Jadi sekolah Belva mempunyai 2 seragam batik. Batik pertama berwarna hijau dipakai saat minggu pertama dan kedua di awal bulan. Hari ini adalah minggu kedua, dan jadwalnya adalah memakai batik hijau.
Tapi Belva lebih memilih memakai Batik biru. Entahlah tiba-tiba hatinya digerakkan ingin memakai seragam batik itu.
Entah kenapa akhir-akhir ini Belva merasa selalu terlambat berangkat sekolah. Tidak seperti biasanya ia selalu datang lebih awal kini ia malah keseringan bangun siang.
Saat masuk ke dalam kelas, sebagian besar temanya sudah datang termasuk Bily yang masih memakai sweaternya.
Belva sedikit kaget ketika hanya dia dan Nakula yang memakai baju batik biru, ia merasa menyesal karena memakai seragam itu.
"Bel! Katanya lo mau pake batik Hijau?!" tanya Ega yang duduk di depan Nakula. Laki-laki itu tersenyum meledek.
"Lo janjian ya sama Nakula?"
Belva mengerutkan keningnya. "Kapan gue bilang mau pake batik hijau? Lagian gue juga sama sekali nggak janjian kok sama Nakula."
Belva melirik Nakula yang hanya diam kemudian gadis itu memilih duduk di samping Pingkan.
"Sebenarnya Beben juga mau pake batik biru, tapi gue larang soalnya nanti kalau sama kayak lo." cengirnya. Belva geleng-geleng kepala sudah merasa tak heran lagi dengan tingkah Pingkan.
"Cie lo janjian sama Nakula ya?" ledek Satrio yang duduk di depanya.
Belva menggeleng tegas lalu memilih diam tak menanggapi. Tiba-tiba Vani baru saja datang dengan baju batik birunya membuat Satrio tersenyum mengejek lagi.
"Atau lo janjian sama Vani? Kan lo katanya ngincar wibu."
"Yoi nih." El menanggapi.
Fyi, Vani adalah laki-laki, ia juga wibu akut. Beberapa hari yang lalu Belva pernah membuat SW yang berisikan kata-kata "Diam menertawakan wibu, bergerak mengincar wibu."
Itu lah yang membuat Satrio dan El meledeknya.
"Kagak lah!! Yang gue maksud tuh bukan Vani ya! Wibu di sini tuh bukan Vani doang. Lagian ngapain juga ngincar dia."
"Ciee!"
Satrio dan El terus saja meledek membuat Belva memilih menatap ke arah lain. Matanya tak sengaja menatap Bily yang tengah mencopot sweaternya. Ternyata laki-laki itu juga memakai batik berwarna biru.
Belva merasa senang sekaligus beruntung.
---
Hari ini adalah mapel gambar teknik, aneh juga disekolah nya ada mapel seperti itu. Belva sendiri sedikit menyukai mata pelajaran ini karena dia juga menyukai kegiatan menggambar.
Matanya mengedar menatap sekeliling ruangan dan tak sengaja bersitatap dengan Nakula. Jujur rasanya dada Belva deg-deg an sekaligus seluruh badannya terasa panas saat matanya tak sengaja bertatapan dengan Nakula.
Apalagi kali ini Belva sama sekali tidak berusaha mengalihkan pandangannya karena tiba-tiba ia teringat jika dulu mata itu lah yang selalu tersenyum padanya di pagi hari. Walau Belva mengaku sudah move on, tetapi tidak semudah itu menghilangkan Nakula dari hatinya.
Sampai akhirnya Nakula mengalihkan pandangan membuat Belva juga ikut mengalihkan pandangan. Ada sesuatu yang benar-benar tak bisa Belva jabarkan.
Selama pelajaran gambar teknik ini Belva ikut membantu teman-temannya yang kesusahan. Tapi entah kenapa Nakula seakan-akan menghindar darinya. Setiap ia mengajari Mavda, Nakula akan bergeser didekat Adit, tapi jika Adit meminta bantuanya Nakula akan kembali bergeser di dekat Mavda, aneh memang laki-laki yang satu itu.
Flashback On
Belva tengah menatap layar Handphone nya sambil merenung. Malam ini dia di rumah sendirian karena sang Mama tengah berada di rumah temannya.
Nakula Mahendra<3
Kok belum tidur knp?Aku tuh ngantuk
Tapi gabuttPesan itu hanya dilihat oleh Nakula membuat Belva sedikit resah, pasalnya mereka baru saja jadian tadi siang, ia takut jika nanti Nakula ilfeel kepadanya.
Drttt...
Nakula Mahendra is calling . . .
Deg.
Dengan jantung yang deg-deg an, tanpa sadar tangan Belva bergerak untuk mengangkat telefon tersebut.
"Halo, kenapa?" tanya Belva
"Gapapa, katanya Gabut." ucap Nakula diseberang sana.
"Iya gak bisa tidur juga, lagi dimana? Kok kayak ada suara jangkrik." tanya Belva heran.
Nakula tertawa sebentar sebelum kemudian menjawab. "Di sawah, mau Vc?"
Wajah Belva seketik memerah. "Engga mau! Disini gelap tauuu." ucapnya. Belva memang mematikan lampu kamarnya.
Nakula berdecak lalu terdengar suara hisapan rokok, Belva tebak Nakula tengah merokok di sawah dengan menggunakan sarung nya.
"Gapapa disini juga gelap." ucapnya membuat Belva mau tak mau mengangkat Vc dari Nakula.
Benar, di layar hp mereka sama-sama gelap. Layar Hp Belva hanya menampilkan Bulan yang tengah disorot oleh Nakula. Tapi Belva malah fokus ke Nakula yang mulai kembali berbicara.
"Nyamuknya banyak banget disini." ucapnya sambil mengomel.
Belva tertawa membuat Nakula kembali berbicara. "Apa nya yang lucu coba?"
Belva menggeleng, "kamu lagi dimana sih Nakula?"
"Lagi ngopi, tau kamu gabut jadi aku telfon aja." ucapnya lalu menghisap lagi rokoknya.
"Aku kangen kamu." ucap Belva tiba-tiba tanpa rasa malu.
Terdengar suara lirih tawa dari Nakula membuat Belva memutar bola matanya malas. Lalu tiba-tiba Nakula dan Belva berbicara bersamaan membuat Belva tak mendengar apa yang diucapkan oleh Nakula.
"Apa?"
Bayangan Nakula tampak menggeleng. "Gak jadii." ucapnya. Hal itu membuat Belva penasaran setengah mati.
Kemudian mereka berbincang-bincang hangat hingga tak terasa sudah 1 jam mereka bertelfonan dan sudah 1 jam juga Nakula meninggalkan teman-temanya.
"Aku balik ke temen-temen ku yang lain ya? Kamu tidur sana udah malem." ucapnya membuat Belva tersenyum senang.
"Iya Nakula byee."
Belva yang tadinya tidak bisa tidur kini pun malah tertidur lelap dengan harapan bisa bertemu Nakula walau di mimpi. Rasanya suara Nakula adalah candu untuknya.
Flashback Off
Sepenggal kisah dulu yang sampai saat ini masih terasa menyenangkan ketika diingat. Nanti Belva akan menceritakan lagi jika ada waktu, karena saat ini Belva tengah sibuk menghapus setitik perasaannya kepada Nakula.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Belva & Dunianya
Teen FictionSasimo berkedok Friendly, itulah Belva. Mendekati banyak laki-laki karena ingin mendapatkan laki-laki yang setia. Eh giliran ada yang mau serius dan setia malah ditinggal begitu aja, dasar gadis aneh.