Prolog

937 124 27
                                    

Habis lulus tidak tau kemana, tujuan buntu kaya otak yang lagi mikir jawaban essay matematika waktu ujian sekolah.

Hidup sebatang kara dikota orang, eh bukan-, tepatnya sih di negara orang.

Dayeon, dayeon, miris sekali hidupmu itu.

Disuruh lanjut kuliah, katanya malas. Gak mau lagi pokoknya berkutik sama kertas, pulpen dan sekawanan nya. Bilang sih, jera.

Tolol, pantesan aja hidupnya luntang-lantung enggak karuan selama setahun terakhir.

Bukan tanpa alasan sih sebenarnya, dia itu ngerasa kalo punya bokap tajir pemilik restoran sushi bintang lima cabang lintas negara. so, dia fine fine aja hidup enggak karuan.

Oalah juanchok, pantesan!

Tinggal di kos kecil, hidup mandiri. Uang kiriman bokap tiap bulan cuma dipakai seperempat nyerempet setengah.

Kadang full dipakai, kadang sama sekali enggak disentuh.

Gimana ya? Dia ini pelit tapi boros, hemat tapi suka sedekah.

Ekhem, calon mantu idaman lah pokoknya. Ibu mertua ada yang mau rekrut tidak?

"Enggak mau kawin!" Dayeon teriak pada ponsel nya.

"Terserah, pokoknya gak mau kuliah and gak mau kawin. Bodo amat sama orang orang bilang."

bip!

Ponsel dimatikan sepihak, Dayeon balik fokus pada seduhan pop mie nya setelah melempar benda pipih tadi kesembarang tempat.

"Napa lagi?" ini pertanyaan keluar dari mulut Youngeun, kawan seperjuangan Dayeon.

Anak itu, kalau dibilang sama saja dengan Dayeon, betul. Tapi kayanya dia lebih parah, sih.

Contohnya saja sudah seminggu dia kabur dari rumah dan numpang tinggal di kost minimalis milik Dayeon.

Alasannya, malas di rumah nanti terus-terusan disuruh jagain burung milik ayahnya.

Mikir apaan!

Orang tuanya itu usaha jualan burung hias, jangan nyeleneh kemana-mana otakmu, atau gak ku pukul pakai air suci.

"Disuruh kawin sama mama, gila apa ya? baru juga setahun gue lulus masa iya kawin, no way!" Dayeon misuh, garuk kepala yang udah kira-kira empat hari gak keramas.

Jorok!

"Lah bagus dong? Biar kehidupan lo gak sepi-sepi banget."

Dayeon emosi ya, tolong mengerti. Kalau gak mau dipukul pakai sendok kayu mending diem, tapi Youngeun punya congor lebar, alhasil sendok itu tetap melayang.

"Iya bagus sih, mama punya calon cowok. Harusnya kan cewek cantik mainnya sama yang cantik juga."

Youngeun tepuk jidatnya sendiri secara sayang, "Oh iya lo kan homo."

"Anjing, jangan diperjelas juga bangsat."

"Hehe," nyengir aja terus ambil mie sesuap, "Terus lo mau ngapain deh? Masa iya selamanya kaya gini?"

Dayeon berentiin aktifitas, tatap wadah pop mie yang udah kosong tapi harus tetap dihirup sampai abis, harus hemat.

"Gue mau buka coffeshop, ada rekomendasi tempat gak?"

"Serius?"

"Iya, buka kedai kecil-kecilan gitu, 'kan? terus juga bisa ngebunuh rasa gabut ini."

Youngeun mikir serius, "Gue sih mikir bagusnya buka kaya gitu tuh dipusat kota."

"Gue juga mikir gitu, tapi masa iya gue pindah?"

"Ya pindah aja kali, apa juga yang lo tunggu disini?"

Dayeon lirik sekitar, "Kenangan kita banyak banget loh disini."

"Kalo mau kaya raya harus bisa ngambil langkah besar."

Uhm, secara teknis Dayeon udah kaya raya kok sebenarnya. hehe.





;

Setelah beberapa perhitungan juga pikir-pikir jelas, Dayeon memutuskan untuk pergi dari kost penuh kenangannya.

Berakhir jadi orang kota dadakan. Hidupnya itu sebenarnya berkelas, cuma keseringan gaul sama rakyat biasa-sebut saja Youngeun-makanya aura-aura estetiknya gak muncul.

Ala-ala film barat dimana pemeran utama keluar dari taksi, terus menggeret koper ukuran sedang, Dayeon buka kacamata hitam ketika sudah ada seseorang yang nunggu dia.

Dari jarak masih ada lima meter, Dayeon gelagapan cari ponsel di tas nya. Tanya lagi sama Youngeun, bener apa tidak alamat yang dia kasih.

"Halo mba," sapa Dayeon, pakai muka sok kerennya.

Oh ya jelas, dia kan manusia paling estetik semuka bumi.

"Eh, siapa?"

Dayeon senyum kecil, ulurin tangan makin sok anggun, "Saya Dayeon, yang kemarin bilangnya mau liat ruko punya situ."

Cewek ini ngangguk semangat, "Oh iya, Dayeon. Ayo mari masuk."

Dayeon ngikut langkahnya, lirik-lirik sekitar, lagi-lagi pasang gaya sok sambil usap dinding, gak tau buat apa.

"Ruko ini baru aja ditinggal penyewa dua bulan yang lalu, alasannya karena udah terlalu kaya jadi mau nikmatin waktu dulu katanya," Jelas cewek didepan, terus gak lama dia senyum manis ke Dayeon,

"Oh iya, nama saya Chaehyun."

Dan pada akhirnya, karena terlalu malas untuk lanjut bisnis cari tempat, Dayeon beserta si tuan pemilik bangunan ruko alias Chaehyun, saling jabat tanda terjalinnya kesepakatan.

Toh lagipula tempat itu sudah sangat strategis, dekat dengan taman kota, perpustakaan kota juga berada diujung jalan, dan infonya lagi,

Chaehyun punya toko khusus warnet dan rental ps, tempatnya tepat berada seberang jalan ruko yang akan diempati Dayeon.


















































































[Sha:p]
Dayeon | Chaehyun
tes?

SHa:p ; Dayeon x ChaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang