Chapter 2
Ini mungkin salah satu awkward moment terparah yang pernah gue rasakan. Pasalnya, semua orang memusatkan pandangannya ke arah gue. Gue bukanlah orang yang terbiasa menjadi pusat perhatian, dan hal ini membuat gue risih. Ditambah, Harry yang jutek banget dan seperti gak peduli sama gue. “Pakai.” Terdengar lebih seperti perintah dibanding ajakan huh? Tapi gue menurut dan langsung mengenakan helm yang diberikan Harry. “Cepat naik.” Nada bicaranya yang dingin dan jutek membuat gue jadi malas dan sebel sama dia, tapi gue nurut aja dan melompat naik ke sepeda motor milik Harry. “Pegangan.” Belum sempa gue merespon, Harry melesat cepat keluar dari area sekolah menuju Bakerology. Gue langsung menggengam erat pegangan di belakang jok gue. Dasar cowok.
Harry Styles adalah partner gue dalam lomba yang diadakan oleh Queen Mary. Gue juga kaget ketika melihat Harry masuk ke ruang Mr. Adams. Menurut Mr. Adams, Harry cocok menjadi partner gue dalam lomba ini karena nilai biologi dia yang nyaris sempurna. Jika diurutkan, dia akan mendapatkan peringkat pertama dalam pelajaran biologi, sedangkan gue berada di urutan ke lima. Awalnya Harry menolak dengan alasan malas dan tidak tertarik, tapi Mr. Adams bersikeras dan mengancam akan mengurangi poin-poin yang sudah dimiliki Harry. Pada awalnya Harry marah dan berargumen dengan Mr. Adams, namun pada akhirnya Mr. Adams menang.
Makannya sekarang dia megantar gue ke bakery untuk membicarakan konsep lomba ini. Saat berhenti di lampu merah, Harry mengecek ponselnya dan berdecak. “Sorry kayaknya gue cuman bisa anter lo. Gue baru inget hari ini ada acara keluarga di rumah jadi gue harus buru-buru pulang.” Kata Harry setelah dia mengecek ponselnya. “Iya gak apa-apa. Kalo boleh sih anter ke rumah aja kalo gitu, rumah gue kebetulan ada di belakang bakery.” Jawab gue. “Nanti gue tunjukin. Makasih ya sebelumnya.” Dia gak menjawab gue melainkan langsung melesat kencang sesaat lampu merah berganti menjadi hijau.
Halaman belakang gue memang nyatu sama bagian belakang bakery, jadi memudahkan orang tua gue dan gue untuk bolak-balik rumah-bakery. “Thanks ya.” Kata gue sambil mengembalikan helm pada Harry. Dia hanya mengangguk dan berkata “Ya, next time aja kita omongin konsepnya.” Kemudian ia melesat kencang, lebih kencang dibanding saat dia membonceng gue. Gue baru sadar kalau mata Harry itu berwarna hijau dan bagus banget tadi pas dia membuka kaca helm nya yang hanya menampakan matanya aja.
Sesaat gue masuk rumah, suara nyaring khas bocah cowok masuk ke telinga gue. “CIE KAK ZOYA DIANTER PULANG SAMA COWOK NAIK MOTOR!” dasar bocah tengik, nyebelin banget sih adek gue. “RYAN AWAS LO!” seru gue. Gue kaget ketika menemukan mom berada di dapur. Biasanya kan mom ada di kantor. “Mom agak gak enak badan nih, dad lagi belanja bahan untuk pesanan. Mom boleh minta tolong kamu anter pesanan bakery gak ke sini?” tanya mom sambil terbatuk dan menyerahkan secarik kertas berisi alamat rumah. “Boleh mom, aku ambil kunci mobil dulu.” Kata gue sambil naik ke lantai atas.
Untung beberapa bulan yang lalu, dad menghadiahkan gue mobil VW Beetle keluaran 1949. Walau gue sebenernya gak enak, dad tau gue ngidam banget sama mobil ini tapi di sisi lain juga beliau masih harus melunasi hutang yang melilit keluarga gue. Jadi sebagai gantinya, gue berikan seluruh tabungan gue untuk dad. Biar 50:50 sama dad. “Kamu ambil pesanannya di bakery ya Zoy.” Gue bergegas mengambil topi bertuliskan ‘Bakerology’ milik gue dan masuk mobil, tapi terhenti karena Ryan merengek ingin ikut.
Sesampainya di alamat yang dituju, gue mengunci mobil dan memencet bel rumah ini. Rumahnya megah dan besar, terkesan sangat mewah. Di sebelah gue, Ryan memegang tiga box kue dan gue juga memegang tiga box kue. Pintu gerbang ini terbuka secara otomatis dan kami berdua masuk ke dalam. Sekali lagi gue memencet bel di depan pintu rumah ini. Pintu terbuka dan mata gue berpapasan dengan mata hijau yang gue kagumi keindahannya beberapa waktu yang lalu. “Zoya? Ngapain lo kesini?” tanya Harry. Gue baru inget ini adalah pesanan Mrs. Styles. “Um … anu, ini gue mau mengantarkan kue. Maaf lama,” jawab gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Inbetweener (h.s.)
FanfictionInbetweeners: “A teenage Sub-Group. People who are not cool enough to be popular but are not nerdy enough to be geeks. Inbetweeners are therefore an average of the two major teenage social groups.” Apa jadinya jika seorang cewek biasa yang notabene...