Selamat Membaca
“Dek, makan ya. Biar cepet sembuh.”
Adam menatap sang bunda, dan menggeleng pelan. “Nggak enak perutnya, Bun,” jawabnya lemah.
Adam harus dirawat di rumah sakit. Kata dokter dia kelelahan dan terlalu memaksakan diri, hingga demam tinggi sampai harus menginap di rumah sakit.
Setelah pertengkaran hari itu, hubungannya dengan Safa belum membaik. Adam masih merasakan hal yang aneh dari Safa. Gadisnya itu bersikap tidak seperti biasa. Adam sibuk memikirkan Safa, dan juga membagi pikirannya untuk bekerja di perusahaan. Tiga hari ini mereka jarang bertemu. Adam beberapa kali absen dari kuliahnya, atau menggantinya dengan kuliah online. Jadi, dia sebenarnya sudah lama tidak bertemu Safa. Dan ... Adam merindukan Safa. Dia merindukan gadisnya.
“Kalau nggak makan, gimana mau minum obat?” tanya Bunda sembari mengelus lembut rambut Adam.
Adam hanya tersenyum, dan memejamkan matanya sesaat ketika merasakan pusing di kepalanya.
“Gini aja, Adek mau apa supaya makan? Mau beli apa?”“Safa.”
Adam membuka matanya, dan menatap Bunda dengan senyuman miris. “Adam mau dia, Bun. Safa udah tahu kan kalau Adam sakit?”
“Udah, kok. Bunda udah telepon dia. Danu sama Gaga juga udah bunda suruh buat kasih tahu langsung ke Safa. Dia pasti ke sini.”
Adam menghela napas pelan. “Tapi, dia marah. Kalau dia nggak ke sini, gimana?”
Bunda terkekeh melihat tingkah anaknya itu. “Safa pasti ke sini, Dek. Dia sayang dan peduli sama kamu. Makanya lain kali, lebih dijaga perasaannya Safa. Dia kan jarang banget marah sama kamu kayak gini.”
“Kalau Safa belum ke sini, bilang aja Adam sakit parah. Gitu ya, Bun?”
Bunda memukul pelan dada anak bungsunya itu. “Hush! Omongan itu doa, loh. Jangan ngomong gitu. Safa pasti ke sini, Bunda yakin.”
“Hmm ...” Adam hanya bergumam pelan.
Dia menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. Mengusapnya pelan dan kembali menghela napas. Dia merindukan Safa. Sangat merindukan gadisnya itu. Dia memejamkan matanya, merasakan bagaimana perasaan rindu begitu menyiksanya. Nyatanya sampai detik ini pun, Safa masih membawa pengaruh yang luar biasa dalam hidup Adam.
***
Adam terbangun setelah tertidur beberapa jam. Lelaki itu melihat sekeliling kamarnya yang sepi. “Bun...” Adam memanggil sang bunda sembari bangkit duduk.
“Bunda...”
Suara pintu kamar mandi yang terbuka, membuat Adam menatap ke sana. Bunda berjalan keluar dan segera menghampiri sang anak.
“Kenapa? Kamu perlu sesuatu?”
“Minum,” ucapnya yang membuat Bunda langsung memberikan air mineral kepada Adam.
“Itu apa?” tanya Adam ketika melihat sebuah kotak yang berada di nakas.
“Oh, hampir lupa bunda.” Bunda mendekat, dan membawa kotak itu kepada Adam. "Ini bolu pisang buatan Mamanya Safa. Kata Safa, kamu suka banget sama bolu ini. Jadi, tadi dia minta Mamanya untu-”
“Safa?” sela Adam cepat sembari menatap sang bunda dengan pandangan bertanya.
“Iya, Safa,” jawab Bunda sembari mengangguk. “Tadi, Safa ke sini pas kamu tidur.”
“Kok, Bunda nggak bangunin aku?” tanya Adam sedikit kesal.
“Safa yang minta. Katanya biar kamu istirahat aja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Safa II
RomanceSetelah bertunangan, Safa pikir dia akan benar-benar bahagia dengan Adam. Namun, gadis itu tidak sepenuhnya benar. Dia memang bahagia. Adam memperlakunnya seperti seorang Ratu. Orangtua lelaki itu juga menerimanya. Untuk sesaat Safa sempat lupa jika...