CHAP 3

1.2K 81 51
                                    

"Terima kasih banyak telah menyelamatkan anakku."

Aku menggelengkan kepalaku saat ayah Seventeen membungkuk mengucapkan terimakasih.

Aku berkata terus terang.

"Aku tidak punya niat untuk menyelamatkan anak mu."

Entah bagaimana, aku  menyelamatkannya. Mungkin dia terkejut dengan kata-kataku, sang ayah berdeham 'uhm'. Aku melirik Seventeen yang duduk di sebelah ayahnya dengan acuh tak acuh. Bocah itu masih tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya pada apa yang sangat dia sukai, dan wajahnya merah. Lalu, ketika mata kita bertemu, dia perlahan menurunkan matanya. Aku memikirkan kata-kata yang telah aku ulangi berulang-ulang hari ini. Sesuatu yang tidak menyenangkan.

“Tetap saja, bukankah kamu akhirnya menyelamatkan anakku? Lagi pula, aku tahu bahwa Taemin Lee terluka parah dan dirawat di rumah sakit selama lebih dari sebulan. Kalau bukan karena Lee Taemin saat itu, hahh. Dia pasti sudah..."

"Aku mengerti."

Aku berhenti berbicara dan mengatakannya lagi.

"Aku tidak punya niat untuk menyelamatkan anak mu. Aku juga terluka selama pertarunganku."

"Namun……."

"Saat itu anak mu yang hampir pingsan hari itu meminta bantuanku."

Aku berhenti dan menatap Seventeen yang pada saat itu memiliki mata yang terbuka lebar, lalu melanjutkan.

"Aku akan berdiri dan meninggalkannya jika dia tidak mengikutiku. Jadi aku tidak berniat untuk menyelamatkannya. Hanya saja putramu beruntung karena dia tidak melewatkan kesempatan untuk selamat dengan kemampuannya sendiri."

Ayahnya hanya menatapku sebentar. Aku memotongnya dua kali dan berbicara dengan kasar, tetapi tidak ada tanda-tanda ketidaksenangan di wajahnya. Sebaliknya, dia menatapku dengan mata penasaran. Seventeen, yang duduk disamping yang menatap ayahnya dan aku secara bergantian, bertanya dengan lembut. Kemudian Ayah memarahinya dengan suara yang keras.

"Kevin, bukankah sudah ku katakan untuk menggunakan bahasa korea saat kamu di korea?"

Seventeen mengerucutkan bibir sejenak lalu bertanya lagi pada sang ayah dalam bahasa Korea.

“Aku tidak mengerti semua yang dikatakan Taemin.”

"Uh-huh. Kamu harus memanggilnya Taemin hyung."

Sang ayah menunjuk lagi dan menjelaskan apa yang aku katakan secara perlahan kepada Seventeen yang meresponnya dengan kata, 'ya, ya.'  mengangguk dengan penuh semangat.
Bahkan jika dia berpura-pura, kamu bisa melihat betapa Ayahnya sangat peduli pada Seventeen. Bahkan dia berusaha keras menghubungi Director Yoon untuk membuat kami bertemu. Lagipula, dia tumbuh dengan perlindungan yang berlebihan, jadi aku menerka dia pasti melarikan diri dengan kemauannya sendiri untuk menjadi seorang selebriti.

Setelah beberapa saat menjauh dari pandangan mereka, aku hampir tidak bisa melihat ke arah pria yang duduk di sebelahku. Namun, begitu aku menoleh, aku mendengar bisikan Torai.

"Apakah kamu sudah berpikir?"

"Apa?"

Madman memutar matanya dan tersenyum dengan lesung pipitnya yang terlihat.

"Bagaimana cara melepaskan amarahku."

Apa sebenarnya yang membuatmu marah? Hal yang akan aku tanyakan tidak bisa keluar karena ayah Seventeen  tiba-tiba berbicara.

"Ngomong-ngomong, saya minta maaf karena terlambat menyapa Direktur Yoon. Terima kasih telah mengatur pertemuan ini. Anak ini adalah anak bungsu, jadi aku tidak bisa berhenti mendengarkannya begitu dia berbicara. Heh heh ~ Bahkan setelah hal buruk seperti ini, dia masih terus meracau membuat keributan untuk menemukan  orang yang menyelamatkannya saat dia di rumah sakit."

PAY OFF/V.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang