Bab 1

37.9K 2.2K 228
                                    

Selamat Membaca







Kak Adam : Sayang, cek rekening, ya. Aku kirim uang buat jajan.

Safa yang baru saja menyelesaikan kelas keduanya menghela napas pelan begitu membaca pesan masuk dari Adam. Lelaki itu selalu begitu. Rutin mengirim uang setiap bulannya kepada Safa. Berulang kali Safa menolak, tapi berulang kali juga Adam memaksanya. Mereka masih tunangan, dan Safa merasa tidak nyaman dengan itu.

Safa : Uang yang bulan kemarin belum habis, Kak. Kenapa dikirim lagi?

Kak Adam : Makanya habisin. Nanti pulang bareng, ya. Aku tunggu di kantin. Aku sayang kamu.

Tanpa sadar Safa kembali mengembuskan napas berat. Hal yang rupanya disadari oleh Bella yang sudah berdiri di samping Safa.

"Kak Adam kirimin gue uang lagi, Bell."

Bella mengernyit sesaat sebelum tertawa pelan. "Aneh, deh, lo. Dikirimin cowok lo duit malah sengsara gitu. Happy dong, Fa."

Safa malah berdecak mendengarnya. Sembari membereskan buku catatannya, Safa berucap. "Lo kayak nggak tahu aja gimana keluarga Fabian. Nggak enak gue, tuh."

Bella menepuk-nepuk pelan punggung Safa. "Fa, lo bisa santai dikit enggak? Orangtuanya Kak Adam terima lo dengan dua tangan terbuka, loh. Yang berisik itu kan saudara dan para tantenya. Jadi, yaudah. Cuekin aja."

Safa berdiri, merangkul lengan Bella dan berjalan bersama keluar kelas. "Lo sih enak punya mental nggak tahu malu. Sedangkan gue? Gue tuh nggak enakan anaknya, Bella."

Lagi-lagi Bella tertawa. "Makanya, enakin aja, Fa."

Safa kesal mendengarnya. Gadis itu melepaskan rangkulannya di lengan Bella, dan menendang pantatnya kesal.

"Sakit!"

"Bodo."

"Safa!"

Safa menoleh begitu mendengar namanya dipanggil. Dia bisa melihat Danu berjalan dengan langkah lebar menuju ke arah mereka. Lelaki itu menatap Safa dengan ... kesal? Kenapa?

"Lo ngapain tentang pantatnya cewek gue?"

Safa mengernyitkan kening. "Sori ... cewek?" tanyanya yang dijawab anggukan tegas oleh Danu. Hal yang membuat Bella mencubit gemas pinggang lelaki itu.

"Sakit, Bell." Danu menatap Bella dengan protes, yang dibalas pelototan oleh gadis itu.

Danu berdecak sembari mengusap pinggangnnya yang terasa panas. Dia kembali menatap Safa. "Pokoknya lain kali nggak boleh gitu ya, Safa Dhenisa calon mantunya keluarga Fabian. Lo harus berlaku sopan ke calon tante lo," ucapnya yang membuat Safa semakin mengerutkan keningnya.

Danu tersenyum lebar, dan menepuk pelan kepala Safa. "Itu aset berharga gue. Nggak boleh sentuh sembarangan," katanya dengan ekspresi menggoda, yang membuat Bella menarik tangannya menjauh.

"Gue duluan, Fa! Nanti gue telepon!"

Safa hanya bisa tersenyum tipis dan menggeleng pelan. Dia tidak tahu bagaimana hubungan keduanya. Bella selalu tidak mau menjawab. Sedang Danu bersikap seolah mereka adalah sepasang kekasih. Safa tidak mau terlalu ikut campur. Asal Bella bahagia, maka dengan Danu pun bukan hal yang salah.

Awalnya Safa mengira Bella akan menderita dengan tekanan yang diberikan oleh keluarga Fabian. Tapi, sepertinya Safa lupa beberapa hal. Bella bukan berasal dari keluarga biasa sepertinya. Jadi, sedikit banyak Bella bisa mengimbangi gaya hidup keluarga Fabian, meski tetap saja tidak sebanding. Sedangkan Safa masih harus tersiksa setiap menghadapi keluarga Fabian yang ternyata tidak seramah yang dia bayangkan.

Adam & Safa IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang