Namanya Mikaila Azzahra, gadis yang suka dengan senja. Memiliki hobi menulis dan menggambar sebagai tempat pelarian dari banyaknya beban. Mudah tertawa tapi tidak mudah untuk akrab dengan orang. Keinginannya sekarang hanya ingin diperlakukan baik oleh orang-orang, diterima dan juga dipandang.
Mika memiliki saudara yang berbeda satu tahun lebih tua darinya. Namanya Vera, gadis yang selalu menjadi tolak ukur kepintaran Mika. Gadis yang selalu menerima sapaan hangat dan pelukan dari kedua orang tuanya.
Terkadang Mika iri melihatnya namun sekali lagi dia teringat akan posisinya di keluarga ini, terasingkan juga selalu disalahkan.
Mika menuruni anak tangga satu persatu dengan langkah pelan. Di ujung tangga dapat dia lihat ruang makan yang sudah dipenuhi oleh canda dan tawa di pagi hari. Bahkan kehadirannya sama sekali tidak membuat mereka sadar dan menghentikannya sebentar.
Mika melangkahkan kaki di salah satu kursi, mencoba mengabaikan canda tawa dari ketiga orang itu yang belum menyadari kehadirannya atau memang mereka tidak peduli dengan dirinya.
"Ma, nanti Vera mau bawa bekal dong ke sekolah."
Vera, gadis berambut sebahu itu berbicara kepada wanita paruh baya yang sedang menuangkan nasi untuk piring-piring di atas meja.
"Oke, nanti Mama siapin ya sayang." Arin, wanita yang menyandang status sebagai seorang Ibu itu menjawab sambil tersenyum hangat.
Pandangan Arin kini melirik ke arah anak keduanya berada, Mika yang tengah diam menatapnya.
"Oh, sudah turun rupanya. Mama kira kamu nggak sekolah karena dimarahi habis-habisan tadi malam." sindir Arin pura-pura terkejut.
"Mama kenapa nggak bangunin aku, hari ini aku ada les pagi di sekolah." Kata Mika.
"Enggak usah manja. Kamu bisa setel alarm di ponsel kamu. Lagian Mama sibuk masakin Papa sama Vera pagi-pagi tadi." Ketus Arin.
Mika mencoba untuk bersikap tenang walaupun hatinya sudah sesak duluan. Lihat kan, bahkan hanya meminta untuk dibangunkan di pagi hari saja Mika tidak bisa menerimanya.
"Percuma ikut-ikut les kalau nilai tetep gitu-gitu aja. Bisanya cuma jadi beban keluarga." Kata Arin.
Mika menghela napas pelan. Dadanya sesak seperti dihantam sesuatu yang besar. Tanpa sang Mama menyebut nama, dia sudah tahu siapa orang yang dimaksud Mamanya itu.
"Ingat ya, Mika, Mama masih marah sama kamu. Bisa-bisanya kamu cuma dapet rangking dua di sekolah kamu. Kamu belajar nggak sih sebenarnya?" tanya Arin yang kini berdiri di samping Mika.
"Aku udah berusaha semaksimal mungkin, Ma. Belajar siang malam seharusnya Mama hargai usaha itu." Mika mencoba membela dirinya.
Arin tersenyum remeh. "Hargai kamu bilang. Mama aja nggak yakin kamu beneran belajar apa enggak. Seharusnya kalau kamu memang belajar dengan sungguh-sungguh rangking satu bisa kamu dapetin Mika. Kalau kaya gini apa yang perlu dibanggakan dari kamu?"
Mika, gadis berumur enam belas tahun itu menatap sendu pada kedua orang tuanya bergantian.
"Kalau pun nanti aku dapet nilai bagus atau rangking satu sekalipun kalian nggak akan se- exited saat Vera yang dapat itu kan." Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUMIKA (On Going)
Novela JuvenilSelamat membaca semoga suka Dia yang datang seolah memberi kebahagiaan _________ Ini tentang Mika, gadis yang sebenarnya dunianya sudah hancur namun dia berpura-pura untuk tetap baik-baik saja. Disiksa oleh semesta, tidak diperlakukan baik oleh kelu...