Akur!

278 43 25
                                    

Alarm handphone Kaira berdering, di sana menunjukkan tepat pukul lima pagi. Dering ringtone alarm tersebut berhasil membangunkan Kaira yang terlelap dari tidurnya.

Kaira membuka perlahan kedua matanya, tangan gadis itu meraba ke arah nakas, mematikan alarm yang sedari tadi masih berdering.

“Jam lima pagi.” gumamnya.

Kaira melangkahkan kakinya ke luar kamar. Tepat di luar kamar, matanya melirik sekilas ke kamar Raka yang persis berada di samping kamarnya.

Kaira mendekatkan diri ke arah kamar tersebut. Jari-jarinya mulai naik dan berbentuk suatu kepalan, lalu mengetuk pintu kamar Raka.

Dua ketukan ...

“Ka ... ?”

Dua ketukan ...

“Raka ... ?”

Tiga ketukan ...

Lalu, Kaira menempelkan telinganya pada pintu. Hening, seperti tidak ada aktivitas di dalamnya.

Apa Raka masih tidur? Sehingga tidak menjawab Kaira?

Kaira meyakinkan diri untuk masuk ke dalam kamar Raka. Perempuan itu berniat untuk membangunkannya.

“Raka?”

Kosong. Saat Kaira membuka kamar itu, tidak ada Raka di atas kasur. Hanya terlihat bantal dan selimut yang berantakan di atas kasur.

“Udah mandi kali ya dia?” gumamnya.

Kaira mengambil selimut itu dan melipatnya dengan rapih, tak lupa untuk menyusun bantal-bantal tersebut.

Kaira berbalik arah, melangkahkan kakinya ingin keluar dari kamar. Namun lengannya di tahan oleh tangan laki-laki.

Rasanya basah dan juga dingin.

Kaira refleks membalikkan badannya, melihat ke arah wajah laki-laki tersebut. Melihat penampilannya dari atas sampai bawah.

Terlihat handuk yang masih ia lilitkan setengah badannya, memperlihatkan dada bidang Raka. Ada beberapa tetes air yang tergelincir bebas di tubuhnya karena menetes dari rambut Raka yang masih basah.

Siapapun pasti tau kalau Raka habis mandi.

“Ngapain?” tanya Raka.

“Ma-manggil ka-kamu.” jawabnya sedikit canggung.

Raka menarik Kai kedalam pelukannya, sehingga kepala Kaira mengenai dada Raka.

“Makasih, karena udah mencoba untuk mencintai gue.” bisiknya di telinga.

Tangan Raka naik ke atas, mengelus halus rambut Kaira. Lalu, melepaskannya begitu saja.

Mata Raka memandang lekat mata Kaira. Detik berikutnya sebuah kecupan mendarat di kening mulus perempuan itu.

“Morning kiss.” ucapnya.

Pipi Kaira merona, dengan pupil mata yang membesar. Sementara pikirannya masih berpikir atas apa yang di lakukan Raka barusan.

Kaira tersadar, gadis itu langsung berjalan mundur.

“Gue mandi dulu.” katanya.

Lalu dengan cepat keluar dari kamar Raka, dengan perasaan malu serta canggung yang sangat luar biasa.

•°•

Tidak seperti biasanya kali ini Kaira duduk manis di meja makan berhadapan dengan Raka— juga dengan perasaan yang bahagia.

Kalau biasanya mereka ribut di meja makan. Kali ini tidak, hanya ada sedikit perasaan canggung.

“Aku minta maaf. Aku minta maaf atas semua kesalahan aku yang dulu, yang sudah sangat keterlaluan sama kamu.” ucap Kaira setelah makannya habis.

Raka tertegun, kini kedua matanya hanya fokus untuk menatap Kaira.

“Sekarang panggilannya aku-kamu nih?” goda Raka.

“IH SERIUS!” Kaira berdecak kesal.

Raka bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Kaira. Melihat Raka yang menghampirinya Kaira langsung bangkit dari duduknya.

Lalu, cowok itu menarik Kaira ke dalam pelukannya.

“Apapun kesalahan kamu, pasti aku maafkan. Aku juga mengerti posisi kamu, wajar aja kamu bersikap seperti itu mungkin karena dulu kamu belum siap.” ucapnya.

Kaira membalas pelukan Raka, tangan mengusap pelan punggung lelaki itu.

“Tentang yang semalam aku bilang, itu benar. Aku benar-benar mencintai kamu, Raka.” ucap Kaira.

Raka melonggarkan sedikit pelukannya, menatap Kaira lagi. Dengan sekilas, gadis itu mengecup manis pipi Raka. Hingga senyuman manis cowok itu terbit.

“I'm Yours.”

TBC

RAVISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang