/ 7 /

1.6K 63 0
                                    

Sun Nov 9, 2014

Aku terbangun. Namun bukan di depan pintu. Melainkan diatas ranjangku sendiri. Aku menatap sekelilingku. Aku masih berada di apartemenku dengan pakaian yang seingatku aku kenakan saat bertemu dengan Leah.

Dan aku teringat Aaron. Aku harus bertemu dengannya. Aku harus meminta maaf atas semua perlakuanku. Aku mencintainya dan dia mencintaiku. Itu sudah cukup. Aku harus bertemu dengannya. Kita bisa memulai semuanya dari awal.

Saat aku beranjak ke pintu untuk membukanya, pintu itu terkunci. Aku terkunci didalam apartemenku sendiri? Yang benar saja. Langsung aku berbalik ke ranjangku untuk mengambil ponselku dan memanggil satu nomor disana.

“Rachel apa ini kau?”

“Ya ini aku. Kau yang mengunciku disini Leah? Yang benar saja. Aku ingin keluar sekarang.” Aku mencoba berkata santai padanya. “Dan bahkan kau mengambil kunci cadanganku? Oh Leah kau benar-benar–“

“Tenang Rachel tenang. Kau mau kemana masih pagi buta seperti ini?”

Aku melihat ke arah jam. Pukul 5 pagi. Apakah aku tidur selama itu?

“Bertemu Aaron. Ada masalah yang harus aku selesaikan dengannya. Dan aku tidak ingin menunda hal itu Leah.”

Tidak ada jawaban. Kemana Leah? Nasibku ada ditangannya. Aku tidak bisa keluar apartemen tanpa kunci itu.

“Sadar Rel sadar!” bentaknya kasar padaku. Hei ada apa? Leah tidak biasanya emosi seperti ini.

“Aaron sudah tiada Rachel. Aaron Mike Harbinger pujaan hatimu itu telah tiada…” lanjutnya lirih.

Gelak tawa mengisi perutku sekarang dan aku mulai tertawa. Seluruh ruangan ini terpenuhi dengan suara tawaku.

“Hahahah apa? Kau lucu sekali. Semalam dia baru saja kesini Leah. Sudah aku ceritakan padamu bukan. Hahahah…” Aku masih dalam keadaan tertawa. Leah mulai tidak waras. Berkata bahwa Aaron telah tiada. Aku bisa saja menamparnya sekarang jika dia ada dihadapanku. Aaronku, pujaan hatiku, penguasa seluruh perasaanku tiada? Ya memang dia tidak ada sekarang. Tidak ada dihadapanku. Dan aku harus menemuinya.

“Kau gila!” bentaknya lagi. Kenapa Leah jadi kasar seperti ini padaku?

“Kau yang gila!” balasku tak kalah kasar dengannya. “Cepat Leah. Aku ingin keluar dari apartemenku.”

“Dasar tak waras. Kau ini cantik Rachel, jangan bersikap tolol seperti itu. Tunggu aku akan kesana. Dan untuk menstabilkan otakmu coba lihat Koran dimeja. Kuharap kau dalam keadaan sadar… Tuttt tuttt tuttt tutttt tutttt.” Panggilan pun terputus.

Aku hanya mengernyitkan dahiku. Dan melempar sembarang ponselku keatas kasur. Kembali aku memikirkan kata-kata Leah. Tidak-tidak! Mana mungkin Aaron tiada. Dia masih hidup. Yang benar saja.

Aku berjalan menuju wastafel. Astaga makhluk menyeramkan apa itu? Aku melihat diriku dicermin. Ini seperti bukan aku. Mata yang merah akibat terlalu banyak menangis. Disekitar mata terlihat membengkak. Hidungku yang merah dan berair terlihat jelas di cermin. Bahkan make up ku menambah kesan seram pada diriku yang sekarang. Langsung saja aku membasuh seluruh mukaku dengan air dingin. Mencoba mengembalikan kembali diriku. Mengembalikan Rachel Victoria Smith. Tidak mungkin juga kan jika aku bertemu dengan Aaron dengan kondisi yang seperti ini?

Suara ketukan pintu terdengar. Itu pasti Leah. Dia menggedor-gedor. Sudah kubilang dia tidak waras. Jelas-jelas dia yang sedang memegang kunci pintu apartemenku bukan diriku.

Leah muncul dari balik pintu dan menutup rapat pintu apartemenku.

“Kau sudah baikkan?” Leah menatapku dengan perasaan iba. Bahkan itu berbeda 180° dengan sikapnya tadi saat di telepon.

Dia tidak membutuhkan jawabanku. Malah dia menuju meja yang terdapat banyak buku milikku. Aku tidak ingat jika aku mengoleksi Koran.

“Sudah baca ini?” tanyanya. “Apa perlu aku yang membacakannya untukmu?”

“Kau ini kenapa sih? Aaron masih hidup Leah. Dia baru saja mampir kesini semalam. Dan oh apa aku cerita bahwa semalam dia menyatakan perasaannya padaku? Leah aku sangat senang Leah. Senang sekali. Rasanya aku ingin menciumnya sekarang.” kataku dengan nada bangga. Tetapi aku teringat dengan ucapanku sendiri. Menciumnya? Oh aku tidak mungkin melakukan itu. Aaron yang seharusnya melakukan duluan.

Leah tercengang. Aku menatapnya bingung. Seharusnya dia mengucapkan selamat padaku. Turut bahagia mendengar kabar sepenting ini. Bukan dengan tatapan aneh seperti itu.

Dia duduk dikursiku yang kosong. Menenggelamkan mukanya diantara tangan-tangan yang menutup seluruh permukaan wajahnya. Dia menggeleng keras. Seolah-olah ingin membuat kepalanya itu terlepas dari tempatnya.

“Rachel Victoria Smith! Tolonglah. Aku tahu kau sedang berduka. Namun tidak dengan cara menyedihkan seperti ini.”

Leah mengambil Koran itu lagi dan membacakannya keras-keras dihapadanku. Aku tidak ingin mengulangi kalimatnya. Kalian tahu maksudku bukan?

Leah berhenti membaca. Napasnya tersengal-sengal. Dadanya naik turun seperti habis berlari marathon. Dia menatapku seakan meminta jawaban apakah aku sudah mengerti. Aku melempar senyumku padanya.

“Itu hanya dari media cetak Leah. Kau tidak perlu sepenuhnya percaya pada omong kosong itu. Aaron sendiri yang bilang padaku, jika tayangannya dia televisi itu hanya pura-pura. Bukan dari dasar lubuk hatinya. Kau tau maksudku bukan? Wanita-wanita itu yang bersamanya.” Aku sudah mulai tenang sekarang. Mengetahui kabar yang sebenarnya dari Aaron membuatku merasa lebih baik. Dan aku semakin rindu padanya. Sangat-sangat rindu. Ingin rasanya aku mendekap erat tubuh kekarnya itu.

Ah iya aku teringat sesuatu. Kertas yang semalam aku remas. Aku melakukan hal itu karena emosi semalam. Dan sekarang sudah tidak, jadi aku harus menemukan kertas itu. Aku berjalan mendekati pintu dan menemukan kertas yang terbungkus lecek dengan kasar disana. Langsung saja aku mengambil kertas itu.

“Kau harus ikut aku sekarang.” Leah bangkit dari posisi duduknya dan mengambil kunci mobilnya yang dia letakkan di tempat kunci-kunci milikku.

“Mau kemana? Sekarang masih jam 6 pagi.” Bahkan aku tidak menyadari jika sudah satu jam waktu terlewati. Mengapa harus cepat sekali.

“Aku harus bersiap menemui Aa–“

“Aaron kan? Biar aku antar kau ketempatnya.” kata Leah sambil menarik kasar tanganku. Apakah dia tidak sadar bahwa perbuatannya ini sangat kasar terhadapku.[]

MAPS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang