Belva bangun terlambat dari biasanya, dia merutuki dirinya sendiri. Pasalnya hari ini jam pertama adalah mata pelajaran yang sangat tidak Belva sukai, matematika.
Setelah memakai sepatu Belva segera mengeluarkan motornya dari garasi dan pamit berangkat sekolah. Dengan kecepatan penuh Belva akhirnya sampai di sekolah.
Gadis itu tak sadar bahwa sedari tadi Nakula mengikuti dia dari belakang. Belva baru tersadar saat mereka sudah sampai di parkiran.
Ega, laki-laki yang masih berada di parkiran karena menunggu Beben itu tersenyum jahil menatap Belva dan Nakula.
"Cie! Kalian berdua berangkat bareng ya?!" ucapnya sambil memicingkan mata.
Belva hanya diam, sedangkan Nakula mengedikan bahunya lalu segera pergi dari sana meninggalkan Belva sendiri bersama Ega.
"Kenapa?" tanya Belva saat Ega mengkodenya untuk mendekat.
"Lihat nih kelakuan mantan lo!" ucapnya sambil menujukan ponselnya, disana tertera pesan yang baru saja masuk setelah Nakula masuk ke kelas.
Nakula Sadewaa
Sini lo!
Jangan lama-lama ngomongnya sama Belva cok!Belva terkekeh, ternyata walau sudah jadi mantan Nakula masih posessif ya.
"Heran gue sama tuh anak babi."
----
Belva memasuki kelas yang sudah ramai itu, beberapa temannya sedang mengerjakan PR, ada juga yang tengah bermain game online.
Belva duduk di tempatnya lalu membuka ponselnya untuk mengobati kegabutannya. Tiba-tiba Rafael-laki laki yang sedikit berisi itu memanggilnya dengan keras. Ternyata ia tengah berbicara bersama Rega di jendela.
"Bel! Dicariin Rega nih lo." ucapnya meledek.
Sedangkan Belva tersenyum ramah karena mengira Rega benar-benar mencarinya. "Yoi!"
Sedangkan Rega menahan senyum sambil mengalihkan pandangan nya dan memelototi Rafael.
Ternyata Rere mendengar hal itu dan tersenyum jahat. "Nambah satu lagi nih bahan bullyan gue, mwehehehe."
Karena bosan, Belva beranjak duduk di samping Ega yang tengah bermain dengan ponselnya. "Cariin gue cowok dong!" ucapnya iseng.
Ega menoleh lalu tersenyum. "Nih? Ganteng, lo mau gak? Tapi dia udah lulus."
Ega memang memiliki banyak teman, makanya dia bisa berteman dengan yang sudah lulus padahal mereka baru saja kelas 10.
Belva menggeleng dengan cepat. "Tua dong!" ucapnya.
Belva memang tidak pernah dekat dengan laki-laki yang lebih tua darinya. Maka dari itu dia sedikit tidak nyaman.
Ega berdecak. "Umur gak masalah bos! Kalo lo mau nanti gue kasih nomornya."
Belva menggeleng, memang Ega tidak pernah masuk akal ketika memberi saran. Lagi pula dia tidak benar-benar ingin mencari cowok kok.
Belva sendiri bingung entah kenapa sifatnya dulu di SMP dan sekarang di SMA sangat berbeda. Dulu dia pendiam dan hanya memiliki beberapa teman saja, tapi sekarang dia terkesan terlalu ramah.
Sekarang dia benar-benar tidak bisa mengabaikan seseorang seperti dulu saat di SMP. Tiba-tiba dia teringat kata-kata legendaris dari mantan nya yang sampai saat ini masih ia ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belva & Dunianya
Teen FictionSasimo berkedok Friendly, itulah Belva. Mendekati banyak laki-laki karena ingin mendapatkan laki-laki yang setia. Eh giliran ada yang mau serius dan setia malah ditinggal begitu aja, dasar gadis aneh.