/ 8 /

1.4K 60 3
                                    

The map that leads to you
Ain't nothing I can do
The map that leads to you
Following, following, following

>>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<<<< 

Aku kira Leah benar-benar akan mengantarku ketempat Aaron. Tapi dia malah membawaku ke pemakaman. Bahkan perjalanan kesini membutuhkan waktu satu setengah jam. Sekarang pukul 8.30 pagi dan kami berada di pemakaman.

Leah melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. Karena aku bingung tak tahu harus berbuat apa akhirnya aku melakukan hal yang sama dengannya.

“Kenapa kita disini? Kau kan berjanji mengatarku menemui Aaron.”

“Iya. Ini tempatnya Rachel.” jelasnya singkat. Dia benar-benar tidak waras. Belum pernah Aaron mengajakku bertemu di pemakaman. Yang benar saja.

“Rachel?” terdengar suara yang memanggil namaku. Aaron? Bukan-bukan. Dia memang terlihat seperti Aaron. Namun dia bukanlah Aaron. Dia Arnold adik Aaron.

“Kebetulan kau disini.” kata Leah pada Arnold. Apa mereka saling kenal? “Sungguh sudah tidak kuat aku. Kau bisa gantian mengurusnya kan? Tolong.” Sekarang Leah memohon pada Arnold dengan tangan terkepal seperti sedang berdoa.

“Tenang aku dengan senang hati akan melakukannya.” Arnold berkata pada Leah dan dia tersenyum padaku. Terakhir kali aku bertemu dengannya saat aku meminta dia untuk menghubungi Aaron namun yang aku dapat adalah perlakuan kasar darinya. Aku sakit jika harus mengingat kejadian itu.

“Kau mau bertemu dengan Aaron bukan? Aku akan mengantarmu kesana.” Sekarang Arnold terlihat lebih dewasa. Berapa tahun aku tidak melihatnya? Aku malu untuk mengakuinya, tapi itu memang benar. Arnold terlihat seperti Aaron saat SMU dulu. Bahkan sama persis.

Tiba-tiba saja aku teringat. “Tunggu. Kesana mana?” Aku bertanya pada Arnold dan seketika itu juga dia berhenti. Aku dan dia sudah berada jauh di dalam pemakaman saat ini.

“Bukannya kau ingin bertemu dengan Aaron?” tanyanya sarkastik.

“Iya aku tahu. Tapi apakah kau gila? Dia ada ditempat ini? Apa dia terlalu stress hingga menginap di pemakaman?” Sejurus setelah aku mengucap kalimat itu Arnold terlihat berbeda. Dia murung lagi dan aku dapat merasakan kesedihan pada mimik wajahnya itu.

“Ya kau benar Rel. Dia memang menginap disini.” Aku terlonjak kaget saat dia menyebutkan namaku dengan sebutan Rel. Bahkan nada itu terdengar seperti Aaron. “Hai bro, Pagi. Bagaimana tidurmu semalam nyenyak bukan?”

Aku tidak bisa berkata apa-apa saat Arnold tiba-tiba berjongkok disalah satu makam yang masih terbilang baru. Aroma wewangian bungapun masih dapat tercium hingga masuk ke rongga hidungku sekarang.

“Tebak aku membawa siapa?” Arnold berbicara terhadap batu nisan yang ada didepannya. “Pujaan hatimu. Kau masih ingat bukan?” katanya sambil tertawa-tawa dan dia menatapku.

“Kemarilah. Kau tidak mau memberi salam pada Aaron?”

Rasa sakit menghantamku seperti palu godam. Ini tidak mungkin benar-benar tidak mungkin. Di batu nisan itu tertulis.

R.I.P

Aaron Mike Harbinger

1992 – 2014

MAPS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang