10 [Piyama]

855 72 3
                                    

Hari pertama dalam kalender Masehi, hari dimana waktunya para siswa dan siswi mengikuti upacara bendera. Seperti biasa, berbaris sesuai kelas masing-masing dan berdiri menghadap pembina.

Terik sinar mentari menyilaukan para peserta upacara. Beruntung ada topi yang mereka kenakan sehingga wajah mereka tak terlalu terpapar. Suasana menjadi khidmat kala pembina upacara menyampaikan amanat.

Satu orang siswa yang berada paling belakang terlihat bergeming. Siswa bername tag Kim Jungkook itu sejak tadi gusar tak tentu.

"Kook, jaga sikapmu! Senior ada dibelakangmu." Bisik Jimin yang berdiri disampingnya. Jungkook mengangguk samar, ia mulai memperbaiki sikapnya.

Tak berlangsung lama, tubuh Jungkook kembali menggeliat tak nyaman. Remaja itu merasa pening dan lemas. Padahal ia sudah melaksanakan nasihat ayahnya agar mengambil tempat paling belakang untuk menghindar terik matahari. Tapi tetap saja ia tak tahan.

"Jim..." Panggilnya lirih. Jimin langsung menoleh.

"Wae?" Tanyanya.

Jungkook segera menggenggam tangan kiri Jimin saat ia hendak goyah. Jimin yang menyadari ada yang aneh pun menatap wajah Jungkook dibalik topinya.

"Wajahmu pucat sekali, Kook. Apa kau sakit?" Tanyanya cemas. Ia mengecek dahi Jungkook, dan terasa panas.

Jungkook semakin goyah, tubuhnya lemas tak bisa lebih lama lagi untuk berdiri. Pening dikepala semakin menjadi, hingga kemudian pandangannya menggelap.

Bruk

"Astaga.! T-tolong!" Dengan refleks Jimin menangkap tubuh Jungkook yang hendak luruh ke tanah. Segera tim kesehatan dan para senior berhamburan datang, membawa Jungkook di sebuah tandu lalu berlari ke ruang UKS.

~~~

Denting jarum jam terdengar nyaring mengisi ruangan bernuansa putih ini. Kini ada sesosok remaja yang tengah terbaring lemah diatas kasur UKS. Kedua kakinya sejajar dinaikkan ke atas dua bantal tidur. Badannya dibiarkan lebih rendah dengan kepala tanpa sanggahan.

Bau minyak aromaterapi menguar ke liang hidungnya. Menyadarkannya dari ketidak sadaran selama setengah jam yang lalu.

Matanya mulai mengerjap lemah, udara ruangan mulai terasa di kulitnya, rasa pusing kembali datang disertai dengan mual.

"A-ayah..." Tenggorokan Jungkook terasa kering dan kandas. Hanya memanggil nama orang tersayangnya saja ia tak kuasa.

Dilihatnya sekeliling, ruangan yang tidak asing baginya. Mencoba mengingat kembali apa yang terjadi tadi hingga ia sampai di tempat ini lagi.

Terhenyak dari dalam lambungnya, perasaan ingin meluah datang. Ia dudukkan tubuhnya yang terasa sulit sebab kakinya justru lebih tinggi dari kepala. Memiringkan badan lalu mencari apa saja yang dapat ia buat tempat pembuangan isi lambung.

Satu tong sampah tepat berada di bawahnya. Meluah berkali-kali untuk mengeluarkan apa saja yang mendesak keluar.

"Huek... Huek... Huek.." Jungkook terus melakukannya sendiri, tepian tong sampah ia remat kuat-kuat sebagai akibat dari rasa mualnya.

"Huek... Huek..." Kembali mengeluarkan seluruh isi perutnya, Jungkook harus terengah-engah selepas ia merasa lega.

Suara tapakan sepatu tiba-tiba datang mendekat, nampak seorang wanita cantik berpakaian putih rapih berlari kearahnya.

"Astaga, Kim Jungkook-ssi... Mianhae, Noona meninggalkanmu sendiri. Noona mengambil p3k yang masih di ruang penyimpanan, tidak tahu kalau kau akan sadar secepat ini." Wanita penjaga UKS itu membaluri tengkuk Jungkook dengan minyak angin. Membantu membaringkan tubuh Jungkook pelan-pelan.

Unforgettable | NamKookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang