Two

905 111 33
                                    

A/n. Cerita ini bukan tentang ABO ya teman2 ku😭😭🙏 Alpha itu cuma julukannya Michi, tapi emg ada Mpreg nya jadi jangan salah ya🤧

Yang gak suka ya gak usah baca😄🙏

.
.
.
.
.

Takemichi terbangun dari tidurnya dengan kepala yang cukup pening, matanya pun terasa berkunang-kunang dan ada sedikit rasa mual dalam kerongkongannya yang tidak bisa ia tahan hingga membuat Takemichi bergegas menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Manjirou yang baru saja hendak membangunkan Takemichi sontak terkejut saat melihat atasannya itu baru keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat. "Tuan, apa anda sakit?" Tanyanya penuh rasa khawatir.

Takemichi hanya meliriknya sekilas lalu mendudukkan diri di atas ranjang, dia juga tidak tahu kenapa dirinya mendadak merasa tidak enak badan seperti sekarang, apa benar karena dirinya kebanyakan minum kemarin hingga jatuh sakit? Tapi rasanya tidak mungkin karena Takemichi kemarin hanya minum tiga gelas kecil, Takemichi juga tahu batas toleransi alkoholnya.

Takemichi menghela nafas dan kali ini atensinya benar-benar beralih pada sosok Manjirou yang masih setia berdiri di sampingnya untuk menunggu jawaban, raut pemuda Sano tampak khawatir hingga membuat Takemichi tersenyum tipis melihatnya. Namun saat Takemichi memerhatikan perban yang melilit leher Manjirou, senyumnya pun perlahan hilang.

"Bagaimana lukamu?" Manjirou mengerjap saat Takemichi balik bertanya, dia pun lekas menunduk dan berkata jika dirinya baik-baik saja.

Takemichi mengangguk lalu menyuruh Manjirou agar berdiri dihadapannya. Setelah itu tanpa banyak bicara Takemichi segera menenggelamkan wajahnya pada perut pemuda Sano sembari mengusal manja, tangannya pun sontak melingkari pinggang Manjirou yang hanya tersenyum tipis melihat tingkahnya.

Wangi tubuh Manjirou itu candu bagi Takemichi.

"Aku selalu suka baumu." Ujarnya membuat Manjirou hendak mengusap surai Takemichi jika saja ia tidak ingat dengan sopan santun pada atasannya itu, alhasil Manjirou kembali mengurungkan niatnya dan hanya memandangi Takemichi tanpa mengatakan apa pun.

Takemichi mendongak menatap Manjirou yang masih setia memerhatikan dirinya, "Jirou, cium aku." Tuturnya disertai nada penuh perintah yang kentara.

Manjirou pun seketika langsung menunduk dan menangkup kedua pipi Takemichi lalu menempelkan bilah bibir keduanya. Secara perlahan mereka pun mulai saling melumat bibir satu sama lain, hisapan lidah hingga bertukar saliva membuat keduanya seketika hanyut dalam nafsu yang menguar. Dan saat ciuman itu terlepas, jalinan saliva menguntai di sudut bibir keduanya.

Wajah Takemichi tampak bersemu dengan deru nafas yang memberat, pandangannya begitu sayu saat menatap wajah Manjirou yang menampilkan raut wajah sama. Dengan senyuman nakal Takemichi menarik dasi yang Manjirou pakai lalu melonggarkannya, "Aku tahu kau juga menginginkannya, jadi kenapa kau tidak mengikatku dengan dasimu ini? Melakukan sedikit kekerasan dalam sex sepertinya menyenangkan." Bisiknya tepat di telinga Manjirou dan tidak sampai tiga detik si pemuda Sano kini sudah menindih tubuhnya lalu kembali membungkam bibir Takemichi dengan bibirnya.

Dalam ciuman itu Takemichi terlihat menyunggingkan senyum samar, rasa mual yang tadi sempat ia rasakan kini berangsur hilang saat ciuman Manjirou berhasil membawanya ke ambang kenikmatan. Namun keningnya tak lama mengernyit heran saat Manjirou tiba-tiba saja menjauhi dirinya, "Ada apa?" Tanya Takemichi bingung.

"Kita tidak bisa melakukannya sekarang, Tuan. Anda memiliki rapat dengan para pengurus saat ini untuk evaluasi, dan anda juga memiliki janji temu dengan Tuan Hitto setelah rapat." Jelasnya yang membuat Takemichi mendesis.

A L P H ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang