Sepulang dari sekolah Mika menyempatkan diri pergi ke warung Mang Aye lebih dulu karena sudah lama dia tidak kesana. Masih dengan seragam sekolah yang melekat ditubuhnya Mika menikmati bakso langganannya itu ditemani sang pemilik yang kebetulan juga sudah melayani pembeli.
"Lama banget, neng nggak kesini sibuk ya?" tanya Mang Aye sambil memperhatikan Mika menikmati baksonya.
Mika menelan bakso yang dia kunyah lebih dulu sebelum menjawab. "Enggak sibuk-sibuk amat sih, Mang, cuma sekarang lagi nggak boleh pulang telat sama Momski jadi pulang sekolah langsung harus pulang."
Mang Aye yang mendengar menganggukkan kepalanya pelan. "Ya itu juga salah satu cara mereka kawatir sama anaknya."
Mika yang hendak memasukkan satu suapan lagi ke mulutnya mengurungkan niatnya, dia meletakkan sendok berisi bakso itu kembali.
"Iya, Mama kawatir sama Mika." Katanya sambil tersenyum namun dengan tatapan sendu.
Mang Aye menghela napas pelan. "Pasti, semua orang tua pengen yang terbaik buat anaknya."
Mika menoleh ke arah Mang Aye sambil tersenyum. "Iya dan Mika harus ngerti itu."
Mang Aye tersenyum sambil mengangguk lalu dia mempersilahkan kembali Mika untuk menikmati baksonya.
Gadis itu dengan lahap menikmati bakso kesukaannya dan sang pedagang pun tersenyum senang sebab dapat melihat lagi senyum seorang gadis yang kisah hidupnya bahkan sudah dia ketahui sadari kecil.
Tidak butuh waktu yang lama Mika sedikit menjauhkan mangkuk bakso yang sudah kosong dari hadapannya. Dia menatap Mang Aye serius di depannya.
"Ada anak Ventrages kesini nggak, Mang?" tanyanya.
Mang Aye yang hendak mengambil mangkuk sisa Mika menoleh ke arah gadis itu. "Iya ada si Aldo sama Andre mereka cuma minum kopi sama makan mie instan terus ngobrol sama Mang Aye."
"Ngobrol tentang apa kalau boleh tahu?" tanya Mika sedikit mencodongkan tubuhnya.
"Rencananya sih mereka mau sunmori tapi belum ditentuin untuk tanggal dan jamnya."
Mika terdiam. Ventrages memang belum pernah lagi sunmori semenjak Marko meninggal. Kalau mereka mengadakan sunmori apakah dia diperkenankan untuk ikut terlibat juga, Mika sangat berharap dia juga diikutkan disunmori kali ini.
Mika tersadar akan keterdiamannya dia kembali menatap pria di depannya.
"Ada yang mereka obrolin lagi nggak, Mang?" tanyanya.
Mang Aye sedikit mengingat kembali. "Emm, enggak ada setelah ngobrol mereka langsung pergi lagi enggak tahu kemana."
Mika menganggukkan kepalanya pelan. Dia mengambil satu gelas es teh yang dia pesan lalu meneguknya hingga habis.
Mika berdiri sambil membenahi jaketnya. "Mang, Mika pamit pulang ya udah sore banget, terima kasih."
"Oh iya terima kasih banyak udah mampir kesini ya, Neng." Kata Mang ye sambil tersenyum dan dibalas Mika dengan mengangguk.
***
Sebagai manusia yang sering kali berada di dalam kamar camilan merupakan hal paling terpenting kan. Rak camilan yang berada di kamar Mika sudah kosong membuat dia harus segera mengisinya kembali.
Jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit, kedua orang tuanya sudah pulang lima menit yang lalu, Mika sudah mendapatkan izin untuk keluar ke minimarket dengan tujuan membeli camilan.
Jarak minimarket yang lumayan dekat dari rumahnya membuat Mika memilih untuk berjalan kaki saja. Apalagi bulan tengah terang-terangnya seolah menemaninya berjalan sendiri di malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUMIKA (On Going)
Teen FictionSelamat membaca semoga suka Dia yang datang seolah memberi kebahagiaan _________ Ini tentang Mika, gadis yang sebenarnya dunianya sudah hancur namun dia berpura-pura untuk tetap baik-baik saja. Disiksa oleh semesta, tidak diperlakukan baik oleh kelu...