Bab 3

15.3K 1.6K 135
                                    

Selamat Membaca










Beberapa anggota tengah berkumpul di ruang BEM, tidak semua. Hanya beberapa anggota yang menyatakana jika dirinya bisa ikut serta dalam kegiatan BEM selanjutnya. Penggalangan dana sekaligus kunjungan ke tempat bencana tanah longsor dan banjir di Malang.

Tentu saja Adam sebagai ketua BEM berada di sana. Ada Danu, Gaga, dan Rena. Ardan juga menyatakan jika dirinya bisa ikut. Lalu, tentu saja keempat serangkai juga mengikuti kegiatan tersebut. Safa, Bella, Ciko, dan Rizky.

Sekarang sudah hampir menunjukkan pukul delapan malam. Namun, rapat belum juga usai. Masih banyak pembahasan dan persiapan yang harus mereka lakukan.

Semuanya duduk melingkari meja yang berbentu persegi panjang. Di ujung kiri ada Ardan duduk sendirian. Sedang di ujung kanan Rena berada di sana. Adam duduk di samping Safa, Danu pun begitu. Sedang di sisi lainnya, ada Bella, Ciko, Rizky, dan Gaga.

Safa menguap entah untuk ke berapa kalinya. Padahal di depannya sudah ada kopi kemasan yang tadi Ardan belikan untuk semuanya. Gadis itu tadi pagi bangun kesiangan. Dia terlambat masuk kelas pertama karena semalaman begadang untuk menyelesaikan tugas. Safa pikir dia akan pulang dengan nyaman, sebelum Adam memberikan perintah untuk berkumpul di ruang BEM, yang nyatanya memakan waktu sampai malam begini.

Adam melirik ke arah Safa yang kembali menguap bahkan setelah meminum kopi miliknya. Lelaki itu kembali fokus kepada Ardan yang berbicara. Namun, satu tangannya di bawah meja singgah di paha Safa, dan mengusapnya lembut.

Safa menoleh ke arah kekasihnya itu. Sedangkan Adam malah fokus mendengarkan, dengan sesekali bertanya tentang hal yang kurang jelas dari penjelasan Ardan.

Diam-diam gadis itu mengulum senyum, dan tanpa sengaja mengalihkan pandangan ke samping. Di mana Danu ternyata melihat hal itu, dan menatapnya dengan ekspresi menyebalkan.

“Ga,” panggil Danu yang membuat Gaga menoleh ke arahnya, begitu pun dengan Rena.

“Apaan?”

“Tukar tempat.”

“Ogah.” Gaga menolak dengan tegas. “Udah capek. Lapar. Ngantuk. Harus banget gitu jadi saksi keuwuan Adam sama Safa.”

Safa cemberut mendengarnya, sedang Danu hanya mampu berdecak setelahnya. Apalagi, ketika Safa malah dengan sengaja menepuk-nepuk tangannya yang ada di meja.

“Sabar ya, Kak,” ucap gadis itu yang membuat Danu menatapnya dengan mata melotot. Safa terkekeh pelan, sebelum pandangannya bertemu dengan tatapan tajam Rena. Gadis itu berdeham pelan, sebelum kembali fokus mendengarkan Ardan. Hal yang membuat Danu terkikik pelan karena merasa hal tersebut lucu.

“Jadi, semuanya udah oke, ya? Pembagian tugas dan yang lainnya. Gue juga akan mengajukan proposal ke dekan supaya kita bisa minta sumbangan dari para donatur,” ucap Adam yang langsung diangguki oleh semuanya.

“Oke, rapat sampai sini. Kalau ada yang kurang kita bahas di pertemuan kedua.”

Semuanya masih membereskan barang-barang mereka, sebelum suara ketukan pintu membuat mereka menoleh ke sana. Gadis cantik dengan rambut panjang dan raut wajah lugu tengah berdiri di sana.

“Cari ... siapa?” tanya Bella mengawali.

Gadis itu tersenyum malu-malu. “Kak Gaga,” jawabnya yang membuat Gaga menoleh ke arahnya.

Safa bisa melihat dengan jelas raut wajah tidak bersahabat yang Gaga tunjukkan kepada gadis itu. Namun, lelaki itu tetap berdiri sembari menenteng tas ranselnya.

“Gue balik duluan,” katanya sambil menghampiri gadis itu. “Lain kali jangan sampai ke sini. Aku kan udah bilang tunggu di tempat parkir.”

“Gelap. Takut.”

Adam & Safa IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang