DUA

11 3 1
                                    

Anggun terbangun dari tidur siangnya yang nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggun terbangun dari tidur siangnya yang nyenyak. Gadis itu melirik jam di atas nakasnya.

“Jam lima sore? Lama juga gue molor.”

Anggun menyibakkan selimutnya dan turun dari ranjang.

Ceklek!

Baru saja Anggun akan mencuci muka, Dian sudah mampir ke kamarnya. Wanita itu mengenakan gaun panjang cantik berwarna navy. Wajahnya tersenyum pada Anggun dengan manis.

“Kamu sudah bangun? Mama baru aja mau bangunin kamu.”

“Mama mau pergi? Tumben mau pamit sama Anggun, biasanya langsung pergi aja,” kata Anggun. Jarang sekali mamanya mampir ke kamarnya sebelum pergi ke luar.

“Mama gak pergi sendiri. Kamu ikut, Nak,” ucap Dian lembut.

Anggun mengerutkan keningnya. “Ikut? Gak usah, Ma. Anggun di rumah aja, gak apa-apa.”

“Kamu ikut, Anggun. Harus ikut. Ada pertemuan sama temen papa. Ini acara makan keluarga jadi kamu harus ikut,” paksa Dian.

Dian memberikan sebuah gaun panjang marun dengan sepatu heels berwarna hitam di tangannya. “Pakai ini.”

Anggun menerima barang-barang itu dengan tatapan aneh. “Pakai ini? Ih, Mama apaan, sih. Anggun gak mau!”

Dian memberikan tatapan tajamnya. “Anggun, pakai ini. Jangan bantah. Kenapa susah banget buat kamu untuk nurut, sih? Nurut sama Mama sekali-sekali, susah banget?” omel Dian.

“Ish, Ma. Lagian kenapa Anggun harus ikut, sih. Anggun gak mau,” gerutunya.

“Kamu gak bisa nolak. Cepat mandi dan pakai ini. Mama tunggu.”

Dian keluar dari kamar anaknya, meninggalkan Anggun yang sudah menggerutu tidak jelas.

“Baju apaan, sih, ini? Males banget gue.”

*****

Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan sebuah restoran mewah berbintang lima. Tiga orang dengan pakaian resmi mereka turun dari mobil tersebut. Di antaranya ada Anggun. Gadis itu tampil dengan begitu elegan.

Anggun memakai gaun marunnya yang tampak mahal, rambut yang digerai begitu saja, riasan tipis dan juga sepatu heels-nya. Dia tampil begitu anggun, persis seperti namanya.

“Ma, ngapain ke sini, sih?” bisik Anggun. Tangannya menutupi bahunya yang terekspos begitu saja.

“Turunin tangannya, Anggun. Biasa aja,” suruh Dian.

“Ish, Mama. Anggun risi.”

Dian menggandeng lengan Anggun dan mulai berjalan. Anggun tampak kesusahan berjalan menggunakan sepatunya. Dia tidak biasa memakai sepatu heels. Sepatu Anggun kebanyakan kets dan sepatu-sepatu yang menurutnya nyaman. Dia bahkan hampir tidak memiliki sepatu heels.

ANGGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang