Chapter 6
Setelah beres-beres rumah, gue segera bergegas mengunci pintu dan pergi menuju bakery. "Pagi Zoya," sapa Tom dan Russel, koki di bakery. "Pagi juga," sapa gue balik sambil melemparkan senyuman.
Gue segera bersiap-siap untuk membuka bakery. Aroma nikmat dari dapur dan aorma seduhan kopi bercampur, nothing is better than the smell from a bakery in the morning.
"Tom, aku mau pesen tiga paket lunch ya, untuk aku bawa ke rumah sakit nanti," gue segera mengenakan apron gue dan bertengger di belakang meja kasir.
"Siap Zoya, saya turut berduka atas keadaan Ryan. Semoga dia cepat pulih ya," Tom memberikan senyuman kepada gue. Gue hanya mengangguk sebagai balasan.
"Alright people, we're about to open!" seru gue dan kemudian Jack membalikkan tanda yang berada di pintu yang bertuliskan 'We're open!'
Tidak lama kemudian beberapa pelanggan setia bakery yang datang dan memesan pesanan favorit mereka. Pagi ini sama saja seperti pagi-pagi sebelumnya, tapi terasa berbeda tanpa ada rengekan dari Ryan.
"Amy, Jack, nanti sebelum jam makan siang gue bakal cabut ke rumah sakit. Jadi dimohon kerja samanya ya! Terimakasih," kata gue kepada kedua waitres Bakerology ini.
"Okay Zoya, semoga Ryan cepet sembuh ya. Titip salam," Amy memberikan senyuman kepada gue.
**
Sore nya setelah menunggu Dr. Andre, dokter yang menangani Ryan selesai seminar di sisi lain kota London, akhirnya Dr. Andre datang dengan membawa berkas hasil tes milik Ryan.
"Dok, hasil tes anak kami bagaimana dok? Apa Ryan baik-baik saja?" Tanya mom pada Dr. Andre.
"Begini bu, hasil tes anak bapak dan ibu menunjukan bahwa dia mengidap penyakit Bradikardi atau biasa dikenal dengan Lemah Jantung."
Mendengar pernyataan Dr. Andre gue, mom dan dad menahan napas seketika. Lemah jantung? Selama ini Ryan keliatan sehat-sehat aja dan gak menunjukkan tanda-tanda memiliki penyakit organ dalam apalagi kelainan jantung.
"Perlu diketahui, kasus Ryan ini cukup langka. Pasalnya anak-anak yang mengidap penyakit ini biasanya di diagnosa pada umur 6 tahun, sedangkan Ryan sudah berumur 10 tahun. Saya belum tau pasti kapan Ryan akan siuman, namun ketika dia sudah bangun dan pulih, dia tidak boleh terlalu capek atau dia akan collapse lagi."
Mom langsung berterimakasih kepada Dr. Andre lalu Dr. Andre pamit keluar dari ruang rawat inap Ryan. Dad memeluk mom ketika tangis mom pecah. Ryan masih terkulai lemah dengan selang di hidungnya. Ya Tuhan berikanlah kesehatan kepada Ryan. "Aku, aku mau keluar dulu ya," kata gue hampir terbata-bata pamit lalu keluar dari ruang Ryan.
Gue segera menuju mobil gue dan langsung tancap gas entah kemana, sesuka hati gue. Gue cengeng banget sih haha, gue nangis sambil masang radio kenceng banget. Gue gak bisa bayangin gimana Ryan nanti. Dia hobi banget main sepak bola, sekarang keadaan jantung dia lemah dan gak boleh kecapekan. Ya Tuhan sembuhkanlah Ryan, berikanlah kekuatan kepada Ryan.
Gue berhenti di depan Sainsbury's, salah satu supermarket di London, dan tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobil gue. Gue segera menghapus air mata gue dan membuka kaca mobil.
"Lo lagi ngapai--- eh lo abis nangis Zoy? Kenapa?" Lebih tepatnya gue sedang nangis sih.
"Hahaha gak kenapa-napa kok, lo mau belanja ya?" Gue kembali menghapus air mata gue.
"Uh, enggak. Gue cuman beli minum aja. Stock di kulkas kamar gue habis. Lo kenapa nangis Zoy?" gue hanya menggeleng-gelengkan kepala gue.
Tiba-tiba dia buka pintu mobil gue dan menarik gue keluar. Lalu menarik gue untuk duduk di kursi samping pengemudi. Dia bergegas masuk dan duduk di kursi pengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inbetweener (h.s.)
FanfictionInbetweeners: “A teenage Sub-Group. People who are not cool enough to be popular but are not nerdy enough to be geeks. Inbetweeners are therefore an average of the two major teenage social groups.” Apa jadinya jika seorang cewek biasa yang notabene...