Extra Short Story

2.4K 76 17
                                    

Tue Mar 3, 2015

>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<

Arnold’s POV

BRRUKKKK. Seseorang menabrakku dari belakang. Akupun menoleh dan mendapati Leah tengah meringis kesakitan.

“Kau?! Bisa tenang sedikit tidak sih?” ucapku dengan penuh emosi. Leah menatapku menyesal.

“Maaf aku tidak sengaja.” komentarnya.

Akupun memutar kedua bola mataku jenuh dan langsung memberikan tatapan peringatan padanya.

“Jika sampai rencanaku ini gagal. Kau akan tanggung akibatnya.” jelasku lagi dan kalimatku itu membuat semua orang yang ada diruangan ini terdiam. Nah itu lebih baik, pikirku.

Kami semua mengendap-ngendap seperti seorang maling yang hendak mencuri. Namun kenyataannya bukan seperti itu. Aku memegang gagang pintu kamar Rachel dan membukanya dengan amat sangat perlahan. Kulihat masih gelap di ruangan itu. Rachel pasti masih terlelap pulas diatas ranjangnya.

Aku memberikan isyarat kepada semua orang yang ada di belakangku untuk masuk secara bergantian dan tetap tenang. Sedangkan aku menuju saklar lampu yang terletak di belakang pintu kamar Rachel.

Dalam hitungan ketiga aku menyalakan lampu dan memberikan kejutanku yang telah lama aku persiapkan untuknya.

“Happy Birthday Rachel!!!” seru semua orang. Lilin diatas kue pun telah menyala. Dan suara terompet-terompet kecil telah di perdengarkan. Namun senyuman yang merekah di wajahku sirna saat aku melihat ranjang tidurnya kosong.

“Arnold, kenapa dia ti–“ Sabrine mengeluarkan suara yang tertahankan. Dia langsung menutup mulutnya. Akupun tau apa yang ada dipikirannya.

“Dia pasti berada disana.” gumaman Leah terdengar sampai ke telingaku.

“Di pagi buta seperti ini?” celetuk Josh yang kurasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi.

“Josh kau tahu, Rachel sangat mencintai dia.” Flo berkata sambil menurunkan kue ulang tahun yang berada di tangannya. Yang sudah dipersiapkan dengan sangat spesial untuk Rachel. “Ya kurasa kue ini bisa dimakan nanti menunggu Rachel pulang.”

Aku mengepalkan tanganku kesal. Bukan hanya karena kejutan ini gagal. Tetapi perasaan cemburu juga yang aku rasakan saat ini.

Aku berjalan melewati mereka semua dengan agak kasar menyenggol beberapa diantara mereka. Rachel disana. Seharusnya aku tahu itu. Di hari spesialnya dia tidak akan mungkin melewatkan kesempatan ini begitu saja. Seharusnya aku tahu. Mengapa aku terlalu bodoh?

“Arnold kau mau kemana?” Flo berteriak padaku. Aku menoleh kearahnya dan memberikan tatapan mata bahwa seharusnya mereka semua tahu aku akan kemana.

“Jangan bodoh Arnold. Ini hari spesialnya. Kau tidak bisa terus-terusan memarahinya.” Kepalan tanganku kini mulai mengendur. Leah benar. Ini hari spesial. Dan aku tidak bisa menegur kesalahan Rachel dihari ini.

Leah menghampiriku dan meletakkan tangannya di pundakku. “Berilah kesempatan untuknya. Hanya sekedar untuk mengingat memori bersama lelaki itu Arnold.”

Tatapanku kini beralih dari pundakku menuju mata Leah. Dia benar seharusnya aku memberikan kesempatan kepada Rachel untuk hal itu. Aku selalu membuatnya marah, mencoba menghiburnya dan terkadang aku yang memarahinya jika dia masih saja membahas tentang Aaron. Kakakku tidak akan tenang disana jika Rachel terus menerus meratapi kematian Aaron.

“Kali ini saja Arnold. Aku yakin kau bisa.” Leah menatapku dengan penuh harapan. Josh, Flo dan Sabrine juga menatapku dengan ekspresi yang sama.

MAPS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang