6

324 29 5
                                    

Warning : banyak typoan!! Belum direvisi :)
.
.
.
.
.
Dering telephone pagi itu sukses mengganggu tidur eren. Matanya masih terpejam melirik jam dinding dan mengutuk pelan,baru jam 9 pagi. Ia ingat benar,tidak ada jadwal kerja apapun hari ini. Hari ini libur,mau ia jadwalkan untuk malas-malasan,nonton televisi,tidur-tiduran dan semacamnya.

Tangannya meraba meja dan meraih ponsel. "Halo?" katanya dengan suara serak bangun tidur.

"Masih tidur? Hebat sekali." sebuah suara yang dikenal-nya menjawab.

Eren kaget. " jean? Bagaimana bisa kau tahu nomor telephone ku?" tanyanya sambil menutup mata.

"Lampiran kertas biodatamu."

"Dasar penguntit. Ada apa kau menelphone pagi-pagi? Ini hari libur ku tahu! Hari liburku."

"Justru karena ini hari liburku. Aku ingin mengajakmu main."

"Main? Ke mana?"

"Ke mana saja. Ke pantai,gunung,sungai juga boleh."

"Dengan udara musim dingin begini? Tidak,terimakasih."

"Ke mall saja bagaimana? Kita bisa nonton, makan cheese burger super jumbo kesukaanmu,atau selainnya."

Eren berpikir,tawaraanya memang menggiurkan. Apalagi mendengar kata-kata cheese burger. Tapi apa benar,tidak apa-apa jalan ke tempat umum dengan idola terkenal begitu? Ia pernah ke mall dengan reiner,dan hasilnya bukan kesenangan yang Ia dapat,melainkan cakaran dan dorongan.

Jean adalah pangeran di kata penggemarnya. Tidak pernah Marah atau memaki.

"Ke taman hiburan saja. Aku sudah lama tidak kesana."

"dengan musim dingin begini,seperti katamu barusan,menurutmu taman hiburan lebih baik daripada pantai atau gunung?"

"Well,setidaknya hanya sedikit orang,jadi kita bisa main sepuasnya."

Tidak terdengar jawaban apa-apa dari Jean selama semenit penuh. Kemudian terdengar jawaban dengan nada pasrah,"baiklah,aku akan menjemputmu satu jam lagi."

Menjemput?  Ah zeke ada dirumah saat ini!

"Ah tidak usah. Kita naik bus saja. Jadi benar-benar berasa bertualang begitu," putusnya asal
.
.
.
.
.
Eren tiba di halte bus satu jam kemudian. Ia tidak yakin seorang datang sebetulnya. Pasti susah bagi pria itu untuk naik kendaraan umum. Tapi justru itu yang membuat lebih seru,pikirnya jail. Lalu bagaimana kalau pria itu tidak datang? Yah,turun saja di mal terdekat dan main sendiri. Beres,kan?

Eren melirik jamnya. Sudah sepuluh menit ia menunggu.

Menurut jadwal ,busnya sebentar lagi datang. Namun tanda-tanda kehidupan Jean tidak kunjung tampak. Eren sedikit kecewa,sebenarnya. Ia memandang ke kiri dan ke kanan sebentar,kemudian tatapannya terpaku pada bus biru yang mendekat dari ujung jalan.

"Hei!" seseorang menyapanya dari sisi kanan. Eren memutar kepalanya,melihat Jean dengan jaket bisbol,celana jeans,dan topi. "Maaf membuatmu menunggu," katanya dengan napas mengepul di tengah musim dingin.

Eren tersenyum padanya sambil menggeleng.

"Itu busnya.ayo naik!" kata eren. "Kau punya card-bus? "

Jean menggeleng. Eren men-scan card-busnya dua kali. Jean agak kikuk. Kakinya yang lumayan panjang tidak bisa masuk ke kursi,jadi ia terpaksa miring sedikit. Bahunya dan bahu eren bersentuhan.

Ia tersenyum pada pria manis itu,tidak yakin mau bicara apa. Eren juga ikut tersenyum. Pria manis itu mengeluarkan hapenya dan memberikan salah satu earphone pada Jean. Mereka menikmati musik selama perjalanan.

Levi x Eren   A Love Like An Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang