Halaman satu.

345 48 4
                                    

2 Agustus 2018.
Dari Dante, diatas pohon mangga rumah Tenggara.

Halo haloo

Hahaha aduh, aku bingung mau nulis apa. Kayaknya perkenalan dulu nggak buruk deh.

Namaku Andante Galangga, orang sih biasanya manggil aku Dante. 17 tahun, kelas 11 IPA 3 barengan Tenggara. Hobiku... apa ya, main futsal, ngasih makan Joel, berkebun, sama main bareng Tenggara.

Buku ini dikasih sama Tenggara pas ulang tahunku... udah lama sih ya, tapi baru kepikiran buat nulis disini sekarang, huhuhu maaf yaㅠㅠ

Kayaknya nggak enak kalau aku manggil kamu buku. This is ALSO kinda weird that i'm talking to a book, i never have a diary before. Tapi kayaknya kamu bakal cocok kujadiin tampungan curhatanku soal Tenggara--ssstt, jangan kasih tau siapa-siapa tapi.

Okay, back to the topic.

Enaknya kamu kukasih nama apa ya? Travis? Jangan deh, terlalu 'Tenggara'. Kayaknya nama yang berkaitan sama Tenggara bagus, cuma masa aku curhat soal Tenggara sama Tenggara?!

Haru?

Haru!

Mulai sekarang, namamu Haru ya! Di Korea, Haru artinya satu hari atau daily, pas banget kaaaan, kamu daily chat of me.

Haru, pertama-tama, aku mau ngasih tahu kamu sesuatu yang private banget soal aku.

Sssssttt, tapi jangan kasih tahu Tenggara ya!

Aku suka sama Tenggara.


...

SIGH WHY AM I SO NERVOUS okay Dante, nobody gonna saw this except yourself.

Aku suka Tenggara, dari kelas sembilan. Aku gak berani bilang ke Tenggara, soalnya takut kita canggung. Masa persahabatan kita dari masih ngemut empeng harus kepecah gara-gara aku suka sama Tenggara?!

Aku juga heran sih, kenapa aku harus suka sama Tenggara yaㅠㅠ

I mean, who doesn't love him? Tenggara itu the real meaning of perfectioness. Aku juga gak bisa ngontrol perasaanku buat gak berkembang lebih lebar.

Kira-kira, Tenggara suka aku balik gak ya?

HAHAHAHAHA Dante, in ur dream.

Haru, segitu dulu ya buat hari ini, tanganku udah pegel nulis panjang gini. Besok-besok aku balik lagi kok, semoga aku bisa konsisten selau nulis disini ya ^v^

See ya on top, Haru!

p.s
☆Tadi siang Tenggara udah mau aku repotin buat nganter ke Gramed. Terima kasih ya, Gara!
☆Tenggara tadi minjemin aku buku Tere Liye yang 'Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin'. Ingetin aku buat kembaliin hari Minggu ya!
☆Tenggara tadi nyuapin aku mangga T~T
☆Tenggara have a good sleep ya! Jangan sampe salah tidur terus kecengklak lagi! Hehe, lehernya yang tadi dikompres lagi ya.




 Ingetin aku buat kembaliin hari Minggu ya!☆Tenggara tadi nyuapin aku mangga T~T☆Tenggara have a good sleep ya! Jangan sampe salah tidur terus kecengklak lagi! Hehe, lehernya yang tadi dikompres lagi ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Tenggara masih ingat betul bagaimana cara buku diary ini dipindahtangankan ke Dante. Di awal Desember tahun dua ribu tujuh belas, buku sampul hitam-putih ini terbungkus didalam kertas kado gambar Tayo—jangan protes sama Tenggara, tolong, dia nggak pintar milih kertas kado buat Dante—yang Tenggara dekap sejak ia melangkah dari rumahnya menuju halaman rumah Dante.

Ulang tahun Dante setiap tahunnya selalu meriah, dihadiri oleh teman-teman sekolah, rekan kerja ayahnya, teman ibunya yang sosialita beserta anak-anaknya, dan para sepupu serta om-tante dari pihak ayah yang bejibun dan kebanyakan bule—mereka nggak bisa bahasa Indonesia. Mungkin karena faktor Andante adalah anak tunggal, kedua orang tuanya nggak perlu membagi kasih sayang ke anak yang lain.

Tenggara umur lima belas tahun mendekap erat-erat kado untuk kawannya, berjalan dari rumahnya yang berjarak lima rumah dengan kediam Dante sendirian, katanya dia sudah besar jadi nggak perlu ditemani lagi. Agak menciut pas lihat belasan motor dan mobil di halaman rumah Dante, tapi waktu lihat muka yang sedang ulang tahun ditepi kolam ikan, senyumnya langsung mekar.

"Andante, selamat ulang tahun." Tenggara rengkuh kawannya, Dante membalas. "Semoga panjang umur, sehat selalu biar bisa main sama gue sampe bungkuk, pipinya tambah tembem biar bisa gue cubitin terus, tambah pinter, hmmm apalagi ya,"

Dante tergelak kecil, pukul ringan punggung kawannya yang masih nggak mau ngelepas pelukan. "Banyak amat doa lo, nanti Tuhan kewalahan."

"Nggak papa, pokoknya lo harus bahagia terus ya!"

Setelah rengkuhan dilepas, kado berbungkus kertas kado warna biru dengan corak Tayo dan kawan-kawannya diulurkan Tenggara sambil sebelah tangannya menggaruk tengkuk. "Kado dari gue."

"Kok Tayo?"

Tenggara merengut, "Adanya ini doang kemarin, udah, masih mending gue tahu diri ngasih kado." ujarnya, sambil jejalkan kado kotak itu ke tangan Dante.

"Yaudah, makasih Gara."

Ada keheningan cukup lama setelahnya, Tenggara dan Dante cuma saling lempar cengiran, lupakan eksistensi beberapa sepupu Dante yang menonton mereka dari seberang kolam ikan.

Yang lebih tinggi berdeham ringan, "Masuk yuk Dan, masa yang ulang tahun malah ngilang." Dia menunjuk pintu rumah Dante yang terbuka guna jempol.

Tapi Dante malah menggeleng, ambil pergelangan tangan Tenggara dan membawanya berlari. Yang ditarik cuma mendelik, nggak punya pilihan selain ikut lari seimbangin langkah dengan yang didepan sambil sesekali noleh kebelakang.

"Eh mau kemana? Acaranya gimana—"

"Nggak usah mikirin acara, i feel lonely in the middle of the crowd." Mereka berhenti didepan tangga menuju rumah pohon, Dante tersenyum disana, "Keep me acompany, for the rest of the day."

berbalik: Halaman dua.

Haru, The Memories. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang