Dua hari setelah mereka kembali dari TC, Zeke mengajak eren ke sebuah cafe. Ia memandang lekat-lekat adik manisnya itu. Dari ekspresi wajahnya, jelas zeke tidak yakin dengan apapun yang ingin dibicarakannya. Tapi bagaimanapun, sebagai kakak yang sangat menyayangi adiknya dan bertanggungjawab, ia harus bicara tentang ini.
Ia tetap tidak enak begitu tahu eren berpacaran dengan Levi. Masalahnya jelas ada pada masa lalu Levi dan sederet orang yang pernah dikencaninya. Memakai istilah pacaran adalah sebuah penghinaan.
Zeke berpikir rasa khawatirnya tidak berlebihan bila melihat masalah itu. Ia bisa melihat dengan jelas betapa kuat perasaan adiknya terhadap Levi. Tapi Levi?
Zeke tidak bisa menebak, apalagi tahu dengan jelas bagaimana sikap perasaan Levi kepada eren.
Ia tidak ingin eren terluka. Pria manis itu terbiasa akan penolakan Levi yang tak kentara selama ini. Zeke tidak yakin eren bisa tegar menghadapi penolakan setelah mereka berpacaran.
Ia tidak bisa mengatakan dengan pasti, tapi tentu saja itu hanya asumsi. Zeke menghela napas. Ia berharap tidak pernah ada dalam situasi ini.
"Zeke-san mau membicarakan apa?" tanya pria manis itu sambil menyeruput jus jeruk kesukaannya.
Zeke merasa adiknya memang manis. Ketertarikan orang-orang termasuk pria adalah hal yang wajar, tapi fakta itu tidak mengurangi keinginan zeke untuk memberi pelajaran pada setiap orang-orang atau pria yang termasuk kurang baik yang mendekati adiknya.
"Kau yakin mau memacari Levi, eren?" tanya zeke hati-hati.
"Kau tidak mau berpikir ulang?"
"Kenapa aku harus berpikir ulang?"
"Yah, kau tahu sendiri alasannya. Aku berpendapat Levi itu playboy."
Eren tertawa. "Kau akhirnya menentang levi-san, zeke-san?" tanyanya meledek.
"Bukan begitu. Masalahnya adalah kau adalah adikku," jawab zeke sedikit meledak.
Mengingat kepribadian zeke yang suka khawatiran, eren tidak heran sejak awal. Sangat jelas kakak monyetnya ini kurang suka kalau ia berpacaran dengan Levi. Zeke mungkin akan bersikap biasa saja jika ia berpacaran dengan mike.
"Ya, aku tahu kalau kau khawatir."
"Kalau kau tahu, kenapa masih melakukannya juga?" tanya zeke, kini membentak.
Eren mendesah. "Aku tidak bisa menahan perasaanku, zeke-san," katanya.
Bibir zeke menipis khawatir. "Kau yakin perasaannya sama dengan perasaanmu?"
Eren diam sebelum berkata, "tidak."
"Kalau begitu, apakah setidaknya dia menyukaimu?"
"Katanya begitu."
"Baiklah. Kalau begitu, jawab yang ini saja, kalian sudah melakukannya?"
"Zeke-san!!!" teriak eren dengan wajah memerah.
"Belum, kalau begitu. Nah, itu aneh. Biasanya kalau dia suka seseorang, dalam lima belas menit pun akan langsung diajak ke kamar."
"Hubungan itu tidak melulu soal seks"
"Kalau menyangkut soal Levi, keduanya susah dipisahkan."
Eren ragu mau membalas apa. Zeke tentu benar. Reputasi Levi soal pasangan, bukannya ia tidak tahu. Haruskah ia membuktikannya? Bagaimana caranya? Eren sama sekali buta soal hal semacam ini.
"Kau tidak takut terluka?" tanya zeke kembali.
"Lebih daripada biasanya?"
Zeke mengangguk, dan sambil tersenyum eren menggeleng. "Aku harus tahu bagaimana rasanya, zeke-san. Dengan begitu baru aku merasa hidupku akhirnya cukup berarti untuk dijalani. Tanpa harus bertanya-tanya bagaimana rasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Levi x Eren A Love Like An Obsession
Roman d'amourLevi menjalankan rutinitasnya yang membosankan sambil berusaha melupakan Historia yang kini bahagia dengan Rainer. Namun,Hari-hari nya berubah ketika Eren hadir dalam kesehariannya. Ia sudah mengenal Pria manis itu sejak kecil. Levi juga sangat prot...