chap 3

10 6 0
                                    

Belva tersenyum menatap televisi, kini ia tengah menonton acara favoritnya, yaitu kartun 2 bocah botak dari negara tetangga.

Ia menonton sambil sesekali memakan cemilannya. Gadis itu memang suka sekali dengan yang namanya makanan.

Ting!

Belva berdecak, namun tak ayal mengecek siapa gerangan yang menganggu waktu menontonya.

Alisnya mengerut saat melihat nama Nakula tertera di sana.

Nakula Mahendra
Bel

Tak biasanya laki-laki itu mengirimkan ia pesan terlebih dahulu, mengingat gengsi yang sangat ia junjung itu. "Kesambet apa nih bocah."

Nakula Mahendra
Bel

Gmn?

Setelah mengirimkan balasan yang cukup singkat itu, Belva kembali melanjutkan acara menonton nya.

Tiba-tiba Belva merasa matanya sedikit buram saat menonton Televisi, tapi itu tak berlangsung lama karena gadis itu mengedip-kedipkan matanya beberapa kali.

Ting

Belva segera membuka ponselnya, ternyata itu pesan dari Galang yang sedari malam menganggunya. Gadis itu sebenarnya risih, namun apa boleh buat. Di dalam hatinya ada ketakutan jika nanti ia dekat dengan Galang lalu setelah lulus SMA akan langsung diajak menikah bagaimana? Mengingat Galang sudah matang umurnya. Belva kan juga masih ingin menikmati masa remajanya.

Dengan malas-malasan gadis itu membalas pesan dari Galang.

Ting Tong!

Bel rumah nya berbunyi keras, membuat Belva berdiri. Gadis yang tengah memakai Training dan Kaos panjang biasa itu pun segera menuju kedepan dan membuka pintu.

Ternyata oh ternyata teman-teman sekelompok nya yang datang. Tapi mereka tidak pernah berjanjian akan bekerja kelompok.

"ASTAGHFIRULLAH!! Aurora mu bestie!" ucap Rere sambil kembali mendorong Belva masuk. Berusaha menutupi gadis itu dari Nakula, Bily dan Adit.

Belva yang masih ngebug hanya diam, beberapa detik kemudian dia  berlari menuju kamar dan kembali sudah menggunakan kerudung instanya.

Secara bersamaan, Nakula, Bily dan Adit berbalik dengan kaku. Mereka bertiga mungkin juga merasa canggung.

"Kalian ke rumah gue gak bilang-bilang?!" ucap Belva kesal, namun tak ayal mempersilahkan mereka berlima masuk.

"Ya mau gimana lagi Bel, kita buat rencana nya juga dadakan. Tadi gue udah suruh Nakula kabarin lo kok, udah dikabarin kan?" jelas Dinda sambil duduk di sofa ruang tengah menyusul teman-temanya.

Belva melirik Nakula, ternyata laki-laki itu mengirimkan ia pesan karena permintaan dari Dinda. "Ya Nakula udah ngcht gue tapi gak bilang kalo kalian bakal kesini."

"Keburu sampe kok." belanya.

Rere yang mengerti keadaan canggung ini pun segera angkat bicara. "Udah-udah, sekarang kita buat PPT nya bareng-bareng."

"Bahanya udah ada kan?" tanya Belva.

Dinda dan Rere mengangguk.

"Kalo gitu mah gak usah kerja kelompok kali, kerjain sendiri di rumah juga bisa." ucap Belva kesal. Gadis itu seperti tidak menerima kedatangan teman-temanya di rumahnya.

"Tau tuh, Dinda emang gak jelas." Adit pun ikut-ikutan protes.

Rere berdecak. "Sekalian bertamu ke rumah lo gitu Bel, ini kita gak dikasih suguhan nih?"

Belva menepuk keningnya, ia lupa memberikan suguhan kepada teman-temanya. "Bentar ya!"

Bily geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rere. "Malu-maluin lo."

Beberapa menit kemudian Belva kembali dengan membawa teko berisi Es Teh dan beberapa kue kering sebagai cemilan.

"Nih, dimakan ya." Teman-temanya mengangguk.

Setelah itu mereka pun mengerjakan tugas dengan semestinya.

---

Botol kaca kosong itu berputar, lalu ujungnya tepat berhenti di depan Belva membuat dia mendengus.

Sela dan Vira tersenyum licik. "Yes!"

Belva memutar bola matanya malas. "Gue pilih truth!"

Sela tampak berfikir, lalu ia memberikan satu pertanyaan yang sangat keramat bagi Belva. "Jujur, siapa crush lo sekarang?"

Belva melotot, tidak! Tidak ada yang boleh tau siapa crushnya yang sebenarnya. Karena sebenarnya dia nge-crush in Yuda cuma ingin nutupin identitas crush aslinya.

"Ganti lah! Jangan itu pertanyaanya."

"Ya gak bisa dong." ucap Vira.

"Yaudah deh gue ganti Dare aja!" Vira malah tersenyum licik mendengar ucapan Belva.

"Telepon mantan lo, dan bilang kalo lo kangen sama dia."

WHAT!?

"M-mantan yang mana?"

Sela berdecak malas. "Emang lo punya mantan selain Nakula?"

Belva menggeleng, "enggak sih."

"Yaudah, telepon dia sekarang." seru Vira.

Belva dengan ragu memencet ikon telepon di profil Nakula. Terdengar tanda jika telepon berdering, lalu tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki.

"Halo?"

Itu jelas-jelas suara Nakula yang entah mengapa membuat Belva salah fokus. Ia memang sangat lemah dengan suara laki-laki itu. Bagian terfavorit dari Nakula adalah suaranya menurut Belva.

"N-nakula."

"Kenapa?" tanya Nakula dengan nada datar.

"Gue kangen."

Hening sejenak sebelum tiba-tiba Nakula menyahut.

"Apaan sih? Gajelas banget."

Tut tut tut

Telepon dimatikan secara sepihak oleh Nakula. Rasanya Belva ingin menelan hidup-hidup Sela dan Vira yang tengah menahan tawanya.

"Puas kalian berdua?! Hah?!" ucapnya kesal.

Dia sendiri sudah berniat untuk tidak masuk ke sekolah besok. Karena tentunya ia akan malu 7 turunan jika bertemu dengan Nakula.

Sela dan Vira sendiri adalah teman semasa SMP Belva, tetapi mereka juga masih sering bermain bersama seperti ini. Mereka bertiga kini tengah berada di rumah Vira.

"Sekarang giliran Vira, lo harus confess ke crush lo! Gaada bantahan."

Alamak.

---

"Bily! Gue suka sama lo." ucap Belva kepada Bily yang tengah berdiri di depanya.

"Beneran?"

Belva mengangguk antusias mendengar pertanyaan Bily.

"Sebenernya gue juga udah suka sama lo dari dulu." ucap Bily membuat Belva menganga.

Jadi? Cintanya tak bertepuk sebelah tangan dong!!

Yeayy!!

Tiba-tiba Bunda Belva datang entah dari mana asal usulnya. "Belva bangun!!!"

Belva bingung, ia kan sudah bangun.

"Bangun Belva!! Kamu ini sekolah ndak?!"

Ternyata oh ternyata tadi hanya lah mimpi Belva semata, gadis itu mengangguk sambil mengucek matanya.

"Iya bunda! Bentar."

Kalo dipikir-pikir tidak mungkin juga kan Bily menyukainya.

Iya tidak mungkin.

---

To be continued

Belva & DunianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang