Three

759 88 18
                                    

Hari ini Manjirou pergi menuju Brazil sesuai perintah Takemichi, sedangkan lelaki itu sendiri kini melangkahkan kaki ke arah lorong panjang yang berada di sudut lain rumahnya, pintu demi pintu Takemichi lewati hingga saat dirinya sudah berada di depan pintu berwarna cream tempat tujuannya ia pun segera masuk ke dalam sana, empunya ruangan sontak menoleh lalu tersenyum sumringah saat mendapati Takemichi menyambangi tempatnya.

Semerbak bau obat perlahan menusuk indra penciuman Takemichi, sejujurnya ia tidak suka datang ke tempat ini lantaran bau obat membuat kepalanya pening, namun karena ia ingin memastikan sesuatu maka Takemichi pun memaksakan diri untuk menemui Inui Seishu langsung di ruangannya.

Seishu yang senang karena Takemichi datang lekas mendekat, sejurus kemudian kecupan ringan pada bibir Takemichi ia curi membuat empunya merotasi mata malas. Seishu dengan segala obsesinya itu terkadang meningkatkan rasa kesal bercampur gairah pada diri Takemichi.

Seishu tersenyum sembari merangkul pinggul Takemichi yang masih tampak tidak peduli, "Tumben kau datang ke tempatku, apa kau sudah bosan dengan mainanmu, Hanagaki-sama?" Tuturnya dengan nada sedikit mengejek.

Takemichi mengendikkan bahu, ia pun menoleh pada Seishu yang tampak seperti anjing yang haus akan belaian dari Tuannya, lantas Takemichi menjambak surai pirang Seishu saat pria itu mulai mencumbu dirinya kembali, menekan kepalanya agar semakin memperdalam ciuman mereka.

Setelah keduanya merasa kehabisan nafas Takemichi pun melepaskan ciumannya, nafasnya sedikit tersengal begitu pula dengan Seishu yang kini senyuman pada bibirnya kian merekah. Takemichi dengan sifat tsundere-nya itu memang idamannya sekali.

"Ingin bermain sebentar denganku, Michi?"

Takemichi menyeringai, "Kau menanyakan hal yang sama berulang kali, dan jawabanku akan selalu tidak. Ingat itu!"

Takemichi pun melepaskan rangkulan Seishu lalu berjalan ke arah kursi milik pria itu dan mendudukkan diri di sana. "Periksa aku cepat! Aku tidak suka bau obat di ruanganmu." Titahnya kemudian tanpa banyak basa-basi lagi.

Seishu yang baru saja hendak protes seketika mengurungkan niatnya kala mendapati Takemichi menatapnya begitu tajam dan datar, Takemichi yang sudah memasuki mode seriusnya itu sejujurnya membuatnya selalu takut, karena Takemichi seakan menjadi orang yang benar-benar berbeda dari sebelumnya.

....
....

Takemichi dulu sosok anak yang manja, dan tukang mengadu pada kedua orang tuanya. Namun kala ayah dan ibunya meninggal, ia seketika menjadi anak yang mudah marah dan senang mengajak anak lainnya berkelahi, tidak ayal hal itu membuat beberapa anak dari keluarga besar lainnya mulai mematuhinya layaknya peliharaan. Tentu hal itu pun menjadikan pematok bagi kakek Takemichi untuk menjadikan anak itu sebagai penerus generasinya, karena pada awalnya beliau ragu untuk mengangkat cucunya itu menjadi pewaris lantaran sifatnya yang dulunya cengeng sekali.

Ketika sewaktu Takemichi berusia tujuh tahun, sosok yang dekat sekali dengannya adalah Inui Seishu dan bukan Sano Manjirou. Seishu bagi Takemichi adalah sosok yang memiliki kemiripan dengannya, yaitu bermuka dua dan penuh obsesi. Sedangkan Manjirou kala itu hanyalah anak pendiam yang jarang berinteraksi dengan yang lainnya, dan suka menutup diri hingga membuat Takemichi tak terlalu suka padanya karena baginya anak pendiam itu sangat berbahaya, terlebih terkadang ia tanpa sengaja mendapati Manjirou yang menatapnya tajam, begitu menusuk sampai membuat Takemichi meradang lantaran tatapan Manjirou seakan bisa membunuhnya kapan saja.

Dan selain Takemichi sendiri, Seishu adalah satu-satunya yang menyadari tatapan Manjirou. Anak dari keluarga Sano itu selalu terlihat berwajah tanpa dosa, namun Seishu jelas tahu jika dia pun sama sepertinya. Terlihat lebih licik dan manipulatif, serta begitu ingin mendominasi dalam diam.

A L P H ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang