Shift ICU malam hari memang paling melelahkan. Dokter umum bergiliran jaga dengan ada-tidaknya pasien masuk. Jikalau ada pasien, mereka harus mempersiapkan mata agar tetap fokus menangani.
Di antara banyaknya dokter umum, Sasuke mendapat shift malam paling sering. Dia sangat disiplin dengan jadwal sekarang. Bahkan tak berani melakukan yang rekan-rekannya ajarkan, pergi keluar sejenak jika tak ada pasien masuk.
Jatah Sasuke baru saja usai lima menit lalu. Ia kemudian meneguk satu pil antidepresan resep dokter psikiater tempat periksa. Seharusnya ia mengonsumsi dosis tersebut setelah makan malam, namun dirinya mendapat pasien darurat hingga larut tanpa jeda.
"Kau akan menginap lagi?" tanya Ino Yamanaka, admin jaga pada malam hari.
"Kurasa begitu. Aku baru minum obat"
Sasuke tak mau ambil resiko. Bisa gawat kalau mengantuk di tengah mengemudikan mobil. Sudah teramat sering ia memutuskan bermalam di ruang istirahat dokter jaga ICU. Sebagian rekan juga paham atas kondisinya.
Sudah tiga bulan Sasuke menjalani psikoterapi dari kecemasan yang dialami. Hari itu sepulang dari apartemen Naruto, Sasuke menuju alamat sang psikolog. Hasil diagnosis menunjukkan mental Sasuke tidak lebih stabil dibanding Naruto yang notabene korban bencana secara langsung.
"Sensei! Psst.. Sensei!"
"Ahn, Yamanaka-san. Sudah pagi ya?"
"Hai. Oh ya, tadi pagi-pagi sekali ayahmu kemari membawakan baju ganti dan masakan rumah" Ino menyerahkan tas travel ukuran kecil pada Sasuke, "ambillah"
"Arigatou"
Sasuke bersyukur dengan perhatian orang-orang terdekatnya. Mereka percaya Sasuke bisa melalui semua. Tak ada yang menjatuhkan ataupun memaksa agar menerima kenyataan.
Jam menunjukkan pukul delapan. Sasuke mencuci muka setelah menghabiskan sarapan buatan sang ibu. Shiftnya dimulai dua jam lagi, tapi ia tak berniat pulang atau rehat di apartemen Naruto. Justru ia lebih sering bertandang ke poli jantung Neji Hyuga.
"Kau menginap lagi ya?" tebak Neji meneliti penampilan acak-acakan Sasuke.
"Hai" jawab Sasuke, "sepertinya aku agak tidak nyaman berada di rumah"
"Cepat bersih diri!" perintah Neji mengambil handuk baru dari laci, "aku tak mau pasienku enggan masuk melihat dokter dekil di sini"
"Hai~ Senpai"
Neji menyunggingkan senyum. Terkadang ia harus berlaku cuek walau merasa cemas pada Sasuke. Dirinya yang mengajarkan profesionalisme untuk tidak melibatkan perasaan dalam tugas. Tak boleh terlihat sedih ataupun murung. Dokter sejati harus menunjukkan keramahan pada pasien.
Badan Sasuke menjadi segar. Kini ia berada di lobi, menanti berakhirnya jadwal Shikamaru Nara, sesama dokter baru yang masuk tahun ini. Mereka tak terlalu dekat tapi saling mendukung. Maklum saja, dokter kepala suka memasangkan mereka berdua dengan shift berurutan.
"Otsukaresama" salam Sasuke, "bagaimana pasien pagi ini?"
"Mendokusai na. Ada ibu-ibu cerewet. Anaknya sudah kurujuk ke ICU tapi masih bolak-balik menanyakan prosedurnya di sini"
Sasuke meringis. Dokter cerdas di hadapannya kerap mengeluh, "siapapun ibu kurasa selalu cemas dengan kondisi si anak"
Shikamaru menaikkan alis, "yah, kalau kau sih selalu berpikiran positif. Pokoknya aku mau ngopi dulu. Selamat bertugas!"
Hari ini Sasuke mendapat shift pagi dan sore. Beruntungnya, shift pagi Sasuke di poli umum tak terlalu banyak menghadapi pasien penanganan ekstra. Rata-rata mereka ingin menuju dokter spesialis untuk konsultasi lanjutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love of Us
Mystery / Thriller| On Going || SASUSAKU pairs | ⚠ Violence/Disturbing Chapter included ⚠ Sasuke Uchiha mencintai wanita itu. Sakura Haruno, perempuan yang sejak kecil selalu tergila-gila padanya. Sasuke sudah membulatkan tekad akan melamarnya setelah si model cantik...