08• They?

9.6K 511 18
                                    

Seringaian muncul pada bibir yang dilapisi lipstik merah itu, Abel melihat lelaki dihadapannya yang mulai menatapnya dengan terkejut.

"Lo gila Bel!" sentak lelaki itu.

"Why? Biasa aja kali, pokoknya gue nggak mau tau Azglair harus jadi milik gue." ucapnya mengebu.

Lelaki dihadapannya menggeleng tak habis fikir dengan keberanian perempuan itu. "Lo tau, dia psikopat gila!"

"Lo bisa aja dibunuh Bel."

"Gue tau," sergah Abel.

"Dia nggak akan bisa bunuh gue." lanjutnya, Abel membuka ponsel miliknya, cewek itu melempar sebuah video sex nya dengan Azglair malam lalu.

"Gue bakal ancem dia pakai video ini." ia mengambil ponselnya dan memasukinya kembali pada tas kecil miliknya. "Seandainya dia hapus video ini, gue simpan ini video bukan cuma di satu tempat." ujarnya membuat lelaki tersebut berdecak tak habis fikir.

"Ide lo oke juga." lelaki itu sedikit kagum dengan pemikiran licik Abel. Ia rasa cukup menarik untuk mengajak wanita tersebut masuk kedalam sebuah rencananya.

"Gimana kalau lo join sama gue? Gue cukup kagum sama ceweknya Azglair, lumayan lah buat budak sex. Polos-polos gitu pasti nikmat." Abel melotot, kemudian ia tertawa dengan kencang.

"Gila! Gue kira lo bakal nyinyir ternyata ngajak kerjasama." melihat lelaki itu yang tersenyum mesum membuat Abel paham otak lelaki tersebut. Ia tau pasti lelaki dihadapannya sedang berfikir mesum.

Lelaki itu tersentak kala tangannya digenggam oleh Abel. "Gue join." ucap Abel mengambil tangan kelar itu untuk berjabat tangan.

Keduanya tertawa. Lelaki berinisial B itu berdiri dari duduknya. Ia mengusap bahu Abel yang terekspos, "btw gue icip punya lo sabi kali." bisiknya di telinga Abel.

Abel hanya menanggapi nya dengan ringan, ia sudah paham dengan tabiat semua lelaki yang hanya ingin tubuhnya. Namun ia tak peduli. Abel mendongak menatap si cowok, kemudian ia ikut berdiri. Mengalungkan tangannya pada leher kekar itu. "Bayaran nya yang sesuai ya babe." bisiknya disertai dengan kecupan kecil pada rahang milik cowok itu.

"Apapun itu, asal lo puasin gue." mendengar suara tersebut membuat Abel berbuat lebih, ia mendorong dada bidang milik si cowok memojokkan nya pada sisi lemari.

Lidahnya menyesap serta menggigit kecil leher si cowok, sebelah tangannya turun kearah kejantanan si lelaki, sedangkan tangan kanannya ia tangkup rahang lelaki itu agar lebih leluasa untuk bertukar saliva.

***

Rora berlari keluar dari apartemen milik Azglair dengan tergesa, langkah kakinya terseok-seok, kepalanya beberapa kali menengok kebelakang berharap kekasihnya itu tak mengejarnya.

Langkah kakinya perlahan memelan, gadis tersebut menetralkan nafasnya yang tak teratur. Kedua tangannya menumpu pada lutut, keringat membasahi badannya. Ia menatap jalan raya yang sangat ramai.

Bunyi suara klakson, deruman motor, serta asap kendaraan yang kini menjadi pengamatannya. Ia menyeka keringat pada dahi, sejenak Rora menundukkan pandangan nya.

Gadis itu tak mengenakan alas kaki hingga kaki telanjang itu terlihat kotor. Matanya perlahan terpejam, tangannya sedikit bergetar saat ingatan nya kembali pada malam itu. Nafasnya yang tadinya mulai teratur kini memburu kembali.

Rora berusaha menahan isak tangis, kepalanya sedari tadi terus bergerak dengan gelisah. Ia terlalu takut jika Azglair menemukannya.

"Ra?"

AZGLAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang