H A R A berlarian resah menuju bar. Kekhawatiran benar-benar melandanya. Ancaman yang didapat, membuatnya takut akan terjadi sesuatu pada istrinya.
Keselamatan Saza yang terpenting sekarang. Hanya itu yang ada dipikiran Hara. Laki-laki itu tidak ingat bahwa terakhir kali ia menemui gadis itu, Saza sedang menunggunya di kamar mereka.
"Teh! Hara harap, Teteh baik-baik aja!"
Tepat saat hujan turun, Hara sampai di depan bar. Ia membuka keras pintu bar, membuat Ararya dan teman-temannya, langsung menoleh padanya.
"Wah! Pahlawan kita sudah datang!" Itu suara horror Ararya.
Dengan senyuman kecutnya, Ararya berjalan mendekati Hara, lalu melepas cepat jas yang masih dipakai Hara. Saat ini, laki-laki itu hanya memakai kemeja putih saja.
Bar sudah disewa Ararya, khusus untuk kesenangannya malam ini bersama teman-temannya, sekaligus Hara. Bar harus dipastikan tidak ada orang luar karena laki-laki itu ingin memastikan Hara dan Saza pisah malam ini juga.
"Har, lo cepet banget datangnya, gue belum siapin kejutan, lho, buat lo."
Dengan wajah panik, Hara langsung memegang bahu Ararya. "Di mana Teh Ajal, A?!"
"Santai, dong." Ararya terkekeh pelan, lalu merangkul Hara. "Kita pesta sejenak, ya ..., Saza aman, kok."
"HARA GAK AKAN TENANG SEBELUM KETEMU TEH AJAL, A!"
CRANG!
Aril melempar keras botol minuman kosong ke kepala Hara. Laki-laki itu refleks memegang kepalanya yang mulai mengucurkan banyak darah. Pandangannya memburam. Badannya terhuyung begitu saja ke belakang.
Teman-teman Ararya yang tengah menyaksikan, langsung duduk santai tidak peduli dan kembali meminum minuman mereka sambil menikmati pesta darah di depan mereka.
Hara mulai mengerjapkan matanya. Tuhan, di mana Teh Ajal ...?
Ararya langsung emosi. Ia berjongkok dan menarik baju Hara untuk berdiri. "LO UDAH NGEREBUT SAZA DARI GUE, LO HARUS MATI MALAM INI JUGA!"
JLEB!
Ararya menusuk perut Hara dengan pisau yang entah dari mana ia dapatkan. Darah keluar begitu saja dari mulut Hara saat Ararya kembali menarik pisaunya dengan keras. Laki-laki itu bangkit dan menghempaskan Hara ke lantai.
Tatapan Hara mulai kosong. Laki-laki itu meremas kuat perutnya yang terus mengeluarkan banyak darah.
Teh ... Teteh baik-baik aja, 'kan?
Masih belum puas, Ararya pun kembali menarik baju Hara, mendorong laki-laki itu duduk di meja. Ia mengambil botol minuman dan mencekal kasar dagu Hara, lalu meminumkan alkohol itu padanya secara paksa.
Hara berusaha menolak, namun tubuhnya sudah lemah karena pukulan dan tusukan. Laki-laki itu terpaksa meneguk minuman yang Ararya berikan, walaupun ia benar-benar tidak tahan dengan minuman itu.
Darah segar terus mengalir dari tubuh Hara, namun Ararya tetap tidak berhenti memberikan minuman itu. Ia terus mengambil yang baru setelah yang lama habis. Dengan wajah merah padamnya, laki-laki itu melempar gelas ke 20 yang sudah habis diminum Hara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hara (Selesai)
Teen FictionHARA, laki-laki bodoh yang berusaha menjadi matahari untuk menerangi jalan seorang perempuan yang hidup dalam kegelapan, Saza Azalia Fayyola. Karena kebodohannya semua orang menginjaknya namun dia terus berusaha bangkit dan tetap tersenyum agar bis...