M E N D E N G A R suara bel dibunyikan, Savina langsung berdiri dan berjalan mendekati pintu. Setelah pintu itu terbuka, pandangannya turun pada sebuah kotak yang sudah ada di sana.
Alis Savina mengerut. "Paket?" Ia mengambil paket itu dan memperhatikannya dengan jeli. "Siapa yang ngirim?"
Paket itu polos, tidak ada identitas pengirim. "Kejutan atau apa, sih?" Gadis itu mulai membuka kotaknya.
"Aaaaa!" Savina refleks melempar kotak itu menjauh darinya.
Savina tersentak dengan isi kotak itu. Di dalamnya terdapat boneka babi yang sudah disayat-sayat di bagian wajahnya. Badannya penuh penuh cairan merah, entah darah atau apa pun itu, yang jelas boneka itu benar-benar menyeramkan.
"Siapa, sih?!" runtuk Savina.
Mata gadis itu berfokus pada secarik kertas yang ada di sisi boneka. Dengan perasaan takut, ia mengambil kertas itu dan membaca tulisan yang di sana.
Gimana kejutannya?
TERKEJUT LO, SETAN?!
Asal lo tau, kejutan yang si Goib kasih buat gue lebih mengejutkan dari ini!
So ... inget ini baik-baik! Sekali lagi lo macem-macem sama cowok gue, bukan lagi boneka ... tapi wajah lo yang bakal gue sayat-sayat!🌀
Hari sudah malam. Saza tengah bersandar di dada bidang Hara untuk memenangkan dirinya. Hara, laki-laki itu terus tersenyum tipis menatap Saza yang tengah membuatnya merasa nyaman.
"Ib, kalo ada yang nyuruh lo ngelakuin sesuatu lagi, obrolin dulu sama gue! Okey?" ujar Saza.
"Iya, Teh ...." balas lembut Hara. "Maaf ... Hara udah bikin Teteh nangis tadi,"
"Nggak apa-apa," balas Saza. "Gue cuma heran aja sama diri gue sendiri. Gue jadi berubah, gue biasanya paling gak bisa nangis karena cowok. Tapi sekarang ...,"
Saza tersenyum geli mengingat dirinya selalu menjadi lemah jika menyangkut Hara, tapi tidak jika tentang laki-laki lainnya. Bahkan, saat Ararya menduakannya saja, gadis itu tidak bisa meneteskan air mata, bahkan setetes pun.
"... gue jadi cengeng." lanjutnya, lalu mendengus. "Malu-maluin."
"Nggak apa-apa, Teh ... gak malu-maluin, kok." kata Hara. "Itu artinya ... Teteh kuat, Teteh tulus."
Saza mendongakkan kepalanya, menatap lembut Hara. "Dan gue cuma tulus sama lo doang, Ib."
Hara juga, Teh ....
"Hara seneng dengernya, Teh." ungkap tulus Hara.
Saza menaiki kedua alisnya. "Itu doang balasan lo?"
"Iya, Teh .... Emang harus balas apa lagi?"
"Lo gak mau gitu ... belai atau peluk gue?"
"Emang Teteh mau ... dipeluk Hara?" tanya Hara ingin tahu.
"Gak, ah!" sahut cepat Saza. "Nanti lo kecanduan lagi."
"Ge-er." cetus Hara.
"Apa?!"
Hara terkikik. "Hehehe ... maaf, Teh,"
"Heh, serius, ya." tutur Saza, Hara pun mengangguk. "Lo tertarik, gak, sih, sama gue?"
"Tertarik, Teh ... Ini buktinya Hara nempel sama Teteh."
"Ihh! Bukan tertarik gitu, njir!" Saza bingung harus menjelaskan bagaimana.
"Gue dandan cantik buat lo, Ib!"Hara merespon dengan mengedip dua kali.
"Lo gak minat ngasih kiss sama gue gitu?" sambung Saza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hara (Selesai)
Teen FictionHARA, laki-laki bodoh yang berusaha menjadi matahari untuk menerangi jalan seorang perempuan yang hidup dalam kegelapan, Saza Azalia Fayyola. Karena kebodohannya semua orang menginjaknya namun dia terus berusaha bangkit dan tetap tersenyum agar bis...