Anggun menatap pesta meriah di hadapannya dengan setengah hati. Jika boleh disuruh memilih, Anggun ingin pulang saja. Namun, pria di sampingnya ini sepertinya tidak. Bukan karena pesta beratapkan langit ini, bukan. Tapi karena rentetan kejadian hari ini yang membuat mood-nya hancur.
"Apa yang kamu tunggu? Ayo!" ajak Dirga yang sudah siap dengan gandengan lengan mereka.
"Oke, tapi inget janji lo. Jangan sebut gue tunangan lo. Pacar aja," ucap Anggun mengingatkan.
"Baik. Dan pura-pura selayaknya pasangan, itu juga janji kamu."
Anggun mendengus napas kesal. Kenapa gue harus janji sama dia, sih? Dia sendiri yang mau ikut.
"Hei, Anggun! Kok di luar aja? Kenapa gak masuk?" Seorang gadis bergaun ungu muda dengan aksen tile yang mewah di sekitar bajunya dan tangan model sabrina datang menghampiri Anggun yang berdiri di samping seorang pria.
"Hai, Vie. Selamat ulang tahun. Ini kado buat lo dari kita berdua." Anggun menyodorkan sebuah paperbag mewah dengan merek ternama yang mereka beli ketika di mall tadi siang.
Vienna menerimanya dengan senyum manisnya. "Hei, makasih. Gak usah repot-repot padahal." Vienna menatap pria di samping Anggun dengan lekat. Pria ini sangat tampan meski aura kedewasaan sudah terlihat di wajahnya. "Lo bawa siapa, Nggun?" tanya Vienna.
Pria yang disebut Anggun itu yang tak lain adalah Dirga, langsung menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan Vienna. "Saya Dirga, pacarnya Anggun."
Anggun menghela napasnya dan berusaha untuk tersenyum ketika Vienna menatapnya dengan tatapan menuntut jawaban.
"Iya, Vie. Pacar gue," jawab Anggun pasrah.
"O--oh oke. Salam kenal juga. Ayo masuk, acaranya udah mau mulai."
Anggun dan Dirga membuntuti Vienna yang mendahului mereka menuju pusat pesta.
Ketika masuk, semua pandangan tertuju pada mereka bertiga. Anggun yakin itu bukan karena Vienna yang terlalu cantik, tapi karena pria yang dia gandeng saat ini, yang memang harus Anggun akui sangat tampan malam ini.
"Itu siapa? Ganteng banget."
"Ih, anjir. Ganteng banget, avv."
"Itukan cowok yang selalu jemput Anggun di sekolah, kan?"
"Kayanya gue sering liat tuh cowok antar jemput Anggun ke sekolah. Pacarnya kali, ya?"
"Mereka pacaran?"
"Kayanya enggak, deh. Mukanya Anggun gak ada sumringahnya."
Begitulah celotehan orang-orang yang Anggun dan Dirga dengar. Mereka berdua tetap acuh dan semakin berjalan mendekati pusat pesta.
Ghea menghampiri Anggun. "Bukannya lo pergi bareng Levin, Nggun? Kok jadi bareng tuna-- aww!" Belum sempat Ghea mengakhiri kalimatnya, Anggun sudah menginjak kakinya duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGUN
RomanceWARNING! FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT UNTUK DUKUNGAN! >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Bagaimana ketika seorang gadis bar-bar tanpa aturan tiba-tiba dijodohkan dengan seorang pria pekerja keras yang sopan...