𝓐𝓽𝓵𝓪𝓷𝓽𝓪 : 𝓫𝓪𝓰𝓲𝓪𝓷 3

84 13 1
                                    

"𝐘𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫 𝐥𝐨𝐨𝐤 𝐠𝐨𝐨𝐝 𝐭𝐫𝐲𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐨 𝐦𝐚𝐤𝐞 𝐬𝐨𝐦𝐞𝐨𝐧𝐞 𝐞𝐥𝐬𝐞 𝐥𝐨𝐨𝐤 𝐛𝐚𝐝." (𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐨𝐛𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤)

*
*
*
*

"DARI MANA AJA LO BANGSATT!!!" Bentak Gavriel dengan keras. Meskipun membelakangi pintu rooftop, ia tahu siapa yang membuka pintu itu.

Thalita tersentak mendengar bentakan Gavriel yang begitu lantang. Memang selama 6 bulan pacaran, Gavriel itu sering membentaknya, tapi tetap saja Thalita selalu takut mendengar bentakan nya.

Dengan perlahan Thalita memberanikan diri untuk menghampirinya.

"K-kamu kenapa kaya gini ke aku Gav? Sejak kemarin kamu ga angkat telepon aku. Terus sekarang tiba-tiba ngajak ketemu tapi kamu langsung marah-marah ke aku." Ucap Thalita setelah sampai di belakang Gavriel.

"Gak usah banyak bacot deh lo! Sasimo banget si gonta-ganti cowok teros!." Setelah membalikan badannya, Gavriel langsung membentak Thalita lagi.

Wajahnya merah padam. Memang Gavriel itu orangnya tempramental sekali. Meskipun begitu Thalita tetap mau menerima Gavriel apa adanya.

"Maksud kamu apa?" Thalita mengerutkan keningnya, heran. Pasalnya, ia tidak mengerti Gavriel sedang membicarakan apa.

"Gak usah pura-pura sok tahu, gue tahu Lo kemarin pergi jalan bareng Gabriel kan?" Kini nada bicara Gavriel berubah menjadi dingin. Jujur saja ia sangat malas menyebut nama kembarannya itu. Oh tidak-tidak sampai kapanpun Gavriel tidak akan pernah menganggap Gabriel sebagai kembarannya. Karena orang tuanya itu lebih sayang kepada Gabriel dibandingkan dengan dirinya. Ia selalu marah ketika orang tuanya membanding-bandingkan Gavriel dengan kembarannya itu. Karena sifat mereka yang berbanding balik! Gabriel itu cowok kutu buku, pintar, sopan, ramah, dan baik. Berbeda dengan Gavriel yang arogan, keras kepala, tidak bisa diatur, dan ia selalu membolos disekolah.

"Kemarin aku bukan jalan bareng dia, karena nilai aku terus menerus turun, aku di suruh sama wali kelas aku untuk belajar bareng Gabriel. Wali kelas aku sampai menghubungi orang tua aku dan aku udah gak bisa bantah mereka lagi. Tapi tenang aja yang kemarin itu terakhir kalinya aku belajar bareng dia, janji." Thalita langsung menjelaskan kejadian kemarin yang bersama kembaran pacarnya itu, tanpa di lebih-lebih kan atau dikurangkan.

Thalita mengerti Sekarang apa penyebab Gavriel seperti itu kepadanya. Ternyata hanya sebuah kesalah pahaman saja.

"Terus kenapa kemarin ga ngabarin?" Tanya Gavriel dengan emosi yang mulai turun.

"Maaf aku selalu lupa untuk nge-charge handphone aku." Jawabnya.

"Huft... oke kali ini aku maafin kamu. Tapi tadi itu kamu kesini kenapa bisa sama si Anta?" Gavril menghela nafasnya, dan bertanya dengan muka datarnya.

"Ohh itu... (Jadi tadi si cowok cupu itu namanya Anta)" lanjut Thalita dalam hati. Thalita menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lantas ia pun akan segera menjelaskan kronologi tadi pagi sebelum singa jantannya itu mengamuk lagi.

Jujur saja, Thalita itu tidak tahu Gavril selalu membully Anta di sekolah, karena ia tak mau dibenci oleh Thalita karena telah membully seorang cowok cupu yang sama sekali tidak se level dengannya.

Thalita maju satu langkah dan ia segera memeluk kekasihnya agar Gavriel tak marah lagi kepadanya.

Thalita memundurkan kepalanya, tetapi tangannya masih mengait di leher Gavriel, dan ia segera menjelaskan kejadian nya.

𝐀𝐓𝐋𝐀𝐍𝐓𝐀 [𝐎𝐍 𝐆𝐎𝐈𝐍𝐆] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang