EMPAT

12 3 2
                                    

Sudah hampir seminggu ini Anggun diantar jemput oleh Dirga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir seminggu ini Anggun diantar jemput oleh Dirga. Bahkan itu sudah menjadi rutinitas Dirga untuk sarapan dan menjemput gadis itu. Terkadang Dirga memilih hanya menjemput saja, tidak sarapan bersama keluarga Anggun.

"Gue sebenarnya males banget, tau, diantar-jemput gini. Gue jadi gak bisa bebas ke mana-mana," keluh Anggun pada Ghea, sahabatnya. Mereka sedang menikmati jam istirahat di kantin.

"Harusnya lo bersyukur, tau. Itu calon suami lo ganteng banget, anjir. Mana tajir juga."

"Ghe, sumpah, dia itu kaku banget. Ngomong aja saya-kamu gitu, gue geli. Berasa interview kerja gue."

"Tapi lo harus tau, Nggun! Guru-guru di sekolah pada kaget liat lo yang gak telat selama seminggu. Pada ghibahin lo waktu gue nganter buku Biologi ke ruang guru tadi," heboh Ghea.

Anggun menatap Ghea malas. "Sebenarnya gue juga gak mau bikin si Ria gak ada kerjaan. Biasanya dia udah heboh aja mikirin hukuman apa lagi yang bakal dia kasih ke gue. Tapi masalahnya, papa mama gue ngancem narik semua fasilitas gue termasuk HP kalau gue gak nurut sama Dirga. Nyebelin banget, kannn!" kesal Anggun.

Sungguh, hidup seperti ini bukanlah keinginan Anggun. Dia hanya ingin kembali seperti Anggun yang dulu, yang bisa melakukan apa saja tanpa memikirkan yang lainnya. Anggun ingin bebas.

Byurrrr!

"Eh, Kak Anggun! Astagaaa!"

Anggun terdiam ketika jus beserta es batu itu meluncur santai ke kepala hingga seragamnya. Kini Anggun sudah berlumuran jus alpukat, buah yang sangat amat tidak disukainya.

"Aduh, mampus. Ngamuk pasti si Anggun," gumam Ghea.

"Kak, maaf. Gue gak sengaja. Gu--gue minta maaf, Kak."

Si pelaku hanya bisa meminta maaf dengan bibir bergetar, takut pada gadis bar-bar di hadapannya. Anggun sering sekali kasar pada adik-adik kelas yang membuatnya risi, apalagi mengganggunya.

Anggun berdiri dengan wajah yang penuh dengan kemarahan. Dia menatap gadis bernama Luna itu dengan sangat tajam.

Plaakkk!

"Lo udah berani sama gue? HAH?!" bentak Anggun.

"Kak, gu--gue benar-benar minta maaf." Luna sudah menangis sesenggukan akibat tamparan keras yang didaratkan Anggun di pipinya.

"Minta maaf? MINTA MAAF LO BILANG?"

"Nggun, udah. Sabar, Nggun, sabar." Ghea dengan cepat berdiri di samping sahabatnya, berusaha menenangkan Anggun.

Anggun menghempaskan tangan Ghea lalu menatapnya kesal. "Sabar lo bilang? Lo gak liat seragam gue kotor kena alpukat gini? Lo tau, kan, gue benci banget sama alpukat? Tau, kan?!"

"Iya, Nggun, gue tau. Tapi lo gak boleh kaya gini juga, lo udah buat keributan." Ghea masih berusaha membujuk Anggun untuk tenang.

"Gak gak, gue gak mau." Anggun menatap Luna kembali dengan tajam. "Heh, Cengeng! Berlutut lo sekarang. Cepat! Minta maaf sama gue, sambil berlutut!" suruh Anggun.

ANGGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang