MeReKa || 7

143 27 0
                                    

"Siapa yang nyuruh lo pergi? Itu makanan yang satu buat lo, makan!"

Aqila menutup matanya sebentar, mencoba meredakan emosi yang tertahan, juga rasa malu ketika menjadi pusat perhatian. Dia berbalik menghadap meja dimana empat laki-laki tersebut duduk, menghela nafasnya dan berkata, "Maaf kak, aku udah kenyang udah sarapan di rumah."

"Gak usah ngebantah! Makan!" suruh Leon tidak bisa diganggu gugat. Dengan sangat terpaksa, Aqila melangkah maju, hendak mengambil piring nasi goreng itu. Dia malas berdebat.

Tapi tiba-tiba Dilan dan Rey datang. "Widih punya siapa ini?" tanya Dilan melihat satu porsi nasi goreng dan segelas es teh manis yang nganggur  di meja.

"Itu punya kakak, tadi dibeliin kak Leon! Iya! Punya kakak!" serobot Aqila cepat.

Dilan yang mendengar itu pun matanya langsung berbinar. "Wah, Yon, makasih!" katanya. Dia duduk di kursi yang masih kosong dan menyendok makanan tersebut lalu dimasukkan ke mulutnya, namun tidak melihat bahwa sekarang mata Leon sedang menatapnya dengan horor.

Melihat sedang ada kesempatan kabur, Aqila langsung saja mengatakan, "Ka--kalo gitu, aku pergi dulu, ya!" dan lari dari tempat tersebut menuju kelasnya.

Melihat Aqila yang kabur, Adam berdecak kesal. Kesal dengan temannya yang bernama Dilan. Dia pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju bangku Dilan, dia menjitak laki-laki itu dengan tanpa belas kasihan, setelah itu pergi meninggalkan kantin. Niatnya dia ingin mengganggu gadis itu, malah gagal gara-gara Dilan.

***

Aqila menaruh tasnya di meja dengan sedikit dibanting, dia menduduki kursinya, menyilangkan tangan di dada dengan raut wajah kesal. Dia masih tidak percaya bahwa hukuman itu benar-benar diberikan. Kalau saja Kakaknya tahu ini, dia jamin Leon dan kawan-kawannya akan memohon maaf pada dia, karena Kakaknya itu tidak akan membiarkan adiknya di permalukan seperti ini.

Ya, ini hal yang memalukan bagi Aqila. Sudah hampir dua tahun bersekolah disini, baru kali ini dia harus menjadi pusat perhatian gara-gara hukuman tidak jelas ini. Biasanya dia menjadi pusat perhatian karena dia menang mengikuti perlombaan, karena dia memang pintar. Tapi ini???

Dira yang sedang memainkan handpone nya pun bertanya melihat tingkah Aqila, "Kenapa lo? kusut amat mukanya."

Aqila menoleh, dia sampai tidak sadar bahwa ternyata Dira sudah berada di bangkunya. "Dira, masa aku suruh jadi pelayan tadi..." adunya pada Dira.

Dira mengerutkan kening, pelayan?  "Maksud lo..." Dira membulatkan matanya, "LO BENERAN DIJADIIN BABU?!" teriak Dira saat sadar dengan apa yang dibicarakan oleh Aqila, untung saja kelas masih tidak terlalu ramai, jadi tidak ada yang protes.

Aqila mengangguk sebagai jawaban, Dira menggelengkan kepalanya sambil berdecak heboh. "Aaaaa gila gila! Kenapa gak ngajak-ngajak sih?! Gue kan mau juga woy! Pasti jadi pusat perhatian gue nanti," hebohnya. Dira menumpukan tangannya di meja untuk menyanggah kepalanya, dia sedang membayangkan bagaimana rasanya jadi pusat perhatian bersama cogan-cogan sekolah?

"Dih, dira! Kamu ko malah senyum-senyum sih!! Aku kan lagi kesel!" kata Aqila melihat Dira yang malah melamun sambil senyum-senyum sendirian.

Dira tersadar dari lamunannya setelah Aqila dengan sengaja mencubit pahanya. "Aw! Qila sakit!" ketusnya.

"Ya habisnya kamu malah senyum-senyum, bukan cariin aku solusi supaya hukumannya enggak dilanjut, cape tau, malu juga!"

Meraih Restu Kakak [TAMAT] #WRITONwithCWBPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang