"MIKO!!!"
Suara teriakan begitu keras menggema di koridor sekolah, membuat siswa-siswi yang masih berada di luar kelas reflek menoleh ke arah pemilik suara. Pak Yanto, guru BK dengan perut buncit dan kepala botak berlari mengejar muridnya yang tidak mempunyai akhlak.
"MIKO KAMU BAWA KEMANA SEPATU SAYA!!"
Laki-laki dengan dasi terikat di dahinya juga seragam yang dikeluarkan itu berlari menghindari amukan sang guru BK yang menjadi korban kejailannya.
Namanya Miko Bagaskara. Panggil saja buaya rawa. Dia bukan tipikal Laki-laki dingin dan misterius bukan juga murid jenius yang mendapat julukan cucu Albert Einstein.
Oh iya, selain tampan dan bercita-cita punya istri tiga Miko juga anak orang kaya, lebih tepatnya anak tunggal kaya raya. Iya, tahu harta hanyalah titipan, tapi masalahnya titipan Miko tuh banyak, jadi ketar ketir nih calon istri Miko dimasa depan nanti nggak bisa ngabisin duitnya. Nggak kebayang kalau misalkan seratus juta harus habis dalam satu hari.
Ada yang mau list dulu sebelum doi sold out?
Menghiraukan teriakan Pak Yanto yang sudah mencak-mencak di belakang Miko terus saja berlari dengan tangan membawa sepatu hitam milik guru BK itu, sesekali dia juga menoleh ke belakang untuk melihat jaraknya dan jarak Pak Yanto.
"KALAU SAMPAI SEPATU SAYA TIDAK MENGKILAP LAGI KAMU YANG SAYA SURUH CUCI!" teriak Pak Yanto.
"Saya pengen sepatu Bapak nih boleh ya buat saya." seru Miko sambil tertawa dengan mata melihat ke belakang ke arah Pak Yanto berada.
Gubrak!!!
Nah, nyungsep kan. Jadi jatuh kan. Mata nggak lihat kedepan sih, nabrak orang jadinya. Mana nabrak guru lagi. Guru fisika pula.
"Miko! Apa-apaan kamu ini." sentak Bu Tejo.
Namanya Terani Joyoningrat. Guru fisika kesayangan semua murid kecuali Miko dan pasukan sekutunya. Semua siswa-siswi SMA Merah Putih yang memberikan nama panggilan Bu Tejo itu, katanya sih kalau dipanggil Bu Terani atau Rani kebagusan nggak cocok sama umurnya.
Bu Tejo bangun dari jatuhnya dilantai. Tabrakan yang diakibatkan oleh badan Miko cukup membuatnya terjatuh hingga buku-buku yang dibawanya jadi ikut terjatuh. Dia mengambil beberapa buku dengan mulut mengomel.
"Sehari saja tidak membuat ulah apakah tidak bisa Miko? Ini masih pagi kamu sudah buat guru-guru darah tinggi." omelnya.
Miko yang masih terdiam dengan posisinya mendongak menatap Bu Tejo. Enggak encok kan itu pinggangnya?
Teriakan Pak Yanto membuat Miko reflek menoleh ke belakang.
Pak Yanto datang sambil ngos-ngosan. Dia mencoba mengatur napasnya lalu menunduk menatap Miko.
"Murid durhaka kamu ya. Mana sepatu saya." Pak Yanto langsung mengambil sepatunya dari tangan Miko. Dia sebagai guru BK seperti tidak ada wibawa-wibawanya bila berhadapan dengan muridnya yang satu ini.
Miko berdiri dari posisinya sambil menahan nyeri dipantatnya, lalu dia menatap Pak Yanto yang juga tengah menatapnya.
"Apa kamu natap saya." sinis Pak Yanto.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUMIKA (On Going)
Teen FictionSelamat membaca semoga suka Dia yang datang seolah memberi kebahagiaan _________ Ini tentang Mika, gadis yang sebenarnya dunianya sudah hancur namun dia berpura-pura untuk tetap baik-baik saja. Disiksa oleh semesta, tidak diperlakukan baik oleh kelu...