15

227 18 3
                                    

Levi terbangun ketika sinar matahari memasuki jendela kamar. Namun, ia belum benar-benar bangun pagi itu.

Matanya menemukan eren tertidur dengan mulut setengah terbuka. Ia tersenyum melihatnya dan menyingkirkan rambutnya  tipis yang berada di dahinya dengan lembut. Bagaimana mereka bisa tidur berdampingan begini? Seingat Levi, ia tidur dengan menggunakan selimut yang tersedia di sudut kamar, dan eren lebih dahulu tidur di ujung kamar lainnya.

Pria manis itu mengernyit sedikit dalam tidurnya, membuat Levi sedikit khawatir. Apakah eren mimpi buruk? Levi menarik tubuh pria manis itu lebih dekat. Ia memeluk eren sambil mengelus perlahan punggungnya, mencoba menenangkan apa yang sedang berkecamuk di mimpi eren. Ia mendengar pria manis itu mendesah perlahan, dan Levi pun tersenyum.

Memeluk eren, entah bagaimana, membuat hatinya tenang, damai, dan utuh. Tapi, apa untungnya berpacaran dengan eren?

Untungnya adalah Levi bisa mendapatkan ketenangan pikiran yang ia cari selama ini. Ia tertawa. Lucu baginya, setelah semua hal yang ia lalui selama hidup dan setelah kejadian sebelumnya dengan Historia dan reiner, ia malah menemukan pria manis yang mengejar-ngejarnya sedari kecil.

Eren berbeda, begitu pikirnya mencoba rasional. Apakah ini efek dari memeluk pagi-pagi? Berbeda dengan pemikiran orang pada dirinya. Ia tidak suka menginap atau tidur berdampingan dengan wanita atau pria manis seperti dirinya sepanjang malam. Apalagi melakukan skhinsip intim seperti ini. Baginya seks dan Keintiman adalah dua hal yang berbeda. Seks tak ubahnya dengan olahraga yang diperlukan untuk menjaga stamina.

Terlalu brengsekkah pemikiran itu? Ia memang brengsek. Sekali lagi, harusnya eren di cek kejiwaannya karena cenderung memilih orang brengsek seperti dirinya. Sekarang Levi tidak tahu hal itu baik atau buruk. Kalau tidak punya kecenderungan begitu, eren tidak aka  pernah meliriknya, bukan? Pria manis itu pasti lebih memilih orang baik-baik dan juga mungkin juga sedikit membosankan seperti mike.

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar, terdengar suara reiner menyuruh mereka sarapan. Levi cepat-cepat menjauhkan diri dari eren dan menutup mata. Ia tidak bisa menarik tangannya yang masih memeluk eren, maka ia biarkan tangannya tertutup badan eren.

Eren mengerjap-ngerjapkan mata, sedikit linglung. Ketukan dan teriakan keras itu jelas memotong mimpinya. Mimpi yang kurang menyenangkan, tapi ia tidak bisa mengingatnya.

Ia memandang ke seluruh ruangan dan menemukan levi masih menutup mata. Ia kaget melihat pria itu tidur di sampingnya. Bukankah levi bilang mau tidur di luar? Lagi pula, kenapa masih tidur? Eren memperhatikan wajah levi sesaat.

Sial! Saat tidur pun pria itu masih sangat tampan dan bersinar.

Dan pria ini pacarnya sekarang.

Benarkah itu? Kejadian yang kemarin itu bukan mimpi? Benarkah levi mengajaknya pacaran dan eren mengiyakan ajakan itu? Ini aneh.

Eren ragu membangunkan levi. Namun, suara reiner terdengar lagi. "Kalian sudah bangun belum sih? Cepat bangun, sarapan. Kita harus cepat-cepat pergi. Rombongan yang lain panik dan bertanya-tanya sejak tadi pagi."

Tampaknya, pria yang satu itu tidak sedang dalam mood baik. Eren hanya menjawab. "Ya!" cukup keras dari balik pintu. Ia menatap levi sesaat sebelum menggoyang-goyangkan badan pria itu. "Levi-san, levi-san... Bangun! Reiner-san sudah marah-marah sejak tadi."

Levi membuka mata. Ia menatap eren pura-pura bingung.

"Levi-san tidur di sebelahku tadi malam?" tanya eren menuduh.

"Tidak. Aku tidur di pojok ruangan," jawab Levi sambil menunjuk ke tempatnya semula.

"Kok bisa sampai disebelahku? Memangnya levi-san tidur sambil berjalan? Lagi pula, bukannya levi-san mau tidur di luar?"

Levi x Eren   A Love Like An Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang