"Mama kangen kamu Azgla." Tania menatap putranya dengan pandangan sendu, wanita itu maju kembali ingin memeluk erat tubuh anaknya.
Namun lagi dan lagi penolakan yang ia dapat.
Azglair terkekeh sinis, ia menatap Tania dengan pandangan sengit, namun jauh dari lubuk hatinya, lelaki itu juga menyimpan perasaan rindu nya.
"Mau anda itu apasih? Apa yang mau anda dapatkan dari saya?"
Tania tercengang saat lontaran dari mulut itu keluar begitu saja. Wanita itu hanya diam memandangi wajah Azglair. Tangannya terkrpal menahan sesak. "Kenapa kamu bicara seperti itu Azgla? Mama cuma ingin kamu menerima mama kembali, itu saja tidak lebih."
"Apa sesulit itu?" tanya Tania dengan lirih.
Azgla menyugar rambutnya keatas. "Bahkan bagi Azgla, lebih sulit nerima kehadiran anda kembali. Azgla ngga sudi."
Kali ini Tania mengangguk mengangguk pasrah, ia hanya memberikan senyum tipisnya, wanita itu mengambil sebuah rantang yang ia bawa sebelum ke apartemen milik anaknya. "Mama masak, kamu makan ya." ucapnya sambil menaruh rantang itu pada meja tamu.
Azglair melengos begitu saja, namun baru beberapa langkah tangannya sudah ditahan lebih dulu oleh Tania.
"Azgla, tadi mama liat Rora keluar dari sini. Mukanya panik banget dia lari sambil nangis kamu nggak apa-apain dia kan?" tanya Tania pelan.
"Itu urusan Azglair, bisa nggak si anda keluar dari sini saya terlalu muak melihat wajah mu yang begitu--"
PLAK
"AZGLAIR!"
Bagas, pria itu yang sudah menampar pipi anaknya. Tangan pria itu sedikit bergetar saat ia tersadar dengan apa yang telah dilakukannya.
"Mas, nggak seharusnya kamu begitu!" bentak Tania pada pria yang berstatus sebagai suaminya.
Azglair mengusap pipinya yang terasa panas, lelaki itu hanya bisa menatap kedua orang tuanya dengan malas. Ia bahkan sama sekali tak memperdulikan tatapan Bagas yang menatapnya sendu.
Pria berumur itu hanya bisa menghela nafasnya pasrah ketika manik matanya bersitatap dengan Azgla, dan Azglair langsung melenggang pergi begitu saja.
"Seharusnya kamu nggak tampar dia mas." ujar Tania membuat Bagas terkekeh sinis.
"Ini juga salah kamu yang selingkuh di depan mata Azglair Nia! Seandainya dulu kamu tidak melakukan hal bejat itu anak aku tidak akan berperilaku seperti ini yang membuat nya sakit mental!"
"Bahkan hampir puluhan nyawa sudah terenggut karena Azglair, dan ini semua salah kamu!" sentak Bagas kesal, pria itu bahkan mengepalkan tangannya berusaha untuk tidak bermain kasar kepada istrinya ini.
"Kamu tau Nia, bahkan kekasih Azglair sendiri dibuat terkekang dan terikat oleh sifat Azglair yang posesif dan tempramen. Itu semua salah kamu!"
"Nggak ada hubungan nya sama aku--"
"Apa? Kalau kamu siapa Nia!" Bagas memotong pembicaraan Tania yang ingin membela diri.
Nafas pria itu memburu lantaran terlalu emosi, bahkan keringat mulai membanjiri tubuhnya karena terlalu menahan emosi yang sedari tadi bergejolak dalam dirinya. "Azglair bersikap seperti itu kepada Rora karena dia tidak mau Rora memiliki sifat murahan seperti kamu Nia, dia nggak mau sifat lugu gadis itu berubah menjadi perempuan kurang belaian seperti kamu!"
"Bahkan kamu sebagai seorang ibu tidak bisa mencerminkan yang baik kepada anak sendiri!" setelah mengatakan kalimat pedas itu Bagas pergi keluar apartemen meninggalkan Tania yang hanya bisa diam termangu dan tak berkutik.
***
"Lo yakin nggak akan jatuh cinta sama Azglair Ra?"
"Kenapa lo tanya itu ke gua?" Aurora menaikkan alisnya, menatap kearah Sabrina yang melihatnya dengan pandangan intimidasi.
"Ya, secara lo ngejalanin hubungan sama Azglair udah dua tahun Ra, lo yakin masih mau manfaatin keadaan untuk balas dendam?" tanya Sabrina pelan.
Gadis itu tersenyum tipis, ia mengangkat tangannya lalu menghembuskan nafas yang langsung menimbulkan kepulan asap tebal.
Rora meletakkan vape nya di meja, tangannya bergerak untuk mengambil kapas yang terletak di nakas. Perlahan ia mengusap leher bagian kanannya yang langsung menimbulkan sebuah tatto bergambar bunga mawar hitam.
"Gue nggak sebodoh itu untuk jatuh cinta sama cowok kayak dia." balas Rora pelan, ia menatap wajahnya di kaca yang memantulkan wajah berbeda itu.
Aurora memakai baju hitam dengan tali mewah merah yang melingkar di pinggang nya, rambut gadis itu yang biasanya tergerai kini terkucir dengan beberapa helai yang tak ikut terkuncir, memakai rok pendek hitam dengan sepatu bertali sebetis dan kalung mawar hitam yang melingkar dileher nya.
Penampilan gadis itu begitu baddas berbeda dari kepribadian yang ia sembunyikan selama ini. Ia menyeringai saat melihat matanya yang mulai memicing tajam.
Rora langsung memutar balikkan tubuhnya, ia berjalan ke salah satu ruangan tersembunyi. Saat gadis itu berjalan beberapa kali lelaki berbadan besar yang menjaga setiap sisi menundukkan kepalanya hormat.
Sampai ke tujuannya, Rora membuka laptopnya. Ia bermain sebentar disana. Dan seulas senyum devil nya terbit tatkala melihat kedua lawan jenis yang sedang membahas suatu rencana yang merugikan dirinya.
Ia melihat Abel yang tengah berbicara kepada seorang pria itu, tangannya terlipat di dada. Ia tertawa remeh dibuat nya.
"Before you play with me, I first play with you." desisnya pelan.
"thwarting a cheap plan of yours is too easy." tertawa sarkas gadis itu menikmati rencana yang akan ia buat. Tangannya membuka laci di meja kayu itu, jari lentik gadis tersebut mengelus pelan lencana tersebut.
Dirinya tak bodoh, ia pastikan disaat waktu yang tepat, penyamaran ini akan segera ia buka dan kembali ke asalnya.
╭═════════💜═╮
T B C
╰═💜═════════╯Votement nya dong
KAMU SEDANG MEMBACA
AZGLAIR
Fiksi Remaja📌follow dulu aja sebelum baca 📌jangan hanya menikmati tanpa meninggalkan jejak 📌dibaca ya sayang, bukan disalin ... Ikuti dan turuti perkataan ku, maka kau selamat. Berhenti mencari celah untuk kabur karena itu hanya angan. *** Ini bukan cerit...