Mentari pagi mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu. Cahaya kuning keemasan itu masuk menembus kedalam jendela kamar Kaira yang masih tidur.
Indra perasa Kaira merasakan hangatnya cahaya matahari pagi yang mengusik dirinya. Gadis itu menggeliat, membuka matanya yang semula terpejam.
Raka sudah tidak ada. Raka tidak ada dalam pandangannya. Baru saja, beberapa puluh menit lalu ia masih melihat Raka tepat di hadapannya tidur bersama. Terlalu nyata untuk di bilang hanya sekedar mimpi.
Kaira bangkit dari kasurnya. “Apa dia udah bangun duluan?” gumam Kaira.
Gadis itu mengedikan bahunya, melirik jam sekilas, dan segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Setelah berpakaian dengan seragam sekolah SMA Garuda, Kaira langsung menuruni tangga hendak sarapan.
Kaira melihat pemandangan yang baru di sana, Raka sedang mempersiapkan sarapan. Terlihat sangat lihai seperti profesional membuat Kaira memperhatikannya dengan kagum.
“Kai, udah bangun?” sapa Raka. Cowok itu mendudukkan dirinya di kursi.
Kaira mengangguk canggung, senyuman kecil terbit di sana. Ini pertama kalinya bagi Raka mendapatkan senyuman itu. Raka membalas senyuman Kaira.
“Sini sarapan dulu, udah gue siapin semua.” ajak Raka.
Kaira mengikuti ajakan Raka, ia duduk berhadapan dengannya. Mulai menyantap makanan yang ada di depannya. Lalu Kaira mulai menikmati makanan enak itu.
“Maaf, maaf kemarin udah ngerepotin.” ucap Kaira.
Raka menghentikan aktivitas makannya.
“It's okay. Gue ini suami lo. Udah seharusnya gue di repotin sama lo, Kai.” ucap Raka.
Keadaan yang canggung.
Kaira menatap Raka, pipinya mulai merona. Laki-laki ini, cowok ini, pria ini, Raka ini manis sekali. Tipe-tipe pria penyayang.
“Harusnya gue yang minta maaf. Udah tidur di kamar lo tanpa izin.” tambah Raka.
“Nggak apa-apa, lo kan suami gue...” kata Kaira sambil melahap makanan.
Raka tersedak mendengar itu barusan. “Lo udah bisa nerima gue? Udah menganggap gue suami lo? Udah bisa bebas nyentuh lo?” tanya Raka bertubi-tubi.
Kaira memutar bola matanya, sepertinya ia salah udah keceplosan.
“Nggak. Lo nggak boleh sembarangan!” ucapnya dengan tegas.
Hampir saja pertahanan Kaira runtuh.
° ° °
Di banyak kota besar, kemacetan lalu lintas di jalan raya menjadi persoalan yang pelik. Sebenarnya ini merupakan yang tidak aneh.
Meskipun demikian, kemacetan lalu lintas merupakan keadaan yang menjengkelkan kita sebagai pengguna jalan.
Jika diperhatikan, pada waktu-waktu tertentu lalu lintas di jalan-jalan tampak macet. Pada pagi hari, kemacetan lalu lintas mulai terasa ketika warga masyarakat mulai berangkat ke tempat mereka bekerja dan para pelajar mulai berangkat ke sekolah. Pada siang hari kemacetan lalu lintas mencapai puncaknya.
Banyak hal yang menjadi kemacetan lalu lintas. Pertama, adanya persilangan dengan jalan kereta api. Kedua, semakin banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan-jalan.
Ketiga, banyak jalan digunakan sebagai parkir kendaraan dan sebagai tempat para pedagang kaki lima berjualan. Keempat, sering terjadi lampu lalu lintas mati. Kelima, sikap kurang terpuji pada pengemudi, seperti memberhentikan kendaraannya tidak pada tempatnya dan saling mendahului denan kendaraan lainnya.
Sudah beberapa menit di dalam mobil bersama Kaira tapi tidak ada satu kata apapun. Mendadak semuanya menjadi canggung.
Kaira yang sedari tadi menghadap kaca, dan Raka yang fokus menyetir.
“Kita udah sampai di sekolah,” ucap Raka sambil membuka seatbeltnya.
Kaira mengalihkan pandangannya ke depan, matanya mengerjap beberapa detik.
“Ini ... parkiran sekolah.” kata Kaira sambil menoleh ke arah Raka.
“Emang. Gue kebablasan, sorry.” ucap Raka sambil tersenyum tipis.
Sebenernya Raka memang sengaja melakukannya, perlahan tapi pasti ia ingin orang-orang tau bahwa Kaira adalah miliknya.
Kaira menghela nafas sebal, ingin melontarkan beberapa perkataan mutiaranya sekarang juga, tapi ia berusaha untuk menahan itu semua.
Gadis itu memutar bola matanya, keluar dari mobil dengan perasaan malas dan pergi meninggalkan Raka yang masih ada di belakangnya.
“Itu Raka 'kan? Si anak basket.”
“Sama siapa dia?”
“Itu bukannya Kaira ya, yang pernah ribut sama Acha loh.”
“Oh, dia Kaira pacar Alfa?”
“Iya, gue denger sih gitu rumornya.”
“Kok dia berani ya berangkat sama Raka, satu mobil lagi.”
“Tau ih, ganjen, kecentilan.”
Bisik-bisik itu berhasil mengusik indra pendengaran Kaira, ia menatap tajam orang-orang yang membicarakannya.
“Bisa nggak sih, nggak usah gosip. Pagi-pagi udah gosip, nggak penting banget hidupnya.” cerca Kaira yang di akhiri dengan dengusan geli.
Dengan segera Kaira meninggalkan area parkiran sekolah, dengan raut wajah penuh kesebalan, dan sambil berjalan lesu.
°°°
Rumor yang terjadi beberapa saat lalu sudah menyebar ke antero sekolah, bahkan ada beberapa anggota osis yang sudah mengetahui rumor tersebut.
“Lo tau nggak kalau pacar lo berangkat sama cowok lain?” tanya Farel salah satu anggota sekbid.
Ya, bahkan rumornya sudah sampai pada ruangan rapat osis. Benar-benar luar biasa.
Alfa si ketua osis yang sedang menatap laptop mengalihkan pandangannya.
“Sama siapa?” tanyanya.
“Katanya sih sama Raka.” jawab Farel.
Untung saja rapat osis sudah selesai beberapa menit lalu. Para anggota yang lainnya hanya sedang merapihkan beberapa hal penting. Setidaknya hal itu tidak akan mengganggu fokus Alfa.
Alfa mengela napas. “Nggak percaya kalau masih ‘katanya’, lagi pula emang lo ngeliat langsung?”
“Ya, nggak sih.” Farel menggeleng cepat.
Alfa pergi meninggalkan ruangan rapat, kedua kakinya melangkah masuk ke dalam ruang kelas Kaira.
Ia melirik jamnya sekilas, 10 menit lagi bel masuk sekolah, ia bisa berbicara sebentar dengan Kaira.
“Kai, you okay?” tanya Alfa ia melihat keadaan Kaira yang tidak begitu baik.
Alfa meraba kening Kaira yang di rasa hangat, sepertinya Kaira demam.
“Kamu sakit, Kai.”
“Aku nggak apa-apa kok.” jawab Kaira sambil tersenyum.
“Kamu demam, Kaira.”
“Nggak apa-apa sebentar lagi juga reda. It's okay.” lagi-lagi senyuman Kaira mampu menghipnotis dirinya.
Kedatangan Alfa ingin menanyakan rumor yang baru saja ia dengar, tapi melihat keadaan Kaira yang seperti ini rasanya ia tak tega.
Alfa akan selalu mempercayai Kaira, selamanya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVISHA
Teen Fiction𝑻𝒆𝒓𝒌𝒂𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒉 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒋𝒂𝒕𝒖𝒉 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂, 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂. 𝑴𝒆𝒔𝒌𝒊 𝒎𝒖𝒍𝒖𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌, 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍�...