/ 6 /

1.7K 65 0
                                    

“Aku minta maaf Rachel. Maafkan aku. Maafkan semua kesalahan bodohku ini.”

“Kau hanya meminta maaf? Dengan semua apa yang telah terjadi hanya itu yang dapat kau katakan?”

“Sesaat aku memang terlena dengan semua yang telah aku miliki. Kembali lagi kemasa jayaku dimana semua harta yang mengalir sekarang padaku adalah hasil keringatku sendiri. Hasil usahaku. Namun aku selalu teringat padamu Rachel. Mengingat siapa dibalik ini semua yang telah berhasil membuatku bangkit. Membuatku rela menjalani hidup yang berat ini menjadi lebih bermakna menjadi lebih berguna ketimbang hanya meratapinya. Kau Rachel hanya kau yang ada dipikiranku!”

“Apa yang kau katakan berbanding terbalik dengan kenyataannya Aaron.” Bahkan aku baru sadar setelah sekian lama, akhirnya aku mengucapkan nama itu. Tepat di depan pemiliknya.

Aaron menyeringai. Ekspresi wajahnya kini sangat sulit aku baca. Aku mendengar dia mendesah kesal. “Jika aku berkata itu semua hanya demi popularitasku apakah kau akan percaya padaku?”

Demi popularitasnya? Melupakanku dan malah bergaul dengan banyak wanita diluar sana demi popularitasnya? Apa dia gila? Dia memang benar-benar sudah tidak waras. Aaronku dulu ternyata memang berbeda dengan Aaronku yang sekarang. Tunggu. Apakah dia masih tetap Aaronku?

“Kau tidak tahu betapa berat rasanya menjalani kehidupan bisnis diluar sana. Hanya demi memperlancar karirku dan juga kepercayaan akan janjiku padamu aku harus rela melakukan banyak tipu muslihat para pedagang bisnis itu. Dengan diiming-imingi kekuasaan dan harta yang melimpah aku terjatuh dalam jeratan itu. Kau tau, mimpiku itu menjadi nyata Rachel menjadi nyata. Namun percayakah kau jika aku harus menuruti semua perkataan para penanam modal itu? Membuatku seakan-akan menjadi bagian dari diri mereka. Berkencan dengan para model cantik yang padahal mereka semua tahu bahwa aku memiliki seseorang yang sudah sangat penting bagi hidupku.”

Hati ini rasanya sakit mendengar semua penjelasannya itu. Benarkah Aaron melakukan semua itu? Rela melakukan itu demi memenuhi janjinya terhadapku? Tapi tidak dengan janjinya yang akan selalu rela menghubungiku dalam keadaan apapun. Dia sama sekali tidak ingat dengan janji itu.

“Keluar kau.” Aku mengucapkan kalimat yang bahkan terdengar asing bagiku. Aku mengusir Aaron. Mengusir pujaan hatiku yang telah kembali dalam kehidupanku.

Dia hanya menatapku. Sorotan matanya yang tajam namun dapat mententramkan diriku ini memandang kedalam lensa mataku lekat-lekat. Terlihat kefrustasian didalam sorot matanya itu. “Aku tahu kau sangat kecewa padaku. Kesal dan marah terhadap sikapku selama ini. Tapi itu semua ada alasannya Rel, ada alasan mengapa aku melakukan itu semua. Jadi tolong maafkan aku. Maaf kesa–“

“Sudah cukup. Aku meminta penuh dengan amat sangat, tolong tinggalkan apartemen milikku!”

Apa yang kau lakukan Rachel? Melepasnya lagi untuk yang kedua kalinya? Padahal jika kau memintanya tinggal, dia akan dengan senang hati tinggal disini di apartemen milikmu. Melupakan semua kesalahan yang ada dan menjalani kehidupan baru seperti sediakala. Seperti yang kau ingin selama ini Rachel. Mimpimu bersanding dengan dirinya bisa terwujud Rachel terwujud.

“Apa aku tidak cukup kuat untuk meyakinkanmu Rel? Apa lagi yang perlu aku buktikan padamu?” Aaron benar-benar terlihat kacau sekarang.

Ada apa denganmu Rachel? Kemana Rachel Victoria Smith yang sangat menggilai Aaron Mike Harbinger. Kemana dia disaat sang pujaan hatinya kembali dan memintanya mengulang semua dari awal. Apa perasaan sakit dan perasaan hancurkah yang telah membinasakan Rachel sang penggila Aaron itu menjadi seseorang yang angkuh? Yang tidak dapat memaafkan kesalahan seseorang yang amat dicintainya itu.

Aku menggeleng keras. Benar-benar mencoba mengenyahkannya dari sini dan juga mengenyahkannya dari dalam pikiranku, dari dalam kehidupanku.

“Kau tahu…” katanya lagi sambil merogoh saku celananya. “Aku berhasil menemukanmu dari kertas ini. Berhasil menemukan seseorang yang amat berharga dalam kehidupanku dari sini. Dan aku sangat berterimakasih padamu yang rela membuatkan ini untukku.”

Air mataku tanpa komandopun tiba-tiba menetes melewati pipiku. Kertas yang bahkan aku sama sekali tidak ingat jika dia masih memilikinya. Kukira dia sudah membuang jauh-jauh kertas itu.

“Entahlah ini dapat menebus rasa bersalahku atau tidak.” ucapnya lagi sambil merogoh kembali saku celana yang satunya. “Kurasa kertas ini akan berguna juga untukmu pada akhirnya.” Aaron menyodorkan kertas yang ada ditangannya itu padaku. Kertas yang sama seperti kertas milikku. Kini aku memegang kertas darinya dan dia memegang kertas dariku.

“Aku bingung harus mengucapkannya bagaimana padamu. Kau terlalu berarti untukku Rel.” Aku menghapus kasar air mata yang mengalir dari pelupuk mataku ini. Aaron melihatku melakukan hal itu dan dia tertawa kecil. Tawa yang bahkan sudah sangat lama sekali aku tidak mendengar dan melihatnya. Tawa yang benar-benar membuatku rindu setengah mati padanya.

“Mungkin kata-kataku ini dapat merubah pikiranmu. Merubah perasaan bencimu terhadapku. Aku… Aku mencitaimu Rachel Victoria Smith. Aku Aaron Mike Harbinger lelaki yang rela basah kuyup demi melindungi seseorang yang amat disukainya dari hujan deras. Yang rela jatuh sakit demi melihatnya sehat. Dan yang rela melakukan apa saja demi melihatnya senang atas usahaku. Aku Aaron Mike Harbinger mencintaimu Rachel Victoria Smith."

Apa kau dengar itu Rachel? Aaron mencintaimu. Mencintai seorang Rachel Victoria Smith. Namun diriku yang satunya lagi yang tak dapat kukendalikan mengambil alih semuanya. Aku seakan benar-benar tidak perduli lagi dengan semua ucapan Aaron.

“Kau telah menyakitiku Aaron. Benar-benar menyakitiku.” Aaron menatapku. Air mata jatuh sedikit dari kelopak matanya. Kini kami impas. Sama-sama menyesali perbuatan kami. Sama-sama menangis di hadapan satu sama lain.

Tapi apa yang kau pikirkan Rel? Benarkah kau akan membuangnya jauh-jauh dari dalam kehidupanmu? Bahkan dia sudah rela datang kesini memohon padamu untuk menjadi miliknya. Apa yang kau pikirkan bodoh?

Perasaan sakit hati atas perlakuannya. Atas sikap dirinya saat di media televisi dan juga sikap semua keluarganya telah menutup rapat pintu hati kecilku. Bahkan pandanganku terhadapnya yang dulu menggebu-gebu sudah tidak berarti apa-apa.

Aku meremas kesal terhadap surat yang diberikan Aaron. Dia melihat perbuatanku itu, tapi dia tidak dapat melakukan apa-apa. Dia menatapku nanar. Entah dia kesal terhadap perbuatanku atau dia malah menerima perlakuan kasarku itu. Dan aku membanting keras pintu apartemenku dihadapannya.

Menangis lagi. Hanya itu yang selama ini aku kerjakan. Menangisi dirinya menangisi Aaron Mike Harbinger pujaan hatiku. Aku menangis saat dia sedang jauh disana. Dan aku juga menangis saat dia ada disini di dekatku. Apa yang sebenarnya aku inginkan? Inginkah aku Aaron atau ingin Aaron pergi dalam kehidupanku?

Masih dalam posisi sama aku bersender dipintu apartemenku. Meratapi kembali sikap diluar logikaku terhadapnya. Aku menginginkan dirinya. Aku ingin dia selalu ada disini. Disampingku. Menemani hari-hariku. Tapi apa yang aku lakukan tadi? Benar-benar tidak sesuai dengan perasaan hatiku.

Samar-samar terdengar suara yang menyebut namaku. Rachel. Namaku terucap berkali-kali. Aku mengerjapkan mataku yang masih terasa sulit untuk kubuka. Bengkak akibat terlalu banyak menangis.

“Rel…” Sekarang aku mendengar kalimat itu lebih jelas. Aaron. Ya aku tidak mungkin salah. Itu pasti suara Aaron. Langsung saja aku membuka pintu apartemenku dengan tergesa-gesa. Berharap bahwa benar yang ada dibalik pintu ini adalah Aaron. Aaron Mike Harbinger pujaan hatiku. Penguasa seluruh hatiku.

Saat aku membuka pintu apartemenku tidak nampak siapapun disana. Dadaku naik turun, aku mencoba menghela napas. “Aaron?” ucapku lirih. “Itu kau?” tanyaku lagi.

Namun tak ada jawaban. Aku menghapus air mataku dan juga ingusku yang mengalir dari hidungku. Aku mencoba memejamkan mata. Mungkin aku dapat mendengar Aaron lagi jika aku memejamkan mata. Ya dapat. Aku berhasil mendapatkan suaranya.

“Rel… Aku mencintaimu Rel. Aku sangat mencintaimu.” Aku terlonjak kaget dan langsung membuka mataku. Tiba-tiba sinar yang sangat begitu menyakitkan mata ada dihadapanku. Membuat mataku sakit. Sinar itu semakin lama semakin terang bahkan mataku serasa terbakar. Aku tidak kuat memandang lama sinar itu.[]

MAPS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang