Dengan balutan gaun berwarna hitam dengan rambut terurai gadis cantik itu tampak terlihat tidak baik-baik saja dari raut wajahnya. Padahal di depannya orang-orang terlihat bahagia menikmati kebersamaan juga menyampaikan rasa bangga pada salah satu gadis remaja di sana.
Sudah lima belas menit Mika duduk memasang raut wajah seramah mungkin padahal keadaan sedang tidak ramah padanya. Dia hanya diam sesekali tersenyum saat salah satu dari mereka mengikut sertakannya di tengah obrolan.
"Oh iya anak kamu Dimas juga ikut lomba kan kemarin?" tanya Arin pada Lida, saudara perempuannya.
"Iya, kata Dimas dia ketemu sama Vera di sana." Jawab Lida.
"Terus-terus gimana Dimas dapet juara?" tanya Arin sambil tersenyum.
"Ya jelas dong keturunan aku, dia cerdas dan dapet juara tiga." Jawab Lida sambil tersenyum bangga.
"Keren banget Dimas. Vera kemarin juga dapet juara satu di sana." Kata Arin.
"Oh iya, wah selamat ya Vera Tante bangga punya ponakan kaya kamu." Kata Lida sambil tersenyum ke arah Vera.
"Terima kasih Tante." Kata Vera.
"Vera setiap ikut lomba maupun olimpiade selalu juara, Lid, dia berhasil banggain nama sekolahnya sekaligus orang tuanya." Kata Arin sambil mengusap lembut punggung Vera.
Lida, wanita itu menoleh sambil tersenyum ke arah Vera. "Kamu udah cantik, pinter kurang apa coba, pasti banyak yang deketin ya." Katanya.
"Tante bisa aja." Kata Vera malu-malu.
"Oh iya kalau Mika kesibukannya sekarang apa?" tanya Lida yang kini mengarah pada Mika yang duduk di depannya.
Mika tersenyum. "Lagi sibuk belajar aja sih, Tan." Jawabnya.
Lida tersenyum sambil mengangguk. "Pasti ikut lomba-lomba juga ya, lomba dimana aja?" tanyannya.
"Oh enggak Tante Mika masih berusaha kalau untuk itu." Jawab Mika, ragu.
Lida melunturkan sedikit senyumnya dan Mika peka akan hal itu.
Dari semua saudara Mamanya Tante Lida yang sedikit berbeda memperlakukannya, wanita itu lebih memberi perhatian kepada Vera dibanding dirinya, maka dari itu apabila berkumpul seperti ini Mika lebih memilih diam di tempat.
Kalau boleh jujur sebetulnya Mika tidak iri sama sekali atas pencapaian yang Vera dapat hanya saja perlakuan orang-orang yang sama sekali tidak tahu kondisi dan situasi yang ada malah membuat Mika ikut kesal dan sedikit gelisah akan dirinya.
Suasana meja makan kembali hening, semua orang menikmati hidangannya masing-masing. Ada juga yang baru saja datang karena terkena macet di jalan, termasuk dua orang yang Mika tunggu-tunggu kehadirannya.
"Hai Tante Naila Om Hafiz." Mika berdiri dari duduknya setelah melihat Pria dan wanita yang berjalan mendekat ke mejanya.
"Hai sayang." Wanita dengan balutan hijab berwarna cokelat itu tersenyum dan berjalan menghampiri Mika, dia Naila, Kakak ipar Mama Mika.
Semua orang kini mengalihkan pandangannya ke arah dua pasangan suami istri itu.
Naila juga Hafis langsung mengambil tempat duduk di samping Mika yang kebetulan kosong. Naila memperhatikan orang-orang sekitar yang tampak tersenyum menatapnya.
"Maaf ya lama soalnya kejebak macet tadi." Kata Naila sambil menangkupkan tangannya.
"Enggak apa-apa, Nai, yang lain juga masih belum dateng." sahut Arin.
Naila tersenyum mendengarnya, lalu dia menoleh ke arah Vera. "Hai Vera gimana lomba kemarin menang?" tanyannya.
"Menang dong Tante, Vera dapet juara pertama." Jawab Vera, semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKUMIKA (On Going)
TienerfictieSelamat membaca semoga suka Dia yang datang seolah memberi kebahagiaan _________ Ini tentang Mika, gadis yang sebenarnya dunianya sudah hancur namun dia berpura-pura untuk tetap baik-baik saja. Disiksa oleh semesta, tidak diperlakukan baik oleh kelu...