Hari yang sama tiga minggu yang lalu
Engkau mengetuk membran kalbuku dengan pengawalan penuh oleh mega-mega kelabu
Raut sendumu merutuk, mengutuk secangkir kopi pahit yang jenuh kau teguk
Relung hatiku menuang madu, walau hanya terpinta gula untuk penawar pahit kopimu
Remang samar lusuh keluhmu luruh,
sembari laun-laun kita menguntaikan harmoni yg sapu-membasuh
Hari ini di bulan yang lalu,
sepanjang Sudirman-Pluit
Melarung bubungan yg telah dirajut pilin dan lilit
Sambil berharap bandar rindu tak akan pailit
Menyekat paut jauh hingga menyempit
Lokomotif hayati menarikku untuk menepi,
di Bumi Palapa untuk sejenak memanggang abadinya arang hati
Mengukir kembali sakti amukti menjadi ikrar prasasti mimpi
Terrentangkan dawai asih dari Sunda Kelapa untuk mengabdi
Menebus teka-teki yg hilang tercuri amuk diri
Menggali artefak yg terpendam menanti jawaban sisa waktu untuk berdiri,
lagi, terus, sendiri
Feb 9
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Rasa
PoesíaAdalah lubang berbatas bingkai Berterusan beton Bersekat kuarsa datar atau udara saja Melewatinya, kicau burung riang merenda Menembusnya, mekar kusuma menyambung cahaya Pada bingkainya, terselip selayang rasa yang dikecap oleh karsa, jiwa, dan wase...