𝓐𝓽𝓵𝓪𝓷𝓽𝓪 : 𝓫𝓪𝓰𝓲𝓪𝓷 4

64 14 0
                                    

"𝐓𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐫𝐮𝐬𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐬𝐚𝐭𝐮𝐤𝐚𝐧, 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐜𝐮𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤𝐢."

*
*
*
*

Thalita kini sedang menuju pulang ke rumahnya, karena tadi waktu jam istirahat mamanya telpon agar nanti sepulang sekolah Thalita langsung pulang menemui mamanya.

Sesampainya ia dirumah, pemandangan pertama setelah ia membuka pintu rumah adalah melihat kedua orang tuanya yang sedang berbicara serius di ruang tamu.

Haruskah ia mendengarkan keributan orang tuanya lagi nanti? Sungguh Thalita sangat malas ke sini kalau cuma mendengarkan orang tuanya ribut.

Huft kalau saja ia tidak di ancam untuk datang ke rumah ini, Thalita tidak akan mau menemui mereka.

Bramasta Auriga (papanya Thalita).
Ia menengok ke arah pintu karena mendengar pintu yang dibuka oleh seseorang. Tanpa mengucap salam atau mengetuk pintu terlebih dahulu. Karena sungguh ia tidak menyukai seseorang yang tidak kenal sopan santun. Dan orang itu ternyata anak kandungnya sendiri yaitu Thalita.
Emm lebih tepatnya anak yang tidak dianggap.

Viandra Atmaja (mamanya Thalita).
Ia yang melihat anaknya pulang, langsung menyuruh Thalita untuk ikut duduk bersamanya.

Tanpa basa-basi Thalita pun langsung duduk di sofa single. Ia tak mau duduk berdampingan dengan ibunya yang menurutnya jahat itu.

"Tumben banget kalian datang ke rumah ini. Mau buat keributan lagi?" Thalita sudah tidak memikirkan sopan santun lagi terhadap orang tuanya. Karena melihat muka orang tuanya saja Thalita sangat benci.

"Jaga ucapan kamu Thalita!" Meskipun tidak membentak papa Bram berbicara dengan penuh penekanan kepada Thalita.

"Udah mending langsung ke intinya aja Bram." Ujar Viandra

"Huft, belum apa-apa kamu udah bikin saya emosi." Bram menghela nafas kasar.

"Ck cepetan deh Thalita gak punya banyak waktu buat kalian." Thalita berdecak kesal karena ia ingin segera beranjak dari sini. Menurutnya rumah ini bagaikan neraka untuknya.

"Baiklah jadi begini Thalita, kami memutuskan untuk bercerai karena mama sama papa kamu sudah capek membangun keluarga yang tidak ada artinya ini. Semua terasa hambar bagi kami. Karena di antara kita sama sekali tidak ada cinta. Kami mohon sama kamu nak, kamu kan sudah besar harus ngerti ya, walaupun mama sama papa udah pisah nanti, kita gak bakal lupa kok sama Thalita. kita bakal jengukin kamu terus nanti." Ucap Viandra dengan panjang lebar, ia mengatakan apa yang ingin di katakan kepada putrinya ini.

Thalita mematung mendengar penuturan dari mamanya. Karena ia tidak pernah berfikir kejadian ini akan terjadi padanya.

Tiba-tiba saja ulu hatinya sakit dan dadanya terasa sesak. Cukup, Thalita sudah lelah dengan semua ini. Kenapa bukannya berbaikan tapi mereka malah memilih untuk berpisah?.

"Apa kamu mau mendengar penyebab kami cerai?" Dengan entengnya Bram menanyakan hal itu kepada Thalita. Lantas Thalita menjawab...

"CUKUP! THALITA UDAH TAHU PENYEBAB KALIAN BERCERAI! THALITA JUGA TAHU KALAU KALIAN HANYA DI JODOHKAN DENGAN KAKEK NENEK. SELAMA BELASAN TAHUN INI KALIAN MEMBANGUN KELUARGA YANG GAK ADA ARTINYA SAMA SEKALI. HADIRNYA THALITA JUGA BUKAN KEINGINAN KALIAN KAN? THALITA TAHU SEMUANYA! SELAMA BELASAN TAHUN THALITA HIDUP DI DALAM KELUARGA YANG MENGERIKAN! DARI LAHIR THALITA JUGA GAK PERNAH MENDAPATKAN SETITIK KASIH SAYANG ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA! THALITA SEPERTI HIDUP SEBATANG KARA PADAHAL THALITA MASIH PUNYA KALIAN!" Tiba-tiba saja Thalita berdiri dan membentak kedua orang tuanya. Persetan dengan sopan santun yang penting ia bisa mengeluarkan unek-uneknya yang selama ini ia pendam sendirian.

𝐀𝐓𝐋𝐀𝐍𝐓𝐀 [𝐎𝐍 𝐆𝐎𝐈𝐍𝐆] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang