Maaf banyak typo! Gak sempet revisi!
Jam sembilan pagi, Adam sudah berada di Taman Kota. Dia sedang ketar ketir memikirkan apa tujuan Devan mengajaknya kesini. Tidak lama kemudian, akhirnya Devan datang juga, kali ini dia memakai pakaian santai.
"Bang," sapa Adam. Devan hanya bergumam. Dia duduk di kursi yang tersedia disana, sedangkan Adam masih berdiri.
Adam masih diam karena bingung mau berbicara apa, dia merasa sangat gugup. Padahal biasanya dia akan melontarkan lelucon, tapi ini rasanya tisak bisa.
"Muhammad Adam Nugroho. Selama setahun, lo ngawasin Adek gue dari jauh. Ngeliatin dia, ngelindungin dia dari jauh juga. Atas dasar apa lo kaya gitu, hm?" tanya Devano, matanya fokus melihat ke depan, tidak memandang Adam.
Adam tertegun, apa maksudnya ini? Jadi dia ketahuan? "Bang Van----"
"Panggil gue Devan!" Devan memotong perkataan Adam.
Devan? Itu kan hanya untuk orang-orang terdekat, kenapa dirinya disuruh memanggil dnegan panggilan Devan juga?
"Adam! Jawab gue, atas dasar apa lo ngelakuin semua itu?" Devan mengulang pertanyaannya lagi, karena Adam tidak kunjung menjawabnya.
"Gu-gue minta maaf. Gue emang lancang udah berani ngawasin, bahkan pernah sampai ngikutin Adek lo. Gue minta maaf, Bang Va--Bang Devan," kata Adam, terbesit rasa penyesalan dihatinya, karena telah melakukan itu.
Iya, Adam memang sudha lama mengenal Aqila, hampir satu tahum dirinya mengikuti gadis itu. Dan kemarin saat kejadian dilapangan, Adam berpikir mungkin ini saatnya dia memeberanikan diri untuk mendekati gadis itu secara langsung.
"Gue nanya alasannya, Adam!" tegas Devan.
"Oke oke! Gue cinta sama Adek lo, Bang! Mungkin emang aneh, dan gue juga ngerasain itu. Tapi semenjak pertamakali gue liat dia masuk SMA, gue udah suka sama dia. Gue gak tau kalo dia Adek lo, maaf," akunya.
"Kalo lo tau itu Adek gue?"
"Ya... Ya gue... Ah gak tau deh! Perasaan ini gak bisa diduga, Bang," balas Adam.
Devan mengangguk, ya memang benar, perasaan seperti ini tidak pernah bisa diduga. Karena Devan pun, pernah merasakannya.
"Lo tau kenapa gue nyuruh lo kesini?" tanya Devan, Adam menggeleng. "Gue mau tes kekuatan lo!" jelas Devan kemudian.
Hah? Ngetes kekuatan? Artinya... Pertarungan? Adam meneguk ludahnya, bisa mampus dia kalau melawan Devan. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau kabur, hancur sudah image nya. Lagian, sekalian saja dia jadikan momen ini untuk merebut hati Devan.
Eaaa, mau minta restu...
"Ekhem! Sebenernya gue males sih buat ngeluarin tenaga hari ini, tapi, kalau setelah ini gue diizin buat ngejalanin hubungan sama Adek lo, gak masalah. Hehe..." sahut Adam sambil terkekeh.
Sedangkan Devan mendengus. "Gak usah banyak omong! Sini maju!" Devan sudha memasang kuda-kuda nya, bersiap untuk melawan Adam.
Akhirnya mereka bertarung, saling beradu kekuatan. Di awal-awal Adam masih tenang, dia bisa mengimbangi lawannya. Dia menangkis segala serangan dari Devan, namun tidak bisa menyerang balik. Hingga beberapa menit kemudian, Adma sudha kelelahan, sedangkan Devan masih tetap terlihat santai. Karen Adam terlena, Devan pun segera mencekal tangan Adam dan...
"AAAA!!! AMPUN AMPUN WOY BANG! AMPUN!!" bunyi teriakan tersebut terdengar, setelah suara tulang yang hampir patah dari tangan Seseorang yang di pelintirkan oleh laki-laki berkulit sawo matang dengan wajah datar. Setelah permohonan ampun dari Adam—Si Korban terdengar, barulah orang berwajah datar tersebut melepaskan tangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Restu Kakak [TAMAT] #WRITONwithCWBP
Novela Juvenil[JANGAN LUPA FOLLOW] Kalo jatuh bangun sih udah biasa, tapi kalo jatuh cinta ke kamu itu gak pernah aku sangka. Eeaakkk... Soalnya kayak mimpi! *** Berawal dari iseng menjahili dan menggoda Aqila saat jam istirahat, laki-laki bernama lengkap Muham...