Grug.
Jungkook menutup pintu lemari es setelah mengambil satu kaleng sarden terakhir yang ia punya. Hanya itu stok makanan yang ia miliki untuk hari ini. Sudah tidak ada yang tersisa di lemari esnya. Jungkook tidak ambil pusing dan segera membuat sarapan untuk hari ini.
Menjalani kehidupan seperti biasanya dan mencoba untuk menjadi seperti biasanya. Jungkook tau, kehidupannya sejak dulu tidak akan seperti orang-orang kebanyakan. Tidak akan pernah, ia mendapatkan kehidupan seperti yang lainnya.
Sarapan sederhananya selesai dibuat. Jungkook hanya menikmati makanannya dalam diam. Menyelesaikannya dengan cepat dan membereskan piring kotornya. Terlihat tidak ada yang berbeda saat menjalani kehidupannya. Tapi semua akan terlihat saat Jungkook keluar dari dalam rumahnya.
Cklek.
Jungkook menutup pintu rumahnya. Ia sudah di sambut dengan lingkungan rumahnya yang sepi. Ya, rumahnya berada di dalam sebuah gang yang jauh dari keramaian. Sekalipun banyak tetangga, tapi kebanyakan dari mereka tidak pernah terlihat keluar saat Jungkook keluar dari rumahnya.
Namja* kelinci itu melangkahkan kakinya. Keluar dari gerbang rumahnya. Dan saat ia keluar, ekor matanya menangkap sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari rumahnya. Ia sudah tidak asing dengan mobil itu.
Jungkook menoleh kearah mobil itu dan menatapnya dengan tatapan datar. Namja kelinci itu mengangkat tangannya, mengacungkan jari tengahnya kearah mobil itu. Sebelum ia berjalan pergi meninggalkan rumahnya untuk pergi ke sekolah.
“Ya, lihatlah. Dia masih berani datang ke sekolah?”
“Wah. Dia benar-benar bermuka tebal.”
“Jika aku jadi dia, aku tidak akan pergi sekolah dan mengurung diri di rumah. Dia benar-benar tidak tau malu.”
Telinga Jungkook menangkap semua perkataan itu dengan jelas. Bagaimana tidak, kalau semua membicarakan dirinya saat ia ada disana. Semua perkataan menyakitkan yang di tujukan pada dirinya, tidak pernah Jungkook dengarkan. Ia ingin menutup telinga, tapi semua semakin di bicarakan dengan jelas. Hanya bersikap acuh dan mengabaikan semuanya yang bisa Jungkook lakukan.
Jungkook berjalan memasuki kelasnya. Mengabaikan semua tatapan teman-teman sekelasnya. Bisikan-bisikan itu juga masih terus terdengar sekalipun kini ia sudah berada di dalam kelasnya. Namja kelinci itu menghentikan langkahnya saat sampai di bangku miliknya. Sambutan dari coretan di atas mejanya sudah menjadi pemandangan biasa baginya.
Sret.
Jungkook mengeluarkan sapu tangan dari tasnya. Ia mengelap mejanya yang penuh dengan coretan itu. Berulang kali ia mengusapnya, tapi coretan itu tidak menghilang. Hanya beberapa coretan yang memudar, tapi masih menyisakan bekas di atas mejanya. Jungkook menyerah. Ia hanya duduk begitu saja, membiarkan mejanya tetap penuh dengan coretan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Arrow [END]
FanfictionJeon Jungkook tidak meminta untuk hidup penuh penderitaan. Jika bukan karena ulah sang ayah, ia tidak akan berakhir tragis seperti ini. Namun dibalik semua penderitaannya, tersimpan sebuah rahasia besar yang di tutupi oleh sang ayah. Satu persatu m...