Four

659 76 6
                                    

Sudah dikatakan sebelumnya jika Takemichi itu kejam, bermain-main dengannya sama saja berarti mencari mati, dan mungkin hal itulah yang dirasakan seorang Matsuno Chifuyu dan Baji Keisuke saat ini.

Mereka berdua--si pengkhianat yang membuat Takemichi geram luar biasa sampai rasanya lelaki itu ingin menguliti mereka secara hidup-hidup, tidak peduli dengan rasa sakitnya yang terpenting adalah suara jeritan dan memohon ampun itu Takemichi dengar.

Kini Takemichi dengan senyum merekahnya mendekat ke arah Baji dan Chifuyu yang mulai berkeringat dingin, di tangan Takemichi belati miliknya teracung tepat di wajah Baji lebih dulu.

"Kau suka ini kan, Keisuke?" Ujar Takemichi sembari menggoreskan ujung belati itu pada wajah Baji hingga darah segar perlahan mengalir. Pria bersurai panjang itu pun menggeleng ribut, gumaman tak jelas terdengar akibat mulutnya tertutup lakban, dan saat ujung belati itu tertekan pelan pada dadanya, Baji sontak menjerit-jerit tertahan dengan wajah penuh keringat dingin.

Dan saat merasa puas dengan mahakaryanya yang pertama, Takemichi pun melepaskan lakban yang membungkam mulut Baji hingga kemudian teriak penuh penderitaan menusuk pendengarannya.

Takemichi terkekeh, apakah ia senang? Oh tentu saja.

Sejujurnya Takemichi lebih suka sekali melukai secara perlahan, dari pada harus sekali tusuk yang efek sakitnya tidak lebih dari rasa tusukan jarum, ia ingin memberi penderitaan sedikit demi sedikit pada orang yang sudah berani mengkhianati dirinya agar mereka ingat rasa sakit itu sampai kematian datang pada mereka.

Kemudian Takemichi pun beralih pada Chifuyu, ia kembali mengambil satu belati lain pada saku jasnya, dan kali ini ia mengarahkannya pada mata kanan Chifuyu yang tampak melotot kaget. Lagi, tanpa banyak bicara Takemichi menusukkan belatinya secara perlahan hingga menancap sempurna dan tidak berniat mencabutnya sama sekali.

Setelah menarik lakban pada Chifuyu juga, Takemichi lekas mendekatkan diri pada dua sosok itu membuat keduanya yang mendengar perkataan Takemichi lantas menangis dan tidak berniat membela diri lagi lantaran sudah terlalu pasrah dengan nasib mereka.

"Berteriak pun percuma, karena di sini aku lah malaikat pencabut nyawanya." Takemichi tersenyum lebar sampai kedua matanya ikut menyipit, ia pun mencabut kembali belatinya dari Baji dan Chifuyu, lalu menusukkannya pada sisi tubuh bagian lain dengan cara yang sama. Setelah beberapa tusukan ia lakukan, Takemichi lekas terkikik geli melihat bagaimana tubuh dua orang di depannya sudah dipenuhi tikaman darinya.

"Panggil Manjirou!!" Ujar Takemichi setelah itu membuat satu pengawal bergegas keluar untuk memanggil empunya nama.

"Anda memanggil saya, Tuan." Manjirou menunduk sopan di depan Takemichi.

"Iya, kau urus sisanya seperti biasa. Tapi kali ini berikan abunya padaku, aku sendiri yang akan membuangnya." Tatapan Takemichi sekilas menyorot pada Baji dan Chifuyu yang sudah terlihat hampir sekarat, decihan pelan pun terdengar sebelum akhirnya Takemichi bergegas keluar dari ruang eksekusi.

Tanpa semua sadari, perlahan sorot tajam itu berubah sendu sekilas dengan kedua tangan terkepal saat dirinya kembali mendengar teriakan pilu dari dalam sana.

....
....

Kabar jika Baji dan Chifuyu telah di eksekusi oleh Takemichi seketika menyebar layaknya angin yang mengudara, banyak orang yang bertanya-tanya kenapa hal demikian bisa terjadi karena pada dasarnya semua orang tahu jika Baji dan Chifuyu adalah pengurus wilayah terluas diantara semuanya yang mana artinya dua orang itu bisa disebut sebagai orang terpercaya bagi Takemichi sendiri selain Manjirou yang selalu berada di sisinya.

Kini semua anggota kembali dikumpulkan, dan Izana turut hadir diantara barisan karena bagaimana pun lelaki itu masih mencintai nyawanya sendiri terlebih Takemichi sedang terlihat dalam suasana hati yang tidak baik beberapa hari belakangan, jadi memilih hadir dalam rapat kali ini adalah pilihan tepat baginya meski pun sedikit merasa enggan lantaran Izana lebih suka jika harus mengawal Kakucho seperti biasanya.

A L P H ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang