Wajahnya dihiasi senyuman yang begitu hangat, namun gadis itu tahu betul arti senyumannya, Norman.
Norman masuk ke dalam kamar (Name) yang dipenuhi aroma bunga namun tercium sedikit bau obat-obatan dari ruangan itu. Banyak alat musik di dalam ruangan itu, juga terdapat banyak kanvas-kanvas yang ditutupi kain putih. Norman menarik kesimpulan bahwa (Name) adalah seorang penyuka seni, entah seni tulisan, seni musik, hingga seni melukis.
"Norman percayalah Emma pasti akan berhasil melarikan diri." ujar gadis itu dengan senyuman sambil menepuk-nepuk punggung Norman.
Norman membalasnya dengan senyuman selagi mengangguk. Ia mengkhawatirkan sikap Emma yang terkadang ceroboh, sedikit saja salah langkah, Norman takut semua rencana yang ia dan (Name) buat akan hancur dan malah membahayakan mereka semua.
"(Name) Ada yang ingin kubicarakan .." (Name) menoleh menatap Norman.
"Tentang apa Norman?" Tanya (Name) dengan senyuman yang seperti biasa menghiasi wajahnya.
"Tentang anak yang menjadi mata-mata Mama." Perlahan senyum (Name) memudar ia menatap Norman dengan tatapan seriusnya.
"Siapa yang kau maksud Norman? Atau ... kau mencurigaiku?" Tatapan (Name) benar-benar mengintimidasi Norman, pemuda itu tertegun sebentar lalu menyuarakan pendapatnya dengan gugup, bulir-bulir keringat terlihat jelas dari dahi Norman.
"A-aku tidak mencurigaimu (Name)," terang Norman.
"Lalu siapa?" tanya gadis itu dengan senyuman yang membuat Norman semakin gugup karena ketakutan.
"Itu.." Norman benar-benar gugup karena aura dari (Name) begitu mengintimidasinya.
"Baiklah aku tahu kau tidak mungkin mencurigai ku, kalau begitu aku akan memberi saran untuk mencari pengkhianat diantara kalian." Ujar (Name) dengan senyuman.
Norman mendongak menatap (Name) jika diurutkan dari tahun lahir, (Name) adalah yang tertua dari mereka bertiga. Gadis itu lahir pada tanggal 27 Desember tahun 2033, lalu Ray yang lahir tanggal 15 Januari 2034, disusul dirinya di tanggal 21 Maret 2034, lalu terakhir Emma di tanggal 22 Agustus 2034.
Karena hal itu secara sadar ataupun tidak mereka menganggap (Name) sebagai kakak mereka, dan tentu merasa segan pada gadis itu.
"Beritahu di mana kau menyimpan tali masing-masing di tempat yang berbeda pada yang lain, Norman." Perkataan (Name) membuyarkan lamunan Norman, ia menyesal karena malah tidak fokus pada topik yang ia sendiri ajukan pada (Name).
"Ah, maksudnya jika aku memberitahumu bahwa aku meletakkan tali itu dibawah bantal, lalu aku memberi tahu pada Emma jika aku menaruh tali itu di kamar mandi. Dan diantara Emma ataupun (Name) jika salah satu dari tali itu hilang maka dialah sang pengkhianat?" Jelas Norman sambil bertanya apakah pemahamannya terhadap saran dari (Name) benar atau keliru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Baru di Dunia Lain [TPN X READERS]
Fiksi PenggemarPada suatu hari di perpustakaan Grace Field, Emma, Ray, dan Norman menemukan sebuah pintu dibalik rak buku itu. Mereka membuka pintu itu dengan berbagai cara dan akhirnya pintu itu terbuka menampakkan ruangan gelap yang banyak buku berserakan. Tapi...