CHAP 12

1.4K 96 22
                                    

Karena hanya ada satu hari tersisa sampai audisi, aku sudah gugup dan cemas menunggu besok. Dan perasaan itu semakin kuat ketika menerima telepon tak terduga dari PD Jung.

['Tuan Taemin, maaf, tapi aku rasa aku tidak bisa menjamin bahwa Taemin akan memenangkan peran itu. Karena Festival Film, aku baru saja kembali ke Korea beberapa hari yang lalu... jadi aku mendengar sekilas bahwa orang yang tidak terduga akan datang dan mencalonkan diri untuk peran yang juga diikuti oleh Tuan Taemin. Aku tidak yakin, tetapi jika itu masalahnya maka ... yah. Kamu tahu apa yang aku maksud, bukan?']

Dia ragu - ragu untuk meminta maaf dan aku juga mengatakan kepadanya bahwa tidak apa - apa. Bagaimanapun, aku bertekad untuk melewatinya sendiri, jadi tidak akan menjadi masalah tanpa dia untuk menjamin aku. Jadi aku sengaja tidak bertanya. Siapa orang itu yang bahkan dia sendiri tidak bisa prediksi. Bukankah Hansoo yang takut kamera juga berhadapan dengan seorang anak dengan keterampilan dan segala macam dukungan. Memikirkan tentang bocah pengecut yang gemetar dan menggertakkan giginya saat mengikuti audisi, mengkhawatirkan pihak lain terlalu membuang waktu. Bahkan tingkat kekuatan Hansoo belum tinggi menurut aku.

Tapi itu bukan berarti aku tidak gugup tentang audisi besok. Itu karena apa yang terjadi dengan Torai tadi pagi. Sial, memikirkannya saja membuatku ingin mengutuk. Belakangan, aku menjadi waspada dengan tindakannya yang tiba - tiba berubah menjadi pria yang sopan dan membingungkam, sehingga tidak lama kemudian aku ingat dan menyadari apa yang aki katakan. Sebuah pengakuan yang sangat diinginkan presiden alice. Seharusnya aku senang saat rasa malu seperti pisau yang menusuk ke perutku telah berlalu tanpa aku sadari, tapi rasa maluku yang terlambat tidak mengizinkanku melakukannya.

Bajingan, mengapa aku mengatakan itu kepada Torai. Terlebih lagi, aku merasa lebih frustasi ketika dia dengan santai menikmatinya dalam suasana ceria. Tiba - tiba dia menjadi lebih murah hati dengan segalanya, berjanji untuk membelikan aku sekantong kue kenari dan makan satu atau dua kantong seperti yang aku katakan.

Orang melihat aku dan mengira aku gila karena aku tidak diberi kue kenari. Dan tidak peduli seberapa kaku wajahku, dia masih memelukku dan berguling - guling di tempat tidur dan membiarkan manajer Park membuat lusinan panggilan sebelum dia bangun untuk pergi bekerja. Terimakasih karena itu aku keluar terlambat, tetapi karena hal yang tidak terduga, pergi ke rombongan di tunda.

Aku sedang duduk di kedai kopi yang kosong karena masih pagi dan melihat ke luar jendela. Presiden Alice memaksa ku untuk segera bertemu, setelah membuat janji di kedai kopi di gedung tepat di seberang rumah Jay seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Aku juga merasa beruntung dia tidak datang ke kantor, tetapi segera aku mendapat firasat buruk.

Tepat ketika tidak mungkin untuk memahami dari mana perasaan ini berasal, pintu kedai kopi dibuka dengan suara 'klank~'. Orang yang masuk adalah prsiden Alice, karena ototnya yang besar dan padat dibandingkan dengan tinggi badannya yang pendek, dia terlihat seperti bayi besar yang sedang berjalan. Aku berdiri untuk menyapa pria yang memegang sesuatu di tangannya, tetapi pemilik kafe menyambutnya terlebih dahulu.

"Oh, sudah lama sejak aku melihatmu di sini."

Seperti yang diharapkan, presiden alice dengan senang hati mengulurkan tangannya untuk menyambutnya seperti dia akrab dan berjalan ke arahku. Aku menundukkan kepalaku untuk memberi salam, perasaan buruk itu menjadi semakin jelas.

Hanya akan ada satu kesempatan bagi presiden untuk secara teratur mengunjungi kafe di depan rumah Torai. Aku menatap curiga padanya saat dia memesan minuman terlebih dahulu. Bagaimana dia menyapa juga sangat sederhana, menunjukkan seberapa sering dia datang ke sini untuk menjadi begitu dekat dengan para karyawan yang bekerja paruh waktu.

"Seperti biasa."

"Ya, apakah itu macchiato karamel?"

"Ya. Ingat jangan terlalu panas."

PAY OFF/V.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang