Gelisah karena perkataan zeke, akhirnya eren mencoba mendatangi apartemen levi. Ia sedikit ragu untuk pergi ke apartemen tersebut, pasalnya apa yang akan dia tanyakan? Kalau. Sudah datang ia harus bagaimana? 'Bersediakah kau memerawaniku?' begitu? Atau, ayo kita ke kamar levi-san?' dilihat dari segi manapun, ini gila dan merendahkan dirinya.
Lalu bagaimana kalau benar levi sama sekali tidak tertarik dengannya?
Ia mulai berpikir, mungkin kalau berpakaian seperti sexy tidak terkantara kan? Mungkin dengan cara ini ia bisa menarik levi. Dan membuat dirinya tertarik. Ia pun berlari ke arah lemarinya mencari pakaian yang menurutnya sesuai. Satu stell baju dan pernak-perniknya didapatkan ia tersenyum puas. Setelah memakai baju yang ia pilih, ia pun berlari ke arah cermin. Baju kemeja putih dengan kancing diatas terbuka 2 buah, menampakkan leher jenjangnya yang sedikit kecoklatan. terlihat mulus. Dress short (entahlah apa itu namanya yang penting celana pendek!) yang menampakkan kaki jenjangnya dan paha yang juga sangat mulus dan menarik perhatian orang bagi siapapun yang melihatnya.
Kira-kira kek gini lah outfit eyen.. Tp dia pake celana :) pokoknya hampir mirip kek gini ... Ga nemuin fotonya wkwkwkwkwk
"Okeh sangat pas! Saatnya ke apartemen levi-san!"
Ia pun mulai melangkah menuju apartemen levi, setelah sampai ia pun mulai memencet bel. Selang beberapa lama, pintu pun terbuka.
"Selamat malam levi-san"
Levi mengangguk dan membiarkan eren masuk. Ia memandang eren sekilas, namun tak mengatakan apa-apa dan membiarkan bocah manis tersebut masuk. Yang tidak diketahui eren adalah betapa cepatnya mata levi mengembara dan berhenti sejenak di bagian paha mulusnya yang terekspos. Levi cepat-cepat berbalik menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah dan mencegah matanya meneruskan pengembaraan yang berbahaya. Apa eren sengaja melakukannya?
Sementara itu, eren masuk mengikuti levi dengan mengerjap kesal. Usahanya tampaknya tidak berhasil. Apakah bagian tubuhnya yang ia eskpos kurang menggoda?
"Kau sudah makan?" tanya levi dari balik meja dapur, bertekad menghindari hal yang sepertinya terus menerus menarik matanya. Bocah manis itu memakai baju kemeja putih transparan yang menamppakan tonjolan pink di dalamnya. di lebihi eren membuka 2 kancing di atas yang membuat leher mulusnya terekspos luas.
Yang kuat levi! Serunya dalam hati
"Levi-san masak sesuatu?" tanya eren mendekat.
"Mmm, spageti. Kau mau?"
"Tentu saja," jawab eren kemudian
Levi menyodorkan sepiring spagetti pada eren lalu beranjak ke arah kulkas untuk mengambil minuman? Wine? Sake? Sepertinya bukan pilihan yang bijaksana malam ini. Levi berpikir jernih daripada biasanya. Sebaiknya ia tidak usah mencium eren malam ini.
Ia menuangkan jus jeruk ke gelas dan meletakkannya di meja, kemudian mengambil tempat dengan jarak yang ia rasa aman.
"Ada apa kau mengunjungiku malam-malam begini, bocah?"
"Tidak apa-apa. Lagi pula, ini baru jam delapan, tidak boleh?"
Levi menggeleng. "Tentu saja boleh."
Eren merasa keheningan yang terbangun membuatnya gelisah. Levi tidak berkata apapun, jarang memandanngnya, dan rajin makan spagetti nya, tapi ia rasa udara diantara mereka terasa berat dan tidak biasa.
"Aku tidak tahu kalau levi-san bisa masak," katanya, berusaha memecah keheningan.
"Aku tidak tahu kau cerewet," kata Levi memandang eren, hal yang kemudian ia sesali karena memandang perpotongan leher eren yang tidak terkancingi oleh baju.
"Aku tidak cerewet. Aku hanya mencoba memulai obrolan," omel eren.
Levi menaikkan sebelah alisnya karna mendengar perkataan itu, membuat eren mencebik dan kembali makan spagettinya dengan kasar. Namun pria manis tersebut tanpa sadar menjilat saus spagetti dari pinggir bibir atasnya, membuat Levi terbatuk melihatnya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya eren, khawatir.
"Tidak apa-apa teruskan makanmu," jawab Levi sambil meminum air putih.
Ia sungguh ingin mencium pria manis itu. Sekarang bagaimana? Kalau mengikuti gairah dan mencium eren, semua jekang neraja akan terbebas dan ia jelas tahu kemana semua itu mengarah. Brengsek! Ia bahkan tidak bisa minum alkohol saat dia butuh.
Eren memandang lebih curiga, namun tak berkata apa-apa. "Sial!" kakinya tak lama kemudian. Ada spagetti yang jatuh ke kemeja putihnya, mungkin saat ia mencondongkan badan karena mengkhawatirkan levi tadi. Sepertinya, pikiran yang berkecamuk dalam benaknya membuat tangannya berkoordinasi dengan makanan.
"Levi-san tunggu ya. Aku harus membersihkan ini."
"Kau tahu harus dengan apa membersihkannya, bocah? Deterjen pakaianku ada di lemari kedua di dalam kamar mandi," jelas Levi, tapi suaranya berhenti setelah eren malah mulai menanggalkan kancing ketiganya membuka kemejanya sambil berjalan. Ia menunduk lagi dan membiarkan eren pergi ke kamar mandi.
Di kamar mandi, sambil memaki eren membuka dan mencuci kemejanya di wastafel, kemudian mengeringkannya di mesin cuci. Setelah selesai ia mendekati kaca dan yang memantulkan dirinya.
"Apakah aku kurang sexy?"
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. " kau belum mencucinya kan, eren?" tanya Levi sambil menyerbu masuk. Langkahnya langsung terhenti begitu melihat eren bertelanjang dada senang mematut dirinya di sebuah cermin. Pantulan cermin tersebut menjelaskan keseluruhan lekuk tubuh eren.
Levi seketika lupa caranya berkedip ataupun bernapas. Pemandangan eren dengan telanjang dada, dengan tubuh yang mulus dihiasi dengan sebuah tonjolan pink yang memikat hatinya dan expressi wajah memerah eren yang membuat otaknya langsung berkeliaran.
Ini gawat! Pikirnya. Ia berusaha membalikkan badan dan keluar dari kamar mandi, tapi kakinya tetap bergeming.
Sementara itu, eren hanya bisa membeku di depan kaca wastafel. Seolah mulutnya lupa cara menjerit. Ia melihat cahaya dalam mata Levi berubah ketika melihatnya, tapi ia bingung mengartikannya. Jelas, ia malu. Mungkin Levi juga, karena setelah dua menit diam, pria itu akhirnya keluar menggumamkan entah apa. Setelah Levi keluar, eren mengambil kemejanya dan memakainya kembali.
Lupakan usaha menjadi seksi! Ia harus pulang.
Disaat yang sama, Levi membuka kulkas dan langsung menenggak wine dari botolnya. Ia kemudian menggeleng-geleng, berusaha menjernihkan otaknya. Ia menarik napas dalam-dalam dan berulang kali, berusaha memenangkan diri dan mencegah instingnya bangkit dan menghampiri eren.
Apakah ini usaha eren untuk meningkatkan hubungan ke arah selanjutnya? Kalau begitu, apa yang harus ia lakukan? Ia kan tidak mungkin mengiyakan dan mengikuti jalan pikiran eren. Demi Tuhan, bocah itu baru sembilan belas tahun.
"Levi-san aku pulang dulu!" seru eren bergegas keluar apartemen, bahkan nyaris berlari. Sama sekali tidak memberi kesempatan Levi membalas perkataannya. Mungkin sebenarnya tidak ada yang perlu ia khawatirkan.
Ia berharap tahun-tahun berkelebat laksana kilat, dan entah bagaimana eren ingin dirinya cepat-cepat berusia 21.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Levi x Eren A Love Like An Obsession
RomanceLevi menjalankan rutinitasnya yang membosankan sambil berusaha melupakan Historia yang kini bahagia dengan Rainer. Namun,Hari-hari nya berubah ketika Eren hadir dalam kesehariannya. Ia sudah mengenal Pria manis itu sejak kecil. Levi juga sangat prot...